17
"Naomi?"
Pundak Naomi seketika naik dan ia berbalik. Aiden Lee berdiri di pintu dapur, sedangkan Naomi berada di depan kompor. Menghangatkan susu untuk dirinya.
"Maaf, aku lancang." Naomi tersenyum kecil, alisnya turun penuh rasa bersalah, "Aku tidak bisa tidur. Kemudian aku mencari air di kulkas dan menemukan sedikit susu."
Aiden Lee berjalan ke arahnya sambil menguap, "Apa kau sudah memastikan itu belum kedaluwarsa?"
Naomi tersenyum lebih lebar dan menggeleng, "Masih ada tiga bulan lagi."
"Kau beruntung," Aiden Lee mengintip isi panci dengan susu yang beruap-uap itu. Kemudian mengamati Naomi yang membagi susu itu dalam dua cangkir.
"Aku tidak--"
"Susu akan membuat kita lebih mudah terlelap, Aiden." Naomi melirik pada perempuan tinggi kurus itu, "aku tahu kau kurang tidur."
"Haruskah aku berterima kasih?"
Naomi hanya terkekeh kecil. Aiden Lee mengamati kantong mata Naomi saat gadis itu tersenyum. Ia lalu menyandarkan lengannya di pinggiran meja dengan mata masih terpaku pada gerakan gadis di depannya.
"Mimpi buruk? Badai ini? Atau pikiran lainnya?" tanya Aiden Lee.
Naomi tak segera menjawabnya. Gadis itu mengambil napas berat dan menyerahkan salah satu mug berisi susu panas itu pada Aiden Lee dan menyimpan satu dalam telapak tangannya. Setelah Aiden Lee menerima mug itu, kemudian Naomi berjalan ke arah ruangan tengah dan duduk di tumpukan buku Aiden Lee.
"Kenangan dari masa lalu yang kupikir sudah kulupakan, menghantuiku lagi malam ini."
Aiden Lee mengintip ekspresi sedih Naomi yang mengamati susu dalam mug di tangannya. Ia tak menduga gadis itu akan repot-repot merespons basa-basinya dan menceritakan kegelisahan yang menyiksanya saat itu.
Aiden Lee duduk di sofa kumuh sebelah Naomi, membiarkan dirinya nyaman, sementara Naomi hanya duduk di antara tumpukan kertas. Ia memilih untuk diam, membiarkan Naomi untuk membuka dirinya sendiri dan ia akan bergembira melihat gadis itu melakukannya.
Tapi sialnya, Naomi tidak berkata apa pun setelah itu.
Aiden Lee mengetatkan otot rahangnya, tidak sabar. Ia merasa memiliki urgensi aneh yang mendorongnya dengan cara yang paling membuatnya tidak nyaman.
"Apakah ini tentang Theo? Atau kakakmu?"
Naomi lagi-lagi terjingkat karena ucapannya ketika mereka dalam keheningan. Matanya membulat. Aiden Lee bisa melihat bagaimana terangnya warna mata gadis itu saat ia melihatnya sedekat ini.
"Uh-well ..." Naomi tersenyum lalu kembali menunduk untuk mengamati isi dalam mugnya yang masih sedikit beruap. "Keduanya?"
Aiden Lee menyandarkan kedua lengan bertumpu pada kedua pahanya. Aiden Lee yang masih terdiam membuat Naomi mulai penasaran dengan apa yang sedang dipikirkan oleh perempuan di sebelahnya itu.
"Sebenarnya ... aku sudah melihatnya."
"Melihat apa?"
"Manusia setengah robot, persis seperti ibumu."
Mata Aiden Lee menajam. Namun, perempuan itu tetap bungkam.
"Seperti yang kautakutkan, Theo membuat percobaan serupa seperti yang kau lakukan. Setelah pertama kali aku datang padamu untuk mencari Theo, aku baru menemukan di mana pria itu seminggu kemudian. Dan saat itu aku berhasil membuatnya mengaku bahwa ia memang menggali makam kakak perempuanku."
