5

Hingga sore itu, Kiel tidak menemukan di mana Dr. Adolf berada. 

Kiel harus bertemu empat mata dengan Pak Tua itu dan memastikan sesuatu.

Setelah berkeliling lab dan menanyakan keberadaan Dr Adolf kepada beberapa peneliti yang ia kenal, Kiel mendapati keganjilan yang merepotkan. Sebagian orang mengatakan bahwa pria itu sedang pergi ke luar. Lain sisanya bilang kalau Dr. Adolf tengah menjamu seorang tamu penting di ruangannya. Sebuah tipuan yang kurang kompak.

Kiel melihat sebuah mobil asing terparkir di halaman depan gedung. Itu cukup membuat Kiel segera menyimpulkan bahwa memang ada tamu yang tengah singgah. Kejadian yang sangat jarang terjadi, mengingat tidak sembarang orang bisa memasuki area laboratorium ini. Itu berarti orang yang memang memiliki hak untuk masuk. Salah seorang Bangsawan? Kemungkinan besar. Terlebih, saat Kiel sampai di depan ruangan Dr Adolf, ia melihat dua orang pria tegap besar sedang berjaga di sana.

Siapa pun orang itu, yang jelas, Dr. Adolf menyembunyikan tamu itu darinya. Ia seperti satu-satunya orang yang kehilangan jejak pria itu sejak ia melihatnya sarapan tadi pagi.

Tapi siapa tamu yang bisa membuat seorang freak seperti Theo Adolf melewatkan satu hari tanpa menjamah objek penelitannya?

Kiel duduk di kursi tunggu tak jauh dari pintu ruangan Dr Adolf yang masih tertutup rapat. Ia mengangkat kepalanya dan membiarkannya bersandar. Beberapa helai rambut hitamnya menutupi bagian depan matanya yang lelah dan terus mengelanakan angannya.

Sudah seminggu sejak pertemuannya dengan Naomi Blake. Sudah selama itu pula ia berusaha mencari penelitian apa yang dimaksud gadis itu. Penelitian rahasia yang disembunyikan Theo Adolf dari semua orang. Penelitian yang bukan bidangnya.

"Di mana ... Di mana ...." Kiel bergumam pada dirinya sendiri.

Satu kemajuan paling bagus yang dibuat Kiel adalah ia mendapatkan sebuah informasi di mana Dr Adolf secara rutin mengunjungi bank untuk melihat safe deposit box miliknya. Itu adalah info dari Hyun Joong, rekanan peneliti muda lainnya yang juga menjadi salah satu kepercayaan Dr Adolf.

Berbeda dengan Kiel yang dispesialkan dengan selalu berada di sisi Dr Adolf saat-saat pentingnya, Hyun lebih terlihat seperti seorang butler yang selalu ada di sisi Dr Adolf untuk memenuhi segala keperluan hariannya, termasuk menjadi supir pribadi dan sebagainya.

Menurut info dari Hyun, tiap Kamis pukul 11.00, Hyun hampir selalu mengantarkan Dr Adolf ke bank milik salah satu Bangsawan terkaya di kota, dan keluar sejam kemudian. Hyun sama sekali tidak tahu apa yang sedang dilakukan pria itu di dalam bank sebelumnya, sampai beberapa hari belakangan, beberapa kali Dr Adolf pergi ke bank pada hari Rabu atau Jumat, kemudian membawa beberapa dokumen bersamanya. Dokumen yang sama sekali tidak lepas dari tangannya selama perjalanan. Kiel mencoba menggali lebih banyak info dari pemuda itu, tapi sialnya, Hyun adalah tipe orang yang menghilang di saat-saat genting. Kiel bahkan tak melihat ke mana dia seharian.

Apa pun itu, Kiel yakin, dokumen yang dilihat Hyun adalah apa yang sedang ia cari.

"Persetan dengan itu semua, Theo!"

Sebuah keributan, satu gebrakan meja, disusul dengan pintu yang terbuka dengan kasar. Setelah itu, untuk kedua kalinya Kiel melihat wanita anggun berambut pirang pendek itu dengan mata kepalanya sendiri.

