Part 18
"Eomma... Eomma..."
Sontak satu mata Gayoung terbuka meskipun tak lebih dari dua jam matanya terpejam. Lantas, ia bergegas menghampiri Joon, menggendong anak semata wayangnya, dan mengelus punggung bocah itu.
Ketika suara rengekan Joon telah berhenti, dengan hati-hati, Gayoung membaringkan tubuh Joon di atas kasur dan mengolesinya dengan minyak. Anak itu terlihat nyaman sampai perlahan menguap dan matanya terpejam. Rasanya sedikit lega melihat Joon mulai bisa tertidur pulas.
Tok... tok...
Gayoung mengancingkan baju Joon dan memutar kenop pintu. Hanya satu orang yang mungkin mengetuk pintu kamarnya malam-malam.
"Apa Joon sudah bisa tidur?"
"Oh itu, baru saja."
Chanyeol kemudian melongok dan izin untuk melihat Joon sebentar. Sekedar memastikan, siapa tahu Gayoung perlu digantikan berjaga.
"Kau pucat," ucap Gayoung spontan.
Chanyeol bergumam pelan sementara bola matanya berputar, "oh."
"Sebentar."
Gayoung segera mengambil thermogun di meja dan menembakkan sinar inframerah tepat di kening pria itu. Ia curiga Chanyeol ikut sakit. Bukan karena tertular, tapi memikirkan Joon dengan berlebihan. Menurut artikel yang dibacanya, jika orang tua tidak bisa mengendalikan perasaan, mereka akan ikut tumbang.
Mendapati angka yang tidak jauh berbeda dari Joon, Gayoung menginstruksikan Chanyeol kembali ke kamar. Pria itu menurut tanpa melawan bahkan saat Gayoung menempelkan kompres di keningnya.
Deja Vu.
Terlintas dengan jelas memori mereka di Toulouse. Bagaimana Gayoung mengurusnya dengan lembut dan telaten.
"Huaaa... huaaa..."
Tangisan Joon kembali terdengar dan membuyarkan fokus kedua orang tuanya. Chanyeol dan Gayoung segera berhamburan menuju kamar.
"Cup cup. Eomma di sini," ujar Gayoung menenangkan sembari mengusap punggung Joon dalam dekapannya.
Ia menoleh pada Chanyeol yang memperhatikan dengan wajah harap-harap cemas.
"Maaf, kalau Joon mengganggu. Sepertinya ia lebih nyaman tidur sambil digendong. Sunbae kembali ke kamar, ya."
"Apa-apaan kau ini? Aku mau tidur dengan kalian."
Mata Gayoung membelalak sempurna. Apa Sunbae-nya mulai bercanda.
"Maksudnya?"
"Aku akan tidur di sini."
"Tidur di kamarmu saja ya, Sunbae. Joon susah diam nanti kau tidak bisa tidur. Kapan sembuhnya?" pinta Gayoung.
Seperti biasa, bibir pria itu mengerucut.
"Tidak ada bedanya, tapi aku bisa mati cemas membayangkan kau jungkir balik menenangkan Joon."
Perhatian Chanyeol kembali menyentuh hatinya. Namun, tak lama dienyahkan karena ia yakin semua hanya untuk Joon.
"Pintu kamarmu dibuka saja. Aku akan menengokmu sesekali."
Chanyeol menjambak rambutnya frustasi. "Ini bukan masalah demamku. Kau 'kan juga sudah memasang kompres," ujar Chanyeol menunjuk plester yang telah menempel di jidatnya.
"Aku mau menjaga anakku di sini."
"Lalu aku?"
"Kalau kau lelah dan aku sudah baikan, aku saja yang menggendong Joon. Lagi pula, kalau Joon sudah nyaman tidak ada salahnya dipindah ke ranjang. Tenang, kasurnya muat."
Gayoung ingin mendebat, masa iya, ia tidur seranjang lagi dengan pria itu. Mereka sedang dalam proses perceraian. Namun, ia urungkan saat pria itu sudah naik ke ranjang dan menaikkan selimut. Setidaknya ada satu sofa dekat box Joon yang bisa digunakannya untuk tidur nanti.
