8

Kiel sama sekali tidak menduga bagian dalam pintu itu adalah sebuah tangga kecil yang hanya cukup dilewati oleh satu orang dewasa, terbuat dari bebatuan. Bukan ruangan lain yang menghubungkan mereka di halaman luar atau bagian kamar pastur seperti gereja biasanya. Kiel bersyukur, dirinya tidak memiliki klaustrofobia. Tangga itu lembap, tanpa ventilasi, sempit dan licin tanpa pegangan yang memadai. Aiden Lee tidak terlihat cukup memiliki waktu atau kepedulian yang cukup untuk memperbaiki tangga tua ini. Saat melewati tangga-tangga itu, Kiel harus mengingatkan dirinya berulang kali bahwa Naomi bukanlah anak kecil yang harus ia awasi tiap langkahnya di anak tangga itu.

Sangat berbeda dengan Kiel yang kelihatannya tidak bisa mengesampingkan rasa khawatir, Naomi terlihat sangat menikmati waktunya untuk diacuhkan oleh Aiden Lee. Secara harfiah, Naomi mengajak Aiden Lee bicara, sedangkan sang lawan bicara seperti tidak mendengar apa pun selain suara heater yang semakin lama semakin terdengar jelas.

Ujung anak tangga itu mengantarkan mereka pada sebuah ruangan yang dipenuhi oleh perabotan-perabotan yang tidak jelas dan tumpukan buku-buku yang menyerupai dinding dalam ruangan tanpa sekat itu. Ruangan bawah tanah itu sejatinya merupakan sebuah aula yang dulu digunakan oleh pembangun gereja sebagai ruang berlindung saat terjadi badai salju atau bencana alam lainnya. cukup kokoh dan cukup hangat jika dibandingkan dengan keadaan gedung memprihatinkan di atas sana.

"Oh! Semuanya masih sama seperti saat aku terakhir bermain kemari."

"Jangan mulai mengarang cerita. Aku tidak pernah mengizinkanmu masuk ke dalam sebelumnya."

Naomi dengan santainya terkekeh dan dengan secara ajaibnya bisa menemukan spot untuk melompat duduk dan mengayun-ayunkan kaki. Kiel membeku di atas kakinya dan mengamati tempat di mana ia harus melangkah mendekati Naomi tanpa menginjak kertas atau perabotan lainnya. Mata pria itu memindai sekitar. Semuanya terlihat sudah usang dan terbuat dari kayu. bagaimana gadis itu membawa semua barang-barang ini ke bawah sini?

"Duduklah ... maksudku, carilah tempat duduk," kata Aiden Lee sementara ia mulai menyibukkan dirinya di sebuah bilik lain yang terlihat seperti dapur. Kiel memiringkan tubuhnya untuk mengintip apa yang ada di balik bilik itu. Tidak ada banyak perabot yang terlihat berguna; beberapa tungku kecil, sebuah panci, dua piring, dua gelas, beberapa botol rempah dan perkakas lain yang berkesan sangat sederhana.

"Kau pasti bertanya-tanya bagaimana aku bisa mengenal Aiden Lee," ucap Naomi tiba-tiba mengagetkan Kiel. Kiel menunduk pada gadis yang sudah menemukan buku usang san membolak-balik lembaran buku itu tanpa membaca isinya.

"Andai kau menjelaskannya lebih awal," balas Kiel sambil memindah beberapa tumpukan buku dan mengusap debunya agar bisa lebih layak diduduki.

"Ceritanya panjang," Naomi mengawali, "Seperti yang kautahu, banyak di antara Para Bangsawan yang mencari Theo saat ia menghilang. Salah satunya adalah aku, jelas sekali mengingat hubungan kami sangat dekat. Kemudian, pencarianku berujung di tempat ini. Dari situlah aku bertemu Aiden."

Sebuah kenyataan lain yang tak kalah mengkhawatirkan.

"Apa itu berarti Dr Adolf memiliki hubungan dengan gadis ini?"

"Itu akan menjadi sebuah cerita lain yang tidak bisa dijelaskan oleh Naomi."

Aiden Lee datang dengan membawa nampan. Di atas nampan itu ada sebuah poci yang dengan asap mengepul dari ujung lubangnya dan menguarkan bau teh yang harum, dan tiga buah cangkir kayu kosong.

Kiel menatap suguhan itu tanpa menjawab ucapan Aiden Lee yang baru bergabung.

"Ambil gelas kalian."

Sebuah permintaan yang aneh. Tapi Naomi segera mengambil satu gelas yang terjauh darinya, dan mengangkatnya sambil menyerukan teh harum itu. Kiel dengan ragu mengambil satu yang terdekat dengannya. Sisanya diambil Aiden Lee.