Laila Adams, wanita yang biasanya hanya bisa kautemui via majalah atau surat kabar lokal, kini keluar dari pintu ruangan Dr. Adolf dengan ekspresi wajah kacau. Teori terkenal Kiel bahwa Dr. Adolf adalah orang yang tidak menyenangkan semakin terbukti saja. Jelas sekali, pria itu baru saja mengacaukan pertemuannya dengan Laila Adams, tamu misterius yang disembunyikan banyak orang darinya. Seorang penting di pemerintahan, seorang wanita cantik.

Laila bahkan tidak menghabiskan satu detiknya untuk melirik pada Kiel. Wanita itu terus berderap dan diekori oleh dua penjaga yang terlihat tanpa lelah bersikap siaga itu.

Dua detik dihabiskan Kiel untuk melongo sampai kesadarannya kembali. Para Bangsawan itu memang memiliki aura yang berbeda dari orang-orang biasa seperti dirinya. Namun, bahkan dengan aura itu, Dr Adolf tidak terlihat repot-repot berada di depan ruangan meski hanya untuk sekedar mengantarkan tamunya pulang.

Mengantarkan tamunya pulang? Jangan bercanda. Kita sedang membicarakan Dr Adolf.

"Aku tahu kau mungkin tidak akan mengizinkan siapa pun bertemu denganmu saat ini, Dok." Kiel akhirnya memasuki pintu yang dibuka lebar oleh Laila sambil bersiul kecil. Ia tak perlu menunggu diusir oleh Dr Adolf dan menutup pintu ruangan santai seperti ruangan kepala laboratorium itu adalah ruang makan untuk umum.

"Tidak juga," Dr Adolf sedang merokok di balkon kecil kantornya, sama sekali terlihat enggan melihat tikus kecil yang mengganggu waktu sendirinya itu, "bawakan wiskiku, Kiel." Lalu menyulap tikus itu menjadi salah satu pembantunya.

Kiel menghela napas panjang dan tidak bergerak untuk menuruti perintah Dr Adolf. Ia mendaratkan pantatnya di sofa yang sepertinya tadi di duduki Laila, kemudian memulai menata kalimatnya.

"Kau memiliki tamu yang spesial hari ini dan aku ingin tahu apa yang terjadi. Mabuk hanya akan membuatmu marah-marah dan aku tidak membutuhkan kau marah saat ini, Dok. Tidak kapan pun."

Sebuah kalimat pembuka yang cukup mengesalkan. Mata Dokter Adolf yang hijau pucat terarah pada Kiel, seringaian menyebalkan khas miliknya terbit dan terkekeh pelan, "Aku akan mencoba memperhitungkanmu jika kau mencoba lebih terbuka."

"Ayolah, Pak Tua."

"Kau menyembunyikan pertemuanmu dengan Naomi Blake dan tidak menceritakan apa pun padaku. Kaulah pengkhianatnya di sini, Kiel."

Kiel menelan ludah. Ia sudah menduga pertemuan rahasianya dengan Bangsawan Cantik itu akan terbongkar juga oleh Dr Adolf. Namun, ia sama sekali belum siap menjabarkan alasan pertemuan mereka menjadi rahasia.

Membiarkan Kiel berada dalam kebingungannya, Dr Adolf menjetikkan rokoknya ke atas asbak dan mengembuskan asap melalui hidung dan mulutnya. Pria itu kemudian terbatuk. Batuk yang terdengar sangat sesak di dada.

Batuk itu bukan hal asing lagi bagi orang-orang terdekat Dr Adolf seperti Kiel. Rokok, minuman keras, kerja tanpa henti. Rutinitas Dr Adolf makin lama makin terlihat seperti upaya bunuh diri. Kiel mungkin tahu alasannya, tapi ia peduli pada pria itu dan segera setelah batuk itu terdengar, Kiel bangkit dari duduknya. Entah itu hanya untuk sekedar mengambilkan minum atau apa pun yang dibutuhkan sang Dokter untuk menghentikan batuk parah itu.

"Aku baik-baik saja, Kiel. Kau bisa duduk lagi jika memang tidak mau mengambilkanku wiski."

Kiel duduk dan mendengkus.

Dr Adolf kembali masuk dalam ruangan. Bau rokok di tubuhnya sudah tak asing di hidung Kiel. Yang tidak biasa adalah ekspresi gusar di wajahnya.

"Kiel?"

"Ya," jawaban yang terlalu cepat.

Dr Adolf terkekeh pelan, "Jika kauingin berpura-pura tidak gugup, setidaknya jangan bertingkah gusar seperti itu."

