Part 22
Sudah lima bungkus permen jari-jari Joon habiskan, selama berada di rumah kakek neneknya dan selama itu pula ia mogok bicara pada siapapun, termasuk Gayoung dan keluarganya. Ide sogokan permen dari Jaemin pun tak membuahkan hasil karena sejatinya ia ingin melihat papanya.
"Enak 'kan?" tanya Jaemin minta perhatian.
Joon tak merespon, ia masih fokus pada permen berwarna hijau dan merah itu. Padahal selama ini, permen jari selalu menjadi kelemahan Joon di depan Jaemin. Anak itu akan cepat luluh. Sesekali Jaemin menyenggol pipi gembul Joon, tapi anak itu tetap konsisten.
"Astaga, kenapa sekarang kau jual mahal pada Appa. Appa 'kan rindu Joon."
Joon melirik Jaemin sekilas lalu mengabaikannya lagi hingga Jaemin berguling di atas karpet.
"Noona, Chanyeol pasti mengirim guna-guna pada Joon. Bisa-bisanya ia bersikap cuek pada kita."
"Besok aku minta Sunbae mampir sebentar."
Mulut Jaemin menganga, "Gila! Kau cari mati? Kau dengar kata-kata Eomma tadi 'kan? Beliau kecewa dan tidak boleh ada lagi Chanyeol dalam kamus Joon."
Keberadaan Gayoung di rumahnya, bukan serta merta karena ucapan Jiwon. Lebih dari itu, orang tuanya meminta bertemu yang justru berakhir menahannya untuk tidak kembali ke Seoul.
"Tapi Sunbae tetap ayah biologisnya."
"Dan tetap yang mengacaukan kehidupan kalian. Noona sadar tidak sih, Eomma dan Appa tadi marah besar mengetahui kalian tinggal bersama, membawa Joon juga. Mereka bisa nekat kalau Noona masih tidak mau diatur."
Gayoung menghela napas.
"Papa mana?" akhirnya Joon mau bicara lagi meskipun masih dengan kosakata yang sama.
Gayoung membelai ubun-ubun anaknya, "Besok, ya."
Joon mengulang ucapan Gayoung, "Besok Papa?"
"Besok aku diminta mengemasi barang kalian dari rumah pria itu. Sudahlah jangan harap mempertemukan Joon dan Chanyeol lagi," sanggah Jaemin yang ditanggapi Gayoung dengan lirikan tajam. Tidak semudah itu menyetujui permintaan kedua orang tuanya untuk memisahkan Joon dari Chanyeol.
***
Semalaman Chanyeol tidak bisa tidur, memikirkan ke mana perginya Gayoung dan Joon. Rumah Jaemin kosong, sejak sore ia membunyikan bel. Respon dari Jaemin belum ada yang diterimanya. Sodam pun tidak tahu apa-apa.
"Akhirnya kau mengangkat teleponku. Bersama Gayoung?"
"Kenapa kautanya padaku? Bukannya Noona tinggal bersamamu?"
Jawaban Jaemin membuat rahang Chanyeol mengeras. Pria itu khawatir luar biasa kalau pagi ini istri dan anaknya ternyata juga tidak bersama Jaemin.
"Bisa kau berikan kontak orang-orang yang mungkin didatangi Gayoung?"
Bukan jawaban yang diperolehnya, ia bisa menangkap kikikan Jaemin di seberang. Keningnya berkerut, ia curiga Jaemin main-main.
"Apa kau sedang tertawa?"
Jelas, kesabaran Chanyeol menipis. Ini soal orang-orang penting dalam hidupnya. Beberapa kali ia kehilangan jejak Gayoung dan tidak cukup satu hari ia bisa menemukan wanita itu. Terakhir, ia perlu waktu bertahun-tahun. Kalau sekarang Joon juga terseret, ia tidak tahu bagaimana caranya menjalani hidup.
Lama-lama, ia bisa gila.
"Maaf, aku pikir Noona yang sok baik itu sudah laporan pada mantan suaminya. Katanya, hari ini ia ingin bertemu."
Sekalipun kesal, setidaknya penuturan Jaemin membuatnya bernapas lega.
"Kalian ada di mana? Aku sudah membunyikan bel barusan, tapi tetap tidak ada respon."
Sebenarnya, pagi-pagi sekali, Chanyeol sudah mendatangi rumah adik iparnya. Ia tak berharap anak dan istrinya berada di tempat lain, yang berbahaya.
"Oh, itu. Kami di Busan. Kau ke sini saja, bagaimana?"
