15
Theo berjalan mengitari ruangan penelitian rahasia miliknya yang luasnya kurang lebih sama dengan luas rumahnya di atas. Bahkan lebih. Naomi dan Laila mengikutinya dari belakang sementara Theo menunjuk beberapa mesin aneh yang terpajang sepanjang luasnya ruangan itu.
"Genesis 2.1, The Pope," ucapnya sambil menunjuk-nunjuk.
"The Pope? Apa itu semacam mesin yang menyembuhkan Atheisme?"
Theo melirik Naomi yang bertanya. Kemudian gagal menahan kekehannya.
"Penyakit umumnya adalah gangguan kesehatan yang disebabkan oleh benda asing yang berbahaya seperti bakteri, virus atau zat beracun. Sedangkan Atheisme, tidak menyakiti siapa pun, Naomi. Itu bukan penyakit, dan tidak ada yang perlu di sembuhkan."
Theo berjalan mendekati mesin akuarium raksasa yang cukup mirip dengan mesin yang disebut Theo dengan Genesis 2.1 tadi. Namun desain mesin ini cukup kuno dan memiliki lebih banyak tabung air di sisi badannya.
"Kalian takkan ingin tahu apa gunanya cairan dalam tabung raksasa itu, itu akan mencuci isi otak kalian secara permanen."
"Permanen?" Naomi membelalakkan mata tak percaya.
"Menghapus memori di otak kalian di bagian yang kuinginkan seperti menghapus foto lama yang sudah tidak penting di ponselmu."
"Itu gila," komentar Laila mendekati mesin itu dengan kagum, "kita bisa menggunakannya untuk-"
"Tidak ada, aku tidak memiliki formula cairan pembersih ingatan itu dengan tepat, aku masih mengerjakan ini dan tidak akan selesai dalam waktu cepat."
Theo beralih pada benda-benda kecil yang terlihat sangat rentan, dipajang di pajangan kaca seperti berlian mahal di pameran.
"Kemudian AN-E1 2.1. Chip misterius yang ditemukan di Alcatraz setelah insiden kebakaran hebat yang menghancurkan pulau itu beberapa dekade lalu," Pria itu berbalik dan menatap kedua perempuan yang cukup beruntung mendapatkan tur di tempat rahasianya.
"Seperti yang sudah kukatakan tadi, aku dan Meredith menghidupkan kembali beberapa proyek penelitian rahasia milik pemerintah dunia lama. Dan jika pemerintah dunia baru sampai tahu apa yang ada di dalam sini ...," Theo dengan mata bergetar menatap penemuan-penemuan itu dan menggeleng, "aku akan percaya jika kalian bilang, kalian akan kembali mengusai dunia ini. Dengan banyak pembunuhan dan perang lainnya."
"Kakak membuat semua senjata ini," Naomi menyentuhkan jemarinya ke kaca yang melindungi chip itu, "untuk apa?" Ia beralih menatap Theo, "Jika kalian tahu, membuat semua ini hanya akan melahirkan perang baru, untuk apa kalian membuatnya kembali?"
"Karena kami adalah peneliti, Naomi." Theo menjawab cepat, seakan itu adalah hal yang sangat wajar hingga ia merasa heran mengapa Naomi masih menanyakannya. "Kami, selama bertahun-tahun, berusaha mengumpulkan blue print benda-benda ini dari berbagai situs sejarah, tempat-tempat terpencil, dan semuanya. Hanya untuk mengantisipasi agar rekam desain mesin-mesin ini tidak terendus pemerintah baru dan melindungi zaman yang baru lahir ini dari perang lain yang benar-benar akan menghancurkan kita atas dasar keserakahan satu pihak.
"Dan ketika kau berhasil mendapatkan banyak sekali blue print penelitian-penelitian rahasia itu, menurutmu apa yang akan kami, dua pasang peneliti yang berada di paling atas karirnya, lakukan? Membiarkannya usang dimakan waktu? Atau menjadi makanan rasa vintage bagi para tikus?"
Laila menghela napas, kemudian mengamati sekitar. "Karena itu, Meredith bersikeras untuk membawa kunci ruangan ini bersamanya dalam peti matinya."
Theo mengangguk, "Kami berjanji untuk mengubur rahasia ini bersama kami jika kami mati."
"Di mana kuncimu?" tanya Naomi, "Kenapa kau harus menggali tempat istirahat terakhir kakakku untuk mengambil kunci miliknya?"
Amarah masih mengusai diri gadis itu. Theo memahami mengapa Naomi marah. Yang sudah ia lakukan memang sedikit melewati batas. Jadi, ia menerima amarah yang dilemparkan Naomi padanya.
"Aku kehilangan kunciku. Saat aku tersesat dalam rasa kehilangan sejak meninggalnya Meredith."