Kiel menghela napas. "Sial."

"Jadi, katakan. Apa yang membuatmu gusar seperti itu?"

"Doktor." Kiel mengeratkan kepalan tangannya. Memantapkan hati untuk meneruskan, "Siapa Aiden Lee?"

Saat itu juga sikap santai Sang Dokter lenyap. Pandangan matanya berubah tajam, terarah pasti pada mata abu-abu milik Kiel.

"Jadi ... itukah yang kau bicarakan dengan Naomi di pertemuan rahasia kalian?"

"Katakan saja dan buat ini mudah, Dok."

"Apa yang Naomi berikan padamu sebagai imbalan?" Alih-alih menjelaskan, Dr Adolf menyandarkan punggung dan bersikap kembali santai.

"Tidak ada. Aku hanya ingin menghentikan hal gila yang coba kau lakukan dengan para Bangsawan itu."

Dr Adolf bungkam, dia sama sekali tak membuka mulutnya, dan terus menatap mata Kiel serius.

"Naomi memintaku menghentikan upaya Para Bangsawan melakukan genosida dengan menonaktifkan The Great Tree milik Meredith Blake."

"Bagaimana bisa Naomi membeberkan itu semua padamu, Bocah."

Kiel menyipitkan matanya pada Dr Adolf.

"Kau bisa mengatakan pada Naomi bahwa misi rahasia kecil kalian ketahuan olehku. Intinya kau gagal. Dan menyerah saja."

"Kenapa aku harus menyerah?"

"Karena aku tidak akan memberitahumu tentang Aiden Lee."

"Apa wanita itu kekasihmu yang lain?"

"Apa?" wajah Dr Adolf mengerut tak suka.

"Apa Naomi tahu tentang hubungan kalian itu?"

"Aku tidak pernah bilang bahwa aku memiliki hubungan seperti itu dengan Aiden Lee."

"Lalu bagaimana hubunganmu dengan wanita itu?"

Dr. Adolf menekan lidahnya dalam sisi pipi dalam, melihat Kiel dengan pandangan yang jelas mengatakan "bocah sialan, aku akan mendorongmu ke jurang yang langusng menuju neraka saat ini juga", tapi Kiel tidak peduli. Semua orang memang berhak memiliki rahasianya. Namun, pria tua itu menyimpan terlalu banyak rahasia berbahaya padanya.

"Dr Adolf, terakhir kau bilang, kita harus melakukan apa yang harus dilakukan. Dan ini adalah apa yang harus kulakukan sebagai seorang yang tidak ingin ada orang lain lagi yang harus kehilangan nyawanya karena virus itu! Aku—!"

"Oke."

Mulut Kiel berhenti bergerak seketika. Hening di antara mereka. Lalu Dr Adolf berdiri dengan enggan.

"Kau ingin tahu, Kiel?" Dr Adolf berjalan menuju ke dalam ruangan penyimpanan dokumen pribadinya.

"Ya." Kiel berdiri. Mengepalkan tangannya, ragu untuk mengikuti.

Dr Adolf menghela napas, mengacak rambutnya yang gondrong dan pirang. Mata hijau pucat itu terlihat lelah. Pria itu mengangguk, mengisyaratkan Kiel boleh mengambil langkah untuk mengikutinya. Dan tak perlu seseorang lain untuk menyuruhnya, Kiel segera masuk dalam ruangan pribadi milik kepala laboratorium itu mengikuti Dr Adolf.

Di dalam sana adalah ruangan yang cukup luas, dengan penerangan remang-remang dan beberapa loker-loker dokumen yang tingginya hampir menyentuh langit-langit ruangan, bersaf-saf membentuk koridor-koridor sempit memenuhi ruangan.

Dr Adolf menghiraukan koridor-koridor file itu. Ia berjalan lurus ke arah meja pribadinya dan membuka salah satu laci di meja itu. Kiel tak menemukan apa pun selain sebuah album foto tua yang di halaman paling depannya terpasang wajah elok milik sang Mantan Kekasih yang telah tiada.

Untuk apa Dr Adolf memberikan album ini padaku, Kiel bertanya-tanya setelah menerima album itu dari tangan Dr Adolf. Namun, Dr Adolf masih berkutat dengan laci itu. Ia menekan salah satu sisi dasar permukaan laci yang sudah kosong. Dari tempatnya berdiri, Kiel bisa melihat laci itu memiliki lapisan lain yang tersembunyi di bawah lapisan pertama.