***
"Moon Jaemin! Kau bilang apa pada Sunbae?" gertak Gayoung pada adiknya.
Jaemin yang sedang berselonjor di sofa dan asyik dengan ponselnya menengok dengan wajah pongah.
"Chanyeol? Tidak ada urusan aku dengannya."
Adik kecilnya ini memang tidak terlibat permasalahan serius dengan Chanyeol. Tapi tidak mungkin ada yang membocorkan keberadaannya di Busan, selain bocah itu.
Gayoung bersedekap di depan adiknya, "Bibi bilang, ia di bawah dan sekarang Appa menemuinya."
Senyum penuh kemenangan Jaemin terkembang dan ia pun berucap, "Oh, bagus. Bukankah seharusnya sudah sejak dulu?"
Gayoung tak butuh penjelasan Jaemin lagi. Ia yakin, adiknya pasti masih mempermasalahkan keputusannya tinggal bersama Chanyeol tanpa izin.
"Aku sarankan, kau tidak menginterupsi. Biar kita bisa tahu kualitas mantan suamimu itu."
"Mana bisa aku diam?"
"Kenapa tidak? Kau masih ingin bersamanya? Atau, masih mencintainya?"
Gayoung bergeming, mengapa ia harus gusar kalau pria itu diinterogasi. Bukankah ia sendiri sudah lelah dengan intervensi. Lagi pula, beberapa hari lagi sidang perceraian mereka dan ia sudah hampir sebulan tinggal di rumah pria itu sesuai kesepakatan.
***
Berbulan-bulan tak berkunjung, Chanyeol merasa canggung saat dijamu kedua orang tua Gayoung. Kebingungan harus mulai bicara dari mana.
Tak ada satupun indikasi pesannya diterima dan panggilan terjawab sampai sekarang. Entah Gayoung benar ada di dalam rumah ini atau tidak. Sesungguhnya, Jaemin tetap meragukan. Bagaimanapun, rasa tidak suka Jaemin sangat kentara. Namun, ini bisa menjadi kesempatannya untuk mengubah keadaan. Menyampaikan niat baik pada Keluarga Moon.
"Senang juga bisa bertemu pengusaha muda terkemuka di Seoul. Biasanya kami hanya melihat di artikel atau YouTube," ujar Appa basa-basi.
Senyum tipis tergambar di wajah Chanyeol sembari membulatkan tekad.
"Cukup tersanjung kami. Silakan diminum dulu tehnya. Ini hasil perkebunan kami di Boesoeng. Kolega dan keluarga selalu memfavoritkannya dan aku rasa kau belum sempat mencoba beberapa tahun silam," tandas Eomma meramaikan percakapan.
Chanyeol mengangguk sopan sebelum menyesap sedikit teh beraroma klasik tersebut. Setidaknya, teh tersebut bisa menjadi topik yang menarik dibicarakan sebagai potensi bisnis.
"Sebenarnya, tujuan saya kemari‒ "
"Aku harap bukan soal putri kami, ya, Appa," sela Eomma.
Harapan kedua orang tua Gayoung tinggal harapan. Apapun respon orang tua Gayoung, Chanyeol tetap pada tujuannya datang ke rumah keluarga ini.
"Memang soal Gayoung. Maaf kalau saya lancang selama ini, Tuan dan Nyonya Moon. Namun, perceraian kami belum selesai dan meski terdengar plin-plan, saya tidak ingin melanjutkan prosesnya. Bolehkah saya kembali bersama Gayoung seperti dulu?"
Lantas Appa tertawa keras, hingga Eomma ikut menatap ngeri.
"Boleh? Tentu tidak, Nak. Kami menyukaimu dulu dan salah satu alasannya karena kita punya kesamaan. Tak suka mengulang kebodohan dan kesalahan. Betul Eomma?"
Gayoung Eomma mengangguk sebagai bentuk persetujuan. Ingatannya masih jelas soal insiden di lobi rumah sakit maupun penderitaan yang putrinya alami. Lantas, ia menatap Chanyeol dengan aura keibuan yang tegas.
"Rasanya munafik kalau aku pura-pura tidak tahu, selama ini kalian sudah tinggal bersama. Apapun alasan Gayoung, ini mengecewakan kami," tukas Eomma menimpali.
Mungkin Gayoung sudah menjelaskan, tapi Chanyeol menyampaikan jika ia juga sangat menyayangi Joon dan ingin mengasuh anak itu, sama seperti Gayoung.