***
Setelah bangun tidur, Gayoung disibukkan dengan memasak bubur dan sup untuk Chanyeol dan Joon. Bahkan, ia izin tidak hadir ke kantor hari ini. Tentunya, pada atasan yang juga sedang meringkuk di dalam selimut.
Tepat saat terbangun tadi, ia menemukan Chanyeol yang tertidur sambil duduk menggendong Joon di sebelahnya. Sempat ingin marah karena curiga, Chanyeol yang memindahkannya, tetapi diurungkan akibat pemandangan bayi kembar membuat hatinya hangat.
Selepas menyiapkan makanan, Gayoung kembali ke kamar dan menemukan Chanyeol yang sudah terbangun dan mengganti kompres Joon.
"Astaga! Kenapa kau pakai pakaian kerja?"
"Aku sudah baikan," ucap Chanyeol.
Tak mau berlama-lama, Gayoung menyentuhkan punggung tangannya di leher Chanyeol.
"Kau gila! Makan sekarang dan jangan berani-berani melangkah keluar rumah. Atau kita ke dokter sekarang."
Gayoung mengambil Joon dari Chanyeol untuk menyuapkan sesendok bubur pada anak itu, "makan dulu yuk, biar cepat sembuh."
"Tak," ucap Joon yang lemas dan menyembunyikan wajah di lengan Gayoung.
"Makan dulu, ya, nanti kita main. Joon harus sehat kalau mau main."
"Ayo kita lomba! Yang habis duluan boleh main ayunan!"
Gayoung menggeleng. Joon masih sakit kalau main ayunan tubuhnya akan kena angin.
Chanyeol segera meralat kata-katanya, "main mobil-mobilan saja. Nanti, Eomma marah."
Di luar dugaan, Joon tertawa pelan dan mulai mendekati sendok berisi bubur yang Gayoung pegang. Dasar, anak Chanyeol!
Baru saja lega dengan respon Joon, Chanyeol mulai berulah.
"Aku kerja, ya. Masa kita berdua sama-sama tidak masuk. Nanti kalau jadi bahan pembicaraan kau siap?"
"Tidak usah bawa-bawa dibicarakan orang. Alasannya beda Sunbae. Kau sakit, aku bilang, anakku sakit."
Sontak Chanyeol menaruh sendoknya di meja dan bertanya, "kau mengaku punya anak?"
Sudah beberapa hari lalu, Gayoung bercerita pada anak buahnya kalau ia sebenarnya punya anak dan mungkin akan slow response jika dihubungi di luar jam kerja. Begitu juga yang diinformasikan pada HRD.
"Aku perlu toleransi mereka untuk tugas di luar jam kerja. Lagi pula, aku juga memasang foto Joon di meja kerjaku. Santai sajalah, Sunbae."
Tiba-tiba Chanyeol tersedak oleh suapan bubur terakhirnya. Ia tak sabar untuk memastikan, "kau pasang foto Joon?"
Chanyeol pikir wajah Joon dan wajahnya sudah bagai pinang dibelah dua. Orang awam pun bisa curiga kalau Joon adalah anaknya. Percuma saja Gayoung ingin merahasiakan hubungan mereka setelah tindakan cerobohnya.
"Mereka lihat foto Joon? Sudahlah, aku di rumah."
Gayoung menggigit bibit bawahnya, ia baru sadar sudah bertindak bodoh.
"Kita mengaku saja kalau sudah menikah bagaimana?" tanya Chanyeol kemudian.
Gayoung melirik tajam ke arah pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Kadang Chanyeol memang bisa lebih gila darinya.
***
Dongwook
Homo Sapiens dan Homo Deus-mu sudah selesai.
Bisa ku kembalikan hari ini?
Gayoung
Aku sedang tidak bekerja. Di rumah.
Dongwook
Kebetulan aku di Itaewon. Bisa bertemu sebentar?