Saat Dr Adolf membuka lapisan palsu itu, barulah Kiel melihat sebuah buku usang yang terlihat bersih. Kiel bisa membayangkan bagaimana Dr Adolf memperlakukan buku tua itu dengan baik. Dan buku sama sekali tidak terlihat sering diacuhkan. Dr Adolf masih kerap menggunakannya.

"Kau sama menyebalkannya dengan para perempuan itu, kau tahu?" ucap Dr Adolf sambil meletakkan buku itu di atas meja dan menutup kembali lapisan pertama. Sebelah tangannya menengadah pada Kiel.

Kiel tersenyum kecil, "Aku menerima itu, asal kau tidak membandingkanku denganmu. Kau lebih keras kepala dari anak berusia lima tahun yang tidak mau berbagi mainannya."

Dr Adolf menggeleng sekali lagi lalu tertawa kecil, "Kau bisa mempelajari itu," dia menunjuk buku yang sudah berpindah tangan pada Kiel, dengan dagunya. "Tapi sebelum itu, siapkan barang-barangku. Kau hubungi Laila, katakan padanya, aku akan berangkat. Siapkan semuanya dalam satu hari, aku akan berangkat besok lusa."

Kiel yang tadinya berwajah sumringah setelah mendapatkan apa yang harus ia dapatkan, kini mendongak pada Dr. Adolf dan menautkan alisnya.

"Apa? Kau dan Laila?"

"Jika kau masih menuntut banyak dariku, aku akan meminta Hyun menggantikan tugasmu," ucap Dr Adolf santai sambil berjalan ke luar ruangan itu.

"Tunggu, Dok!" Kiel berlari, mengejar Dr Adolf yang bermaksud keluar. Langkahnya terhenti beberapa meter di depan Dr Adolf menutupi pintu keluar. Ia tetap berdiri di sana meski Dr Adolf menatapnya dengan pandangan tajam yang tak bersahabat.

"Apa lagi yang kauinginkan, Kiel?"

"Penjelasan, Dok," pinta Kiel sambil mencoba memasang wajah berdamai dengannya, "kau tahu, aku sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi di sini. Apa yang akan kaulakukan dengan Laila?"

"Ia menawarkanku sebuah pekerjaan."

"K—kalau begitu, aku juga akan berada di sana untuk membantumu, kan?"

"Siapa yang bilang aku mengajakmu untuk masuk dalam timku?"

Pertanyaan itu membuat Kiel bungkam dan berusaha menahan dirinya untuk tidak membuat buku di tangannya menjadi kusut dengan genggamannya yang menguat.

"Jangan memasang wajah kecewa itu, Kiel." Dr Adolf berjalan mendekat seakan ia tak melihat Kiel menghalangi ambang pintu. "Kau tahu kau memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan." Kemudian dengan kuat, Dr Adolf menabrak pundak Kiel hingga pemuda itu melangkah mundur dan membuka jalan.

"Tapi—"

Kiel berbalik, sedangkan Dr Adolf menghentikan langkahnya.

"Kau jaga laboratorium ini, Bocah." Pria itu berbalik, kemudian menembakkan dua jarinya di atas pelipis Kiel, "Apa pun yang terjadi, jangan biarkan apa pun menghalangimu menjadi pengganggu yang menyebalkan seperti itu."

Kiel tak memahami apa maksud perkataan Dr Adolf. Saat ia masih berada dalam kebingungannya, pria itu berjalan mundur kemudian tersenyum dan kembali berbalik untuk meninggalkan Kiel di sana sendirian.

"Oh, ya." Suara Dr Adolf menggema dari kejauhan, bersatu dengan langkahnya yang tidak terhenti, "Kalian mungkin akan setengah mati untuk menemukan Aiden Lee. Tapi jika kalian menemukannya, katakan padanya aku baik-baik saja."

Kemudian suara pintu terbuka dan tertutup. Dr Adolf sudah menghilang ke ruangan lain menuju lift.

Apa-apaan?!

Apa yang harus kukatakan pada Naomi sekarang?[]

.

.
To be continued, 🐨

Edited: Sun, Oct 13

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top