Bahkan, terang-terangan, ia mengungkapkan penyesalan soal ketidaktahuannya akan kehamilan Gayoung saat itu.
Orang tua Gayoung tetap persisten, tidak memberikan tanggapan positif, hingga Chanyeol cenderung terprovokasi, "Apa kami tidak berhak hidup bersama Joon?"
"Menurutmu, kau pantas tahu alasannya?" tanya Appa dengan suara naik beberapa oktaf. Eomma refleks menahan tangan suaminya.
"Aku saja yang bicara. Ia berhak tahu semuanya, Yeobo, agar tidak bersikap seperti paling terluka."
Sudah lama Eomma ingin menampar Chanyeol dengan rasa bersalah agar mata pria itu terbuka, apa akibat dari keputusan bodohnya beberapa tahun silam. Agar pria itu menyadari betapa ia sangat mengganggu, hadir di kehidupan Gayoung untuk kedua kalinya.
"Tiga tahun lalu, Gayoung pergi ke Toulouse tanpa tahu kalau ia mengandung. Berjuang seorang diri menyelesaikan pendidikan dan menopang hidup. Hingga kami mendengar kalau ia mengalami kecelakaan bus yang cukup fatal. Tak hanya itu, kandungannya menjadi rentan. Kami tidak tahu apa-apa, ikut panik, dan hanya bisa mengirim penjagaan ekstra. Apa aku sudah bilang kalau Gayoung hamil anak kembar?"
Ada jeda tercipta.
Kembar.
Fakta ini adalah hal baru untuk Chanyeol.
"Tapi seperti yang kau ketahui, kita hanya bisa bertemu Joon‒ "
Napas Eomma mulai tersengal, "‒ Byeol tidak dapat diselamatkan karena kekurangan oksigen. Setelah kecelakaan, ada masalah dengan kandungannya. Kau bisa bayangkan seberapa terpukulnya Gayoung?"
Tak hanya menampar, penjelasan Eomma menghantam Chanyeol hingga hanya bisa termangu di kursinya. Jantungnya terasa remuk. Kehilangan waktu-waktu berharga dengan Joon saja sudah membuatnya terluka. Apalagi, seharusnya ia punya satu anak lagi. Lantas, pria itu sadar mengapa Gayoung selalu menghindar setiap ia bertanya alasan ketidaktahuannya.
"Gayoung tertekan hebat. Dia bahkan tidak mau menemui Joon saking menyesalnya. Kau bisa bayangkan perasaan kami sebagai orang tua?"
Mau tidak mau, Chanyeol harus menalar berita dalam hampir tiga tahun ke belakang yang dijejalkan dalam satu waktu. Sekarang.
Appa mulai bicara saat suara Eomma bergetar. Wanita itu sudah mencoba menguatkan diri sedari tadi.
"Kami tidak punya pilihan saat Gayoung harus kehilangan beberapa memori berharga yang tidak kami kehendaki. Itu risiko dari terapi yang kami pilih. Justru hanya dengan cara itu, Gayoung lebih bahagia sekarang."
Tangan Chanyeol mulai bergerak, hanya untuk mengusap wajahnya frustasi. Merutuki dirinya sendiri yang bergerak lambat. Amnesia Gayoung hanya puncak gunung es. Baru sekarang, ia bisa mengetahui apa yang ada di dasarnya..
"Setelah itu semua, apa menurutmu kami masih akan membiarkan Gayoung bersamamu?"
Tubuh Chanyeol tetap terpaku. Rasa bersalah semakin merongrong hatinya. Tahu apa ia selama ini, rasa frustasinya tidak akan pernah sebanding dengan penderitaan Gayoung. Ia bahkan bertanya pada dirinya, harus dengan apa ia memperbaiki kesalahannya.
"Eomma... Appa... kenapa tidak bilang soal Byeol?" pertanyaan terakhir dari sosok di ambang pintu mengalihkan pandangan mereka bertiga. Mata Gayoung berkaca-kaca, menatap nanar kedua orang tuanya bergantian.
Ia merasa ... dibohongi.
Wow, hampir tamat guys! Dugun-dugun nggak?
Btw, buat fans Chanyeol-Gayoung cek channel Youtube-ku ya, iseng bikin FMV lagi. Buat inspirasi dan lumayan banget sekaligus revisi Life Mate.
Kalau suka, jangan lupa komen dan vote di Youtube Channel aku, ya. Atau, kalau kalian ada ide, lagu yang enaka dan bisa diedit, DM aja.
https://youtu.be/BgO5sI9cLe4
https://youtu.be/OdpEAxArIY0
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top