Part 15
Ketertarikan Chanyeol pada dunia interior tak pernah menjadi alasannya untuk mengerjakan sendiri pertukangan di rumahnya. Pembangunannya ditangani oleh salah satu kontraktor kenalannya di Seoul dan di awal, ia bertemu salah seorang arsitek ternama untuk mendesain eksterior dan interior rumahnya sesuai selera dan kebutuhan.
Namun, hari ini ia tengah mengenakan pakaian santai dan tubuhnya ternoda cipratan cat. Berbekal tutorial dari YouTube serta beberapa tukang yang membantunya, ia menata ulang kamar tidurnya. Mulai dari pekerjaan mengganti wallpaper, merangkai ranjang bayi, dan memasang beberapa ornamen lucu di dinding.
Jika sudah terkait dengan Joon, ia akan menjadikan mungkin apapun yang tak mungkin. Setiap ayah selalu ingin yang terbaik untuk anaknya.
Drt... Drt... Drt....
"Akhirnya kau menghubungiku, bagaimana untuk produk yang bagus?" tanya Chanyeol menanggapi telpon dari Kyungso.
"Hadiah untuk siapa? Hyungmu? Bukankah berlebihan memberikan high chair‒oh aku lupa, kau kebanyakan duit sampai ingin menghamburkan ya?"
"Dasar kau! Tinggal bilang apa saja masing-masing brand untuk barang-barang itu. Tolong tanyakan Jihyun, aku tidak punya nomor ponselnya."
"Asal kau tahu, semua yang memilih ibu mertuaku. Aku tidak yakin dia tahu."
"Lalu apa yang kalian lakukan? Hanya membuat anak?" cemooh Chanyeol mencontoh temannya.
Sementara itu, salah satu tukang ternyata kebingungan meletakkan lampu tidur berbentuk bulan dan bintang. Ia menyela pembicaraan Chanyeol, "Lampu tidur ini mau ditaruh mana?"
"Dekatkan dengan ranjang bayi saja dan nakas kecil itu. Jangan terlalu jauh!" perintah Chanyeol menunjuk furnitur di pojok ruangan.
Tentu Kyungso dapat menangkap suara tersebut, "Kau dan Jiwon akan punya anak? Belum ada undangan sampai sekarang."
Chanyeol berdeham keras.
"Jawab dulu pertanyaanku baru aku cerita!"
"Tidak bisa sekarang. Aku harus pelan-pelan bertanya pada ibu mertuaku. Bisa-bisa ia salah sangka. Membelikan mainan anakku saja tidak pernah."
"Baiklah aku ceritakan setelah list-mu terkirim," ucap Chanyeol enteng. Ia bisa membeli produk paling mahal di toko tapi bukan itu yang ia cari. Ia ingin yang terbaik dan menurutnya keluarga Kyungso berpengalaman dengan produk anak dari keempat anaknya.
"Jadi? Kapan undangannya? Menunggu sampai besar seperti Jong Dae?"
Bibir atas Chanyeol terangkat, kesal saja dikatakan seperti itu.
"Anakku sudah 16 bulan."
Teriakan Kyungso langsung menggema, "Kau lebih sinting! Kapan ia melahirkan?"
Singkat cerita, Chanyeol menceritakan kronologis bertemunya ia dengan Joon dan Gayoung serta fakta tersembunyi bahwa Joon punya hubungan darah dengan mereka.
"Wah, gila! Kau tidak akan menuntut Gayoung kan? Tapi ini tidak masuk akal. Apa Gayoung merencanakan ini semua?"
"Jaga bicaramu! Kami sama-sama buta dan ia jauh lebih tertekan sekarang. Aku juga bingung kenapa keluarga Moon bertindak sejauh itu. Apakah Gayoung amnesia atau ada masalah apa, sampai sekarang ia belum ada kabar."
"Dan, kau diam saja?"
"Pasti tidak mudah meminta pengakuan keluarganya. Sepertinya masih alot. Kalau ia sudah bersama Joon, pasti aku boleh bertemu anakku," ujar Chanyeol percaya diri.
Ia ada di posisi yang sama dengan Gayoung. Berhak dan bertanggung jawab sepenuhnya atas Joon tapi belum sekalipun mereka bisa berinteraksi selayaknya keluarga.
"Tolong rahasiakan ini dari siapapun. Aku khawatir Gayoung belum siap."
Kyungso mengiyakan sebelum berjanji memberikan rekomendasi terbaiknya. Ya, ini soal anak sahabat baiknya.
***
Seperti dugaanya, tak ada jalan mulus untuk mendapatkan Joon. Gayoung sendiri geram, merasa diperlakukan seperti orang bodoh. Pagi-pagi buta, ia nekat menyela appa di ruang kerja, menuntut pembenaran.
Berurusan dengan appa tak jauh berbeda, beberapa kali Gayoung melayangkan pertanyaan menjebak soal prinsip appa tentang kebenaran. Bagaimana keluarga mereka berpegang dan mengapresiasi hal tersebut.
"Appa pernah mengatakan padaku selama aku benar, aku harus mempertahankan argumenku."
"Ya, sepertinya. Kau boleh bertanya alasannya tapi jangan tanya kapan, Appa sudah lupa," jawab appa dengan nada jenaka.
Gayoung tersenyum simpul, "aku tak akan bertanya. Appa membuatku yakin selama kita punya alasan yang kuat, apalagi bukti atau ilmu yang berdasar, kita harus percaya diri."
"Just rely on it."
Tanpa segan, ia menyajikan bukti yang akan sulit didebat.
"Termasuk dokumen ini Appa?" tanya Gayoung menunjukkan duplikat hasil tes DNA.
Berkebalikan dengan cara Eomma, nada tinggi Appa terdengar nyaring, "lancang sekali kau melakukan tes ini. Untuk apa?"
"Untuk mengungkap kenyataan yang disembunyikan. Aku tidak sebodoh itu sampai gagal membaca gelagat mencurigakan. Aku juga bisa merasakan ikatan batinku dengan Joon."
Lalu Appa tertawa, kembali berujar dengan tenang, "Joon itu memang cucuku yang menarik. Kautahu, beberapa mantan Jaemin sampai mengaku sebagai ibunya. Tapi kami tidak percaya dan memilih Somi. Lalu kau, putriku. Juga menginginkan Joon sampai merekayasa tes semacam ini?"
"Rekayasa ...."
Saat itu juga, hatinya remuk akibat tuduhan appa. Ia merasa sendiri saat appa juga tak di pihaknya. Meskipun ia sudah membawa fakta yang tak terelakkan.
"Tidak masuk akal. Kalau kau ingin anak, menikahlah dengan Dohwan dan hiduplah dengan bahagia di Paris."
"Aku pikir Appa akan bersikap netral. Cerita Appa lebih tidak masuk akal. Jae tak pernah punya pacar bahkan sampai sekarang. Appa harus mengenalnya dengan baik sebelum menjadikan pion."
Appa tertawa meremehkan, "justru itu alasanku tidak percaya dengan wanita yang mengaku sebagai ibunya."
"Appa, aku bisa menuntut Appa kalau tidak ada satupun yang mengkonfirmasi kebenaran hasil tes ini," ancam Gayoung mulai tidak sabar.
Ketika Appa berada di pihak Eomma, kondisi lebih sulit untuk dikendalikan. Tidak mungkin kalau Appa tidak ada di pihak Eomma dan ikut menyimpan semuanya. Namun, dengan sedikit informasi yang dimiliki, Gayoung hanya berharap Appa mau berubah haluan.
"Eomma tak mendidikmu untuk mengkonfrontasi appa-mu sendiri," sela Eomma yang entah sudah sejak kapan ada di dalam. Mati-matian Eomma menjaga agar pertikaian dalam keluarga ini tak tersulut. Agar keluarga ini tetap tentram. Kalau hanya untuk memisahkan Gayoung dari Appa tak akan sulit baginya.
***
"Tidak sekarang Hyungi."
"Tidak sekarang bagaimana? Anakmu mau memusuhi kita padahal kita melindunginya," ujar Eomma frustasi.
Appa yang masih duduk di kursi putar mengikuti arah gerak istrinya,"Ia hanya tidak tahu. Kalau ia mengingat masa itu, aku tak yakin ia sanggup. Joon bisa diserahkan ke Chanyeol dan aku tak menginginkan hal itu. Cukup nama 'Park' Joon karena perceraian mereka belum tuntas."
"Ini berbeda. Gayoung menginginkan Joon sekarang. Aku rasa wajar ketika seorang ibu bertemu dengan anaknya, ia menginginkan pengakuan atau bahkan membesarkannya. Selama ia tidak mengingat Byeol, semua akan baik-baik saja."
"Lalu, apa alasanmu padanya? Ia akan tetap memusuhi kita karena memisahkannya dengan Joon selama ini."
"Ceritakan saja soal apa yang dialami Gayoung di trimester terakhir tanpa Byeol tentunya. Ia hampir keguguran dan setelah melahirkan justru ia mengalami baby blues. Memaksa kita menyerahkan Joon pada Chanyeol yang tidak tahu apa-apa, sementara ia terus dihantui rasa bersalah. Kita hanya perlu mengulur waktu atau mungkin mengubur sisanya selamanya."
"Dan kita berpikir, tidak secepat sekarang," imbuh Appa menanggapi.
"Benar, yeobo. Meskipun aku mau Jaemin yang menanggung kebutuhan Joon sampai dewasa, untuk sekarang hanya Gayoung yang diperlukan Joon. Bukan Jaemin ataupun Somi. Begitu juga sebaliknya."
Pria berusia lebih dari setengah abad itu menghela nafas, "Aku tak bisa menyanggah lagi."
***
Kekhawatiran Eomma dan Appa Gayoung sangat masuk akal. Gayoung sendiri hampir pingsan mendengar penuturan bahwa ia hampir meregang nyawa bersama bayinya. Meskipun ingatan itu tak kembali, Gayoung masih bisa merasakan kepedihannya. Hal itu justru yang membuatnya semakin gigih mempertahankan Joon sekarang atau nanti.
Ia ragu, setelah tahu alasan Joon diasuh oleh Eomma, apa Chanyeol akan membiarkannya bersamaan Joon. Ia takut Chanyeol akan mengambil Joon darinya, seperti ancaman pria itu di restoran. Eomma saja sampai meminta Bibi Wang fokus pada bocah itu selama Joon pindah ke Seoul.
Suami Tampan
Bagaimana kabarmu dan Joon?
Sudah bisa aku bertemu dengannya?
Gayoung tak merespon. Ia memutuskan untuk menghindari Chanyeol sementara waktu. Sampai ia merasa mampu jika harus memperebutkan dan memenangkan Joon.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top