Gadis itu menuangkan teh pada masing-masing gelas, kemudian meletakkan poci di atas tumpukan buku dan segera meminum habis miliknya. Kiel memutar bola matanya, salah jika ia mengira upacara minum teh akan menjadi indikasi bahwa gadis bernama Aiden Lee ini masih memiliki sisi feminin.

Tapi pandangan Kiel menajam pada gelas yang ia bawa. Cara Aiden Lee menyuguhkan minuman itu adalah menunjukkan bahwa Aiden Lee sama sekali tidak berkeinginan untuk meracuni mereka. Gelas yang diambil secara acak, minuman yang berasal dari satu poci yang sama.

Mungkin kekhawatiran Kiel adakah sesuatu yang berlebihan seperti kata Naomi.

"Jadi apa yang membuatmu kemari, Naomi?"

"Aku ingin melihatmu secara langsung, itu yang pertama. Lalu aku ingin membicarakan sesuatu tentang penelitianmu dan Theo."

Seketika itu juga alis Aiden Lee bertaut, kemudian pandangan tajamnya ditujukan pada Kiel, "Itukah alasan kau membawa asisten pria gila itu kemari?'

"Kami tidak bermaksud buruk, Aiden Lee. Naomi adalah temanmu, dan aku adalah bawahan dari sahabat Naomi, yaitu Dr. Adolf. Aku akan meminimalisir kemungkinan Naomi terluka, untuk kebaikanku juga," jelas Kiel pada gadis itu untuk memulai percakapan yang baik.

Aiden Lee sama sekali tidak merenggangkan penjagaannya. Gadis yang terlihat liar dengan rambut putihnya yang tidak terlalu rapi itu, masih bersedekap, ditambah warna ungu dari pewarna bibir yang dikenakannya. Aiden Lee mengamati Kiel dari bawah ke atas, dengan alis merengut.

"Apa yang ingin kauketahui?"

Selesai dengan usaha mengintimidasi Kiel, Aiden Lee beralih mengamati Naomi. Pandangannya berubah. Tetap keras dan sombong, namun Kiel bisa melihat siratan lembut pada pandangan gadis itu saat ia melihat Naomi.

"Penelitian biorobotikmu, Aiden. Theo memilikinya."

"Hm-mm. Itu lebih seperti bisnis."

"Bisnismu ini akan berakhir pada kiamat."

Aiden Lee mengamati kedua bola mata indah milik Naomi yang kini menatapnya dengan dingin. Sama sekali berbeda dengan gadis ceroboh yang tadi memilih gelas secara acak.

"Bagaimana bisa?" Aiden Lee menaikkan sebelah alisnya. Naomi yang seperti itu, menyedot perhatian Aiden Lee seluruhnya.

Naomi menyerahkan pada Aiden Lee buku yang sedari tadi ia sembunyikan dalam tasnya.

"Buku ini adalah catatanmu yang dimiliki oleh Theo. Ia menyimpan baik-baik buku ini. Kiel beruntung mendapatkannya."

Aiden Lee mengamati tiap lembar buku itu, "Ia berjanji akan menjaga semua ini sebagai rahasia. Aku cukup mengenal Theo. Ia pasti memiliki rencana untukmu, Tuan White."

"Kuharap ia dengan rendah hati bisa memberitahuku apa rencana itu, alih-alih membuatku harus terbang sampai ke sini dan mengganggu waktu tenangmu sendirian."

"Sendirian, huh?" Aiden Lee melemparkan buku itu ke atas tumpukan catatan lainnya di sekeliling mereka. "Kalian tidak akan membiarkanku sendirian, jika aku menolak untuk bekerjasama, kan?"

"Tadi pagi, Theo Adolf pergi ke Ottawa untuk menandatangani surat perjanjian dengan Laila Adams."

Aiden Lee menyesap tehnya sambil mengerutkan alis. "Tehku tiba-tiba terasa tidak enak. Apa yang dilakukan Theo? Dia bunuh diri?"

"Dia akan membunuh kita semua."

Bukan hanya Aiden Lee, Kiel pun terperanjat mendengar Naomi mengatakan itu.

"Kau sudah mengatakannya secara garis besar, Naomi. Tapi kau tidak berarti serius ...."

"Aku mulai curiga, sense humor kita sama sekali tidak sama, Kiel. Karena setiap aku mengatakan sesuatu yang serius, kau selalu menganggapku bercanda."

"Dia punya alasan untuk itu," Aiden Lee memutar bola matanya. Lihat saja, Naomi memang terlihat bak anak kucing Munchkin lucu yang tiba-tiba mengatakan "aku akan menguasai dunia." Aiden Lee tidak menyalahkan Kiel untuk itu.

"Apa maksudnya itu?"

"Apa yang kaumaksud dengan Theo akan membunuh kita?"

Secara beruntun Kiel dan Aiden Lee membanjiri Naomi dengan pertanyaan. Sedangkan Naomi, alih-alih menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, ia menggeleng kecil kemudian memusatkan perhatiannya pada Aiden Lee.

"Sebenarnya apa yang terjadi di antara kalian, Aiden?"

Aiden Lee tertegun setelah mendengar ucapan Naomi. Gadis pirang itu menunduk, menggeleng kecil kemudian membetulkan poni rambutnya.

"Aku pertama kali bertemu dengan Adolf beberapa tahun lalu. Saat itu dia baru saja kehilangan kekasihnya. Saat itu, adalah perjalanannya kembali dari Greenland. Seorang diri. Hampir mati. Atau sesuatu dalam dirinya memang sudah mati. Ia terlihat demikian saat aku menemukannya di depan gereja di atas."

"Sendirian?" Kiel tak bisa menahan rasa penasarannya. Dari yang Kiel tahu, semua peneliti yang bertugas di Utara dan Selatan memiliki pamor luar biasa dan penjagaan ketat yang menyerupai Para Bangsawan. Atau mereka memang menjadi salah satu dari kelompok itu setelah menyelesaikan misi mereka di Kutub Bumi. Jadi, menemukan salah satu di antara peneliti terkenal itu sendirian di tempat seperti ini bisa dikatakan hampir tidak mungkin.

"Ya, sendirian," ulang Aiden Lee sambil mengangkat bola matanya ke arah Kiel sekilas, lalu mengalihkannya kembali pada Naomi seperti kehilangan minat pada pria itu. Kiel menahan amarahnya meski otot bawah matanya berkedut kesal.

"Tapi Theo tidak mungkin bepergian sendirian," sanggah Naomi mewakili Kiel.

"Percayalah, aku tahu bagaimana mereka memperlakukan Para Bangsawan dan Para Pengikutnya seperti Theo. Tapi saat pertama menemukannya, aku sama sekali tidak menyadari siapa gembel yang hampir mati kedinginan yang ketemukan itu." 

Aiden Lee menyesap lagi tehnya yang mulai dingin, kemudian ia kembali melanjutkan.

"Aku membawanya kemari, merawatnya dan menyuruhnya agar cepat pulang. Tapi selama aku merawatnya, aku melakukan kesalahan dengan membiarkan pria itu membaca catatan-catatan penelitianku."

Kiel dan Naomi tertegun saat Aiden Lee mengambil secara sembarangan satu jilid dokumen yang penuh catatan tangan tidak jelas, terdekat dari tempatnya duduk. Ia membuka beberapa halamannya secara acak, mencebikkan bibir, kemudian menyerahkannya pada Naomi.

Naomi menatap Kiel sembari menerima buku dari si gadis pirang. Setelah membacanya beberapa lembar, Naomi menatap Kiel dengan pandangan meminta tolong untuk menerjemahkan isi dari buku catatan itu, dan mungkin sekalian, menjelaskan apa maksud dari Aiden Lee memberikan catatan itu padanya.

"Ini rumus. Rumus yang sangat rumit," Kiel bahkan tak percaya ada seorang insinyur muda bisa membuat rumus biorobotik serumit dan sedetail itu dan tinggal di bawah gereja di antah-berantah. Kiel menaikkan pandangannya dari buku itu, ke Aiden Lee. "Siapa kau sebenarnya?"

Aiden Lee menatap Kiel dengan pandangan yang masih tak bersemangat.

"Adolf juga menanyakan hal yang sama setelah membaca buku-buku catatan itu. Aku adalah mantan seorang mahasiswa di teknik robotik di salah satu institut besar di Kanada--"

"HIOT. Homunculus Institute of Toronto," sanggah Kiel.  Dirinya benar-benar menghapal jelas profil gadis aneh itu. Kiel menganggap, semakin banyak info yang ia dapatkan mengenai Aiden Lee, semakin dekat ia akan menemukannya. Kiel sama sekali lupa, ia memiliki Naomi di pihaknya.

"Kau pasti mencari tahu tentangku? Sungguh manis." Aiden Lee tersenyum dengan lebar, namun tak menghilangkan sisi misterius dari dirinya. Gadis itu meletakkan cangkir kopinya dan menyandarkan kepalanya ke samping, di mana beberapa tumpuk buku bisa menahan kepalanya.

Naomi berkedip beberapa kali melihat senyum yang baru ia lihat di wajah Aiden Lee dan menyimpulkan Aiden Lee memiliki sedikit ketertarikan pada Kiel dan mulai memfantasikan cerita bagaimana mereka akan membiarkan rasa tertarik itu berubah menjadi sesuatu yang lebih merepotkan.