Mana mungkin ia pulang sebentar menemui Dongwook sementara Bibi Wang sendiri absen karena suaminya juga sakit. Ia tidak bisa meninggalkan dua manusia itu tanpa penjaga.
Gayoung
Aku di rumah teman sedang tidak memungkinkan meninggalkannya yang sakit.
Dongwook
Sebentar saja mengembalikan buku.
Dengan sangat terpaksa, ia membagi lokasi tinggal Chanyeol dan mengatakan tak bisa terlalu lama bertemu. Anehnya, Dongwook tetap mengiyakan dan berjanji menemuinya segera.
Sesuai petunjuk, Dongwook tiba di rumah Chanyeol, dengan membawa dua buku yang dijanjikan dan juga sekotak es krim kesukaan Gayoung.
Mata Gayoung berbinar kala menerima kemasan bertuliskan Baskin Robbins. "Terima kasih, Oppa."
"Aku yang harusnya berterima kasih. Semoga suka es krimnya, sekaligus hadiah promosimu."
"Tentu. Ini kesukaanku. Maaf, ya, tidak bisa mempersilakan masuk. Temanku sakit."
Dongwook tersenyum simpul dan berkata, "harusnya aku bawa buah, ya."
"Tidak perlu, paling sebentar lagi juga dia sembuh."
"Huaaa."
Samar-samar terdengar suara tangis Joon. Gayoung pun sibuk mencari cara untuk mengusir Dongwook dengan halus. Baru Gayoung akan mengutarakan kata-katanya, suara bariton seseorang sudah terdengar.
"Yeobo! Joon tidak mau diam, dia memanggilmu."
Chanyeol membuat Gayoung membuang nafas kasar dan menoleh ke belakang. Apa lagi, Chanyeol terlihat berjalan ke halaman dengan kondisi shirtless, hanya mengenakan handuk.
Kening Dongwook mengernyit. Ia pun bergumam, "suaranya familiar."
"Sebentar Oppa‒"
Bukannya diam di tempat, Chanyeol berlari ke arah Gayoung meski masih di balik pagar.
"Kaupesan apa? Lama sekali. Aku masih mandi, tapi Joon menangis. Sepertinya dia haus, kau bisa memberikan minum kan?"
"Kau juga bisa membuatkannya minum. Uh, sayang, sini, abaikan saja orang tidak becus ini. Sana masuk," ujar Gayoung sembari memindahkan Joon dalam gendongannya dan menyerahkan kedua buku dan es krim dari Dongwook.
Chanyeol justru pura-pura melongok ke depan hingga bertatap muka dengan tamu Gayoung.
"Oh, Dongwook-shi. Kaudatang? Kenapa hanya di pagar? Masuklah!"
Spontan Gayoung berteriak, "bisa-bisanya tanpa pakaian bertemu tamu. Masuk sekarang!"
Dongwook menatap mereka secara bergantian dan satu ujung bibirnya naik.
"Apakah aku ketinggalan informasi penting?"
Jemari Gayoung memindah beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, berusaha menutupi kepanikan. Ia berucap pelan, "panjang ceritanya. Kapan-kapan akan kuceritakan."
"Eom-ma," panggil Joon yang mulai merajuk. Benar sepertinya anak ini kehausan.
Dongwook terlihat bingung dan tak suka, "mirip dengan Park Chanyeol ya?"
Gayoung mengangguk samar. Ia semakin yakin. Sekali melihat Joon, bukan wajah Gayoung yang dikenali tapi wajah papanya yang pertama kali disebut.
"Baiklah, sepertinya aku benar-benar mengganggu. Kau hutang cerita Gayoung!" ucap Dongwook mengakhiri kunjungannya.
Gayoung hanya mengiyakan dan mengantar pria itu kembali ke mobil. Kalau ia tidak berhati-hati, akan semakin sulit merahasiakan hubungannya dengan Chanyeol mulai sekarang.
Btw, ini sudah lebih dari setengah parts menuju kelar. Tebak deh, sad ending atau happy ending?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top