"Kau tidak pernah mendengar security code atau semacamnya?" Laila berkecak pinggang, kesal. "Jika kau menggunakan sistem keamanan lain yang lebih canggih, kau tidak akan berada dalam masalah seperti sekarang ini." Laila melirik Naomi kecil yang marah kemudian menghela napas pada Theo yang pasrah saja.
"Lebih baik aku menghadapi kalian berdua dari pada ketakutan pada para pembajak topi hitam di luar sana yang selalu memiliki dorongan gila untuk membuka kode-kode terlarang yang harusnya tetap terkunci. Aku dan Meredith memang cukup tradisional untuk segera menyetujui keputusan terakhir kami mengunci pintu masuk utama ruang ini dengan kunci manual."
Naomi menggeleng, masih tersisa luka saat matanya secara tak sengaja terus menatap pada sosok Meredith yang tertidur di ranjang tak jauh dari mereka berdiri.
"Kau berkata seakan kau adalah penyelamat dunia ini dari kami, Para Bangsawan adalah orang-orang yang serakah yang tidak berguna. Kau tak tahu apa pun selain ambisimu sendiri. Dan kebohongan yang kau buat-buat. Meredith belum hilang. Kau menidurkannya di sana! Kau dan segala keserakahanmu!" Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Naomi yang bulat dan cantik.
"Ini bukan kakak, benar?" Setetes air mata jatuh di pelupuk mata Naomi. Gadis itu menggeleng dan mengusap air matanya, "apa yang kaulakukan padanya?"
Theo merasa sakit melihat air mata itu, ia tak ingin menyakiti orang yang penting bagi mendiang kekasihnya. Dengan langkah panjang dan cepat, Theo segera berjalan ke arah Meredith.
"Hey! Theo! Apa yang kaulakukan?!" Laila berlari kecil, mencoba menghentikan Theo dari tindakan bodoh apa pun yang akan pria itu lakukan.
Theo membuka kancing baju Meredith, kemudian mengambil pisau bedah tak jauh dari jangkuannya.
"Theo!" Naomi berlari dan menangkap tangan pria itu sebelum ia benar-benar membelah dada kakaknya.
Namun apa yang Naomi dan Laila lihat, membuat kengerian datang dan menyulut rasa dingin di punggung mereka. Theo dengan tangan gemetar membiarkan Naomi menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Pria itu meletakkan pisau bedah di tempatnya semula, kemudian menatap kosong pada bekas bukaan di kulit Meredith sebelum Naomi sempat menghentikan tangannya.
"Seperti yang kalian lihat," sebelah jemari Theo menyusup ke celah kulit Meredith, membuka lebih lebar untuk menunjukkan lebih jelas pada dua penontonnya, "Ini adalah robot, biorobotik. Kalian sama sekali tidak melihat Meredith kembali pada kehidupan. Aku mengklonakan bagian tubuhnya dan meng-copy ingatan Meredith pada robot ini. Tapi memang, yang ada di depan kalian ini, bukanlah Meredith."
Theo menyentuh sesuatu di bagian dalam dada Meredith. Suara besi dan mesin kini terdengar begitu jelas, begitu nyaring terutama di telinga Naomi. Sebuah kotak kecil terbuka, menganga di atas dada Meredith. Theo, dengan pandangan kosong, mengulurkan tangannya ke dalam dada perempuan robot itu dan mengangkat sesuatu.
"Apakah itu ... jantung?"
Laila membelalak melihat sebuah jantung buatan yang terlihat seperti gumpalan darah, terhubung dengan beberapa kabel dalam tubuh robot itu. Naomi mengerjapkan mata, membiarkan beberapa air matanya jatuh dan masih berusaha memahami apa yang terjadi.
"Pernahkah kau mendengar sesuatu tentang Lazarus, Laila?"
Laila menelan salivanya dengan susah payah.
"Dia adalah seseorang yang beruntung, yang dihidupkan kembali oleh campur tangan Yesus sendiri. Ia dibangkitkan dari kematian, dan hidup di hari ketiganya, kemudian menjadi pengikut Tuhan yang saleh."
Laila mengerutkan alis, bertahan dari dingin di sekujur tubuhnya karena kengerian yang dihantarkan Theo melalui senyuman kosong yang ia pasang di wajahnya itu.
"Aku mengklonakan Meredith. Dengan bantuan metode Biorobotik. Aku berhasil menduplikat tubuh Meredith melalui DNA dari rambutnya, dan mengisi otaknya dengan ingatan-ingatan yang sama dengan bantuan The Pope, meski mesin itu memanglah belum sempura." Senyum Theo beralih pada Naomi dan Laila, "proses itu dibutuhkan tepat 3x24 jam untuk membuat Meredith kembali utuh, dapat disentuh, dan kebal terhadap virus penyakit. Aku ... berhasil menghidupkannya lagi, dengan caraku. Dan aku tidak akan membiarkan kalian merebut Meredith dariku, meski itu berarti aku harus mencabut jantung kalian dari tempatnya dengan tanganku sendiri."[]
.
.
To be continued, 🐨
Edited: Mon, Nov 11
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top