"Bisa lolos ujian masuk Institusi Pendidikan yang bergerak dibidang teknik seelit HIOT ..." Kiel menjauhkan tubuhnya bersandar pada dinding dingin di belakangnya dan melipat tangan di atas dada. Alisnya masih berkerut saat pria itu membetulkan kacamata. "Apa yang terjadi? Kenapa kau berakhir ... di sini?" tanyanya setelah melayangkan pandangan ke berbagai arah di ruang bawah tanah di mana mereka berada.

Kiel menurunkan pandangannya pada Aiden Lee yang tak kunjung menjawab. Alih-alih menghiraukan ucapan Kiel, dia melamun ke langit-langit ruangan. Mata Kiel mengitari wajah Aiden Lee yang tengah berhenti memasang wajah menyebalkan. Jika kau bisa mengesampingkan bagaimana perilakunya, Aiden Lee adalah gadis yang lumayan cantik, menarik, meski tidak terlalu ramah. Dengan kejeniusan yang ia miliki, gadis pirang itu akan bisa disejajarkan dengan peneliti hebat lainnya di Kanada. Kiel masih sangat tenggelam dalam rasa penasaran akan alasan gadis muda itu tinggal di tempat ini dan membuang masa depan cerah yang menunggunya di luar sana jika ia mau hidup dengan benar,

"Aku yang memilih tinggal di sini, White. Kau tidak perlu mengkhawatirkan pilihanku." Mata Aiden Lee yang gelap tiba-tiba naik menyambut pandangan Kiel dan menjawabnya dengan nada ketus. "Singkat cerita, setelah aku menemukan Theo, well, anggaplah itu adalah masa di mana kalian tidak bisa menemukan di mana Adolf bersembunyi. Pria itu berada di sini. Meneliti dan belajar dari awal mengenai ilmu teknik biorobotik bersamaku."

"Belajar dari awal? Untuk apa?" Naomi tak menanyakan itu pada siapa pun selain dirinya sendiri. Ia mengigit bibir kecilnya yang ranum dan terlihat berusaha memecahkan semua misteri ini di dalam kepala kecilnya itu.

"Sebaiknya kau menanyakan itu pada Adolf sendiri, Naomi."

"Tapi, Aiden ... Adolf--"

Tiba-tiba terdengar suara benda besar yang terbuat dari besi jatuh. Aiden Lee langsung terjingkat dari tempatnya duduk, bergegas ke salah satu bilik. Satu-satunya bilik yang memiliki pintu. Pintu yang tertutp rapat. 

Kiel dan Naomi saling bertukar pandangan.

Kemudian mendongak ke atas, ke asal suara bising barusan.

" ... Tidak seperti itu ...!"

Kiel dan Naomi sekali lagi melakukan gerakan yang sama. Mereka membulatkan mata, kemudian untuk sekali lagi, dengan ngeri mereka saling menatap.

Aiden Lee tidak tinggal sendirian di dalam sini.

Tanpa menunggu pertimbangan dari Kiel, Naomi begitu saja bergegas menyusul Aiden Lee ke bilik ruangan rahasia itu. Kiel tak memiliki banyak pilihan untuk meninggalkan gadis itu begitu saja, jadi pria itu bergegas mengikutinya.

"Oh, Tuhan ...."

Naomi terkesiap saat ia melihat pemandangan dalam bilik itu. Gadis itu menutup bibir dengan kedua tangan dan kengerian tercetak jelas di wajahnya. Dengan sigap, Kiel segera menghalangi jarak pandang Naomi saat menyaksikan sendiri rahasia apa yang Aiden Lee sembunyikan di bawah ruang bawah tanah itu.

Aiden Lee memang tidak sendirian. Gadis pirang jangkung itu tengah berdiri di depan seorang wanita paruh baya yang masih cantik dengan potongan rambut yang modis. Harusnya tidak ada yang salah dari pemandangan itu, kecuali lengan wanita paruh baya itu terjatuh di lantai, padahal tubuhnya duduk dengan manis di atas kursi rias. Dan Kiel bisa melihat dengan jelas, bagian dalam lengan yang terkulai di lantai itu bukanlah lengan manusia. Itu adalah kawat, besi dan oli.

Aiden Lee membuat manusia dari robot. Dan itu gila.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?!" bisik Naomi sekali lagi pada dirinya sendiri yang gemetar.

"Aiden Lee," Kiel menelan ludah dan menatap gadis yang terdiam di tempatnya itu.

Aiden Lee menoleh pada Kiel setelah ia memungut lengan robot yang terjatuh di atas lantai.

"Wanita itu ..." Kiel menggeleng kecil sambil mengamati lekat-lekat wajah wanita paruh baya yang tengah terkesima melihat Kiel dan Naomi di hadapannya, "... wanita itu adalah Maria Lee, bukan? Ibumu yang dinyatakan meninggal beberapa tahun lalu." []

.
.
To be continued, 🐨

edited: Sat, Oct 26

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top