Aiden Lee sama sekali tidak berekspresi setelah mendengarnya. Seperti katanya tadi, gadis jangkung itu benar-benar menjadikan dirinya sebagai pendengar yang totalitas. Sama sekali tidak menanggapi ucapan Naomi barang sepatah kata pun.
"Tapi tidak seperti dugaanku. Mayat kakak masih utuh meski kuburannya dibongkar. Waktu itu aku ... harus menguburkannya dengan layak lagi. Merasakan kehilangan berat itu sekali lagi."
"Lalu apa yang membuat Theo melakukannya?"
"Sebuah kunci. Kunci misterius milik kakakku, sebuah liontin di kalungnya, satu-satunya benda yang diminta kakak untuk dikuburkan bersamanya di peti mati."
"Kunci?"
"Ya, Theo mengambil kunci itu untuk membuka ruang penelitian rahasia yang ia dan kakakku bangun diam-diam di ruang bawah tanah mereka untuk melakukan percobaan Lazarus's Heart Project. Katanya, ia kehilangan miliknya, jadi ia harus mengambil kunci yang tersisa, milik Meredith."
Aiden Lee hanya mengangguk kecil, kemudian menyesap susu dan kembali memfokuskan diri untuk mendengarkan Naomi.
"Kupikir awalnya, sungguh bodoh mereka menjaga sebuah tempat rahasia yang penting seperti itu hanya dengan kunci manual. Ternyata aku baru menyadari saat bermaksud membuka kembali ruangan itu, pintu itu tidak bisa terbuka meski menggunakan kunci yang sama."
"Kenapa?"
"Ada sistem keamanan sidik jari untuk membukanya. Sedangkan untuk mengunci, siapa pun bisa menguncinya baik dari luar atau pun dalam, asalkan memiliki kunci itu."
"Jadi, ruangan itu tetap menjadi rahasia?"
"Tidak juga. Theo membawa kami di masuk."
"Kami?"
"Aku dan Laila. Aku berhasil menemukannya di rumah lama Meredith itu dengan bantuan Laila. Meredith dan Laila memiliki hubungan yang rumit semacam sahabat dekat, Laila tahu beberapa rahasianya. Dia tidak menceritakan rahasia padaku karena memang ... Meredith tidak terlalu dekat dengan keluarganya sendiri."
"Oke." Aiden Lee meneguk susu dari mugnya lagi.
"Saat kami berada di sana, di laboratorium rahasia itu, Theo memberitahukanku sedikit tentang alasan kenapa mereka menyembunyikan tempat itu. Mereka menciptakan kembali berbagai macam teknologi yang hancur pascaperang."
"Teknologi rahasia kuno."
Naomi membelalakkan mata dan menoleh pada Aiden Lee, "Bagaimana kau bisa tahu?"
"Karena aku juga mengumpulkan harta karun itu." Aiden Lee rasanya ingin tertawa setelah mendengar apa yang baru saja ia katakan? Bagaimana mungkin ia sangat terbuka pada gadis ini? Di saat ia menutup diri dari seluruh dunia?
"Teknologi itu banyak di antaranya dibuat oleh Dr. Gin. Nama samaran, tidak ada yang tahu siapa nama asli pria itu dan darimana asalnya. Dia bekerja untuk Pemerintah Dunia sebelumnya dan membuat sebuah kelompok peneliti rahasia dengan kode Azrael. Kami, para peneliti zaman ini kerap mencari tahu mengenai penelitian-penelitian dalam Azrael yang konon dikenal sebagai penelitian paling mutakhir dan mengerikan pada masanya."
"Aku baru tahu!" ucap Naomi takjub.
"Tidak, kau tidak baru tahu, Naomi." Aiden Lee menyelami dalamnya siratan di mata indah milik Naomi, "Kau datang ke mari untuk mencari jejak penelitian Theo seperti yang Para Bangsawan perintahkan padamu. Kau mencariku untuk sebuah permintaan tolong, bukan?"
"Kurasa memang ... percuma menyembunyikan sesuatu darimu, Aiden Lee."
Senyum Naomi turun, seperti sebuah penyesalan. Ekspresi yang sangat alami dibandingkan segala mimik wajah yang ditunjukkan gadis itu selama ia berada di sana.
"Yah, begitulah," dengan wajah sombong natural, gadis pirang itu meletakkan mug di atas meja kecil di tengah mereka, kemudian menatap Naomi dengan pandangan menantang.
"Aiden Lee, kau tahu apa yang terjadi, bukan?"
"Tentang?"
"Theo, Lazarus's Heart, Meredith Kedua, dan apa yang sedang dilakukan oleh kami, Para Bangsawan?"
Aiden Lee menyipitkan matanya, mencoba menerka apa yang sedang ingin dibicarakan Naomi.
"Apa yang sedang kaurencanakan?"
Mata Naomi mengitari wajah cantik Aiden Lee, yang entah mengapa, masih terbalut mekap, kemudian menjauh dari gadis itu. Naomi menunduk dan mengambil kedua tangan Aiden Lee dan menggenggamnya dengan kedua tangan miliknya.
"Tolong aku, Aiden Lee."
Aiden Lee membulatkan mata. Apa baru saja ia melihat Naomi Blanc, salah satu dari Bangsawan Dunia Baru yang paling kaya di usia muda dan paling berpengaruh di perekonomian dunia ini, sedang memohon padanya?
"Apa yang kauinginkan?"
"Para Bangsawan melihat sesuatu yang jahat pada Lazarus's Heart. Dan mereka akan memanfaatkan itu untuk mengambil kembali kekuasaan mereka atas seluruh umat manusia yang tersisa."
Prolog dari sebuah cerita yang sepertinya tidak ingin Aiden Lee dengar. Tapi apa yang bisa dilakukannya? Menolak Naomi? Seakan itu menjadi salah satu pilihan saja.
"Theo takkan dengan mudah memberikan Lazarus's Heart begitu saja pada kalian, bukan?"
"Harusnya. Tapi Meredith buatan Theo sedang sekarang berada di tangan kami. Theo akan melakukan apa pun untuk membawa pulang apa yang merupakan miliknya."
"Jadi, apa yang dilakukan Theo?"
"Menjadi anjing kami untuk sekali lagi. Dan para Bangsawan kini sedang memberinya tugas bunuh diri."
"Tugas bunuh diri?"
"Kau tahu The Great Tree di Greenland?"
"Itu pembeku iklim yang dibuat Meredith Blanc sebelum kematiannya. Agar Red Killer tetap tertidur di hibernasi panjangnya."
Naomi mengangguk, "Benda itu menjadi pertahanan terakhir populasi yang masih tersisa di Utara. Para Bangsawan memerintah Theo untuk mendisoperasikan The Great Tree."
"Apa kalian sudah gila?"
"Meredith mengunci daya mesin itu agar terus menyala dengan menyambungkannya ke segala sumber penyimpanan daya milik Pemerintah Utara dan hanya Theo yang tahu bagaimana mematikannya dengan benar tanpa meledakkan sumber daya yang berarti meledakkan semua populasi bersumber listrik di pemerintahan di seluruh bagian Utara."
"Apa mereka tidak tahu bahwa dengan melakukan itu berarti melelehkan es yang memerangkap virus mematikan itu? Mereka akan membuat Red Killer ini tidak bersudahan!"
Naomi dengan sedih menatap Aiden Lee, "Aku takut, itulah tujuan utama mereka. Karena itu, aku meminta bantuanmu untuk membantu kami, aku dan Kiel, untuk menghentikan Theo."
.
.
To be continued, 🐨
Edited; Sun, Nov 17
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top