Part 11
Hampir lupa update, semoga menikmati :)
Chanyeol menatap lurus ke arah bangunan yang menjulang dengan kokoh di salah satu jalan protokol Gangnam-dong. Meskipun dekat dengan bangunan miliknya di lokasi yang sama, sudah lebih dari dua tahun ia tak menginjakkan kaki di sana. Terakhir kali adalah pasca sidang perceraian, untuk menyerahkan segala urusan perceraian pada pengacara. Setelahnya, ia tak mau ambil pusing.
Lalu, hari ini, ia punya masalah baru yang harus diusut dan tak akan mudah tanpa membawa pihak legal. Ia perlu backers yang kuat.
"Park Chanyeol, lama tak bertemu," sapa salah seorang pengacara di salah satu bilik.
Chanyeol memeluk pria itu erat. Seperti kawