4~Demam
Kedua kelopak mata sang gadis bergerak, dan perlahan kedua iris mata coklatnya terbuka. Sensasi rasa lemas begitu terasa di sekujur tubuhnya. Kedua matanya terasa perih kala dia mengedipkan matanya. Keringat dingin bercucuran di pelipisnya, rasa gelisah tidak menentu membuatnya mengeliat di kasur. Shin yang sibuk dengan bahan bacaannya menoleh ke arah sang gadis. Shin bangkit dari kursinya, dan berjalan mendekati sang gadis.
"Ada apa?" ucap Shin
"Tu-tuan. Kenapa...tidak membunuhku? Kenapa kau tidak meminum darahku sampai habis?" ucapnya dengan nada serak.
Kedua matanya terpejam dan kembali terbuka. Shin pun memegang kening sang gadis. Kemudian tangannya beralih mengambil nampan berisi makanan, dan meletakannya di meja kecil yang berada di samping tempat tidur.
"Bangun, dan makanlah. Kau sedang sakit."
"Ti-tidak...aku tidak mau. Aku ingin mati."
Shin mendencih kesal mendengar ucapan sang gadis, "Kubilang makan. Ini perintah!" ucap Shin dengan nada tegas.
Sang gadis hanya mengeleng lemah, "Ji-jika tu-tuan tidak mau memakanku, biarkan aku mati membusuk di sini."
"Dasar idiot! Kau pikir aku mau membiarkan makananku membusuk begitu saja? Kau makananku, jadi kau milikku. Ikuti perintahku! Sekarang makan, dan hentikan menyebut kata mati. Aku akan memakanmu jika kau sudah sembuh, mengerti," ucap Shin sambil mengangkat badan sang gadis untuk duduk.
Shin mengambil nampan berisi makanan, dan di letakannya di atas pangkuan sang gadis. Sang gadis hanya memakan beberapa kali suapan. Shin menyodorkan gelas berisi air minum pada sang gadis. Sang gadis menerimanya dan memegangnya dengan tangan gemetar, membuat air dalam gelas tersebut tumpah mengenai sprei.
"Apa kau tidak bisa memegangnya dengan benar?" ujar Shin dengan nada kesal.
"Ma-maaf," ucap sang gadis dengan nada lirih.
Shin pun memegang gelas yang tersisa hampir seperempat, dan membantu sang gadis untuk minum. Sang gadis pun kembali meringkuk sambil memeluk tubuhnya. Shin kembali menyelimutkannya, dan mengambil nampan yang masih tergeletak di atas tempat tidur. Nafasnya yang tadi terlihat memburu kini mulai teratur. Hela nafas berat keluar dari mulut Shin.
"Sekarang aku seperti perawat saja," keluh Shin sambil memegang keningnya.
Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak Shin. Shin melirik ke arah jam dinding yang terletak di sisi kanan Shin. Jam menunjukan pukul 05:30 pagi, Shin langsung berjalan cepat ke sebuah lemari pakaian yang lumayan besar. Shin menendang bagian kiri lemari, sebuah mayat wanita terjatuh dalam keadaan kering seperti tengkorak berlapis kulit.
Shin segera menceluti pakaian mayat wanita tersebut. Melihat dia menceluti pakaian seorang wanita membuatnya bergidik ngeri. Kuharap ini pertama dan terakhir kalinya melakukan hal memalukan seperti ini, batin Shin. Shin kembali menatap jam. Jam 5:35 pagi. Hanya tinggal 25 menit lagi, para penjaga itu akan mengambil mayatnya, batin Shin.
Shin berjalan ke arah tempat tidur dimana sang gadis masih tertidur dengan lelapnya. Shin meletakan pakaian mayat wanita tersebut di atas meja samping tempat tidur. Shin menatap sang gadis dan kembali meletakan tangannya di kening sang gadis.
"Sepertinya demamnya sudah mulai turun,"gumannya.
Karena bosan menunggu, Shin pun memutuskan untuk tidur di samping sang gadis. Wajah sang gadis yang tertidur dengan tenangnya, entah kenapa membuat Shin jadi betah menatapnya. Sekali-sekali dia memainkan rambut sang gadis. Beberapa helai rambutnya masih menempel di pipinya. Ketika Shin menyingkirkan helai rambut di pipi sang gadis, sang gadis terbangun dan menerjapkan matanya beberpa kali.
"Sudah bangun?" kata Shin dengan nada halus. Hanya guman yang terdengar oleh Shin. Ketika sang gadis menatap Shin dengan keadaan seratus persen sadar, sang gadis langsung berteriak dan menjauh dari Shin hingga dirinya terjatuh dari tempat tidur. Shin yang melihat kejadian itu hampir menyemburkan tawanya, jika dia tidak menahannya.
Sementara sang gadis yang terjatuh di tempat tidur tersebut, hanya mengaduh kesakitan dan merangkak menjauhi tempat tidur dengan selimut yang masih setia melilit tubuhnya.
"A-aa-apa ya-yang kau lakukan?" ujar sang gadis tergagap sambil menunjuk Shin.
"Ppufft...kau lucu sekali." Shin kembali tertawa sambil menutup mulutnya hingga kedua bahunya bergerak naik-turun.
Sementara sang gadis menatap bingung ke arah Shin, "H-ei, Ke-ke -kenapa aku tidur di ranjangmu? Se-sebenarnya a-apa yang terjadi?" sepertinya sang gadis tidak ingat apa yang terjadi padanya.
Namun Shin tidak menjawabnya, dan hanya sibuk menahan tawanya. Merasa di abaikan, sang gadis melempar bantal ke arah Shin, "Maaf...habisnya kau lucu sekali," ucap Shin yang mulai meredakan tawanya.
Sementara sang gadis menatap sebal, pada pria yang kini tengah duduk di tempat tidur. Setelah selesai meredakan tawanya, Shin menyilangkan kedua kakinya, dan menopang dagunya dengan tangan kirinya.
"Kau tidak ingat kejadian semalam? Padahal tadi malam kau yang mengodaku diluan," kata Shin sambil menyeringai
"A-apa?!"
"Masih tidak ingat, kau melakukan apa dan aku melakukan apa?" Shin sengaja mengatakan itu, hanya untuk menggoda sang gadis yang terlihat berusaha menggali ingatannya.
Lama sang gadis berusaha menggali ingatannya, tentang kejadian yang di alaminya semalam. Seketika wajahnya merona, ketika dia mulai ingat kejadian yang di alaminya di jam-jam sebelumnya. Segera sang gadis menutup wajahnya dengan selimut sambil meruntuki dirinya sendiri. Memalukannya aku, batin sang gadis. Sementara Shin tersenyum puas, karena berhasil membuat sang gadis menjadi salah tingkah sendiri. Shin mengambil baju yang dia ambil dari mayat wanita tadi, dan melemparkannya ke arah sang gadis.
"Ini. Cepat mandilah. Kita tidak punya banyak waktu."
Sang gadis menurunkan selimutnya dan menadapati kemeja putih dan rok pendek berwarna pastel dusty. "Darima-"
"Cepatlah. Jangan tanya aku dapat darimana. Kamar mandinya ada di sebelah sana. Kau mau terusan memakai baju kotor itu?" ucap Shin kembali merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.
Mau tak mau, sang gadis pun menuruti printah Shin. Ketika sang gadis ingin menoleh kebelakang, suara Shin mengintrupsinya, "Jangan melihat kebelakangmu dan cepat mandi. Aku tidak akan mengintipmu," ucap Shin yang masih tidur di tempat tidur.
Sang gadis pun berjalan masuk ke kamar mandi. Sang gadis meletakan baju yang diberikan Shin di westafel. Sang gadis menatap dirinya di cermin. Keadaan dirinya benar-benar buruk. Sang gadis melepaskan penjepit rambutnya, dan tidak sengaja tangannya menyentuh dua lubang kecil yang ada di lehernya. Sensasi rasa perih langsung terasa ketika tidak sengaja menyentuhnya. Sang gadis membuka bajunya, dan masuk ke ruang shower sambil mengunci pintunya. Selesai mandi, sang gadis mendapati baju miliknya sudah tidak ada. Apa pria itu mengambilnya? Batin sang gadis. Selesai mengenakan baju, sang gadis pun keluar dari kamar mandi. Tepat ketika dia melangkah keluar kamar mandi, seketika itu juga Shin menarik tangannya, membawa sang gadis ke tempat tidur. Ditariknya selimut untuk menutupi tubuh mereka.
Suara decingan pintu terdengar bersamaan dengan suara sepatu yang begitu mengema ketika masuk ke dalam kamar. Seorang pria jangkung mengenakan pakaian pelayan menyeret mayat wanita yang terkapar tak berdaya di dekat lemari.
"Walaupun darah gadis ini terasa ambar, kau masih mau meminumnya sampai habis yah. Apa kau kehausan tadi malam?" ujar pria itu sambil tersenyum sinis.
Sementara Shin memeluk erat sang gadis yang berada di dalam selimut dan tidak mengumbris perkataan sang pelayan. Tiba-tiba dia seperti mengendus sesuatu, "Hm? Bau shampo? Apa kau baru saja mandi?"
"Jangan banyak tanya. Pergilah."
"Baik, baiklah. Selamat malam, Tuan muda Shin." suara pintu pun tertutup terdengar, bersamaan dengan suara pintu yang kambali di kunci.
Shin menghela nafas lega sambil menyibak selimutnya dan melepaskan pelukannya dari sang gadis.
"Siapa tadi? Apa dia pria yang membawaku kemarin?" ucap sang gadis yang sudah bangun menatap ke arah pintu, dan kembali menatap Shin yang sudah memejamkan matanya.
"Jangan berisik, aku mau tidur," kata Shin sambil menarik selimutnya kembali.
Sang gadis yang tidak tahu mau melakukan apa, hanya beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah jendela. Ketika sang gadis ingin membuka tirai jendela, suara Shin kembali mengintrupsi, "Jangan menyibak tirainya, aku tidak suka matahari menerangi kamar ini," ujarnya tanpa melihat ke arah sang gadis.
Sang gadis hanya menatap sekeliling interior kamar yang sederhana tapi elegan. Kedua iris mata coklatnya menatap kedua tangannya dengan pandangan kosong. Kenapa lagi-lagi aku masih hidup? Padahal aku yakin sekali aku pasti akan mati malam itu, batin sang gadis dalam hati.
Sang gadis kembali menatap ke arah tempat tidur dimana Shin masih tertidur. Langkah pelan nan ringannya membawanya kembali ke arah tempat tidur. Perasaan takut-takut ingin membangunkan Shin, kini mendominasi perasaannya.
"Tu-tuan..."
Shin tidak bergeming. Ketika tangan sang gadis bergerak ingin menyentuh bahu Shin, tiba-tiba Shin menarik tangan sang gadis, hingga tubuh sang gadis kini menimpah badan Shin.
"Apa kau ingin mengodaku lagi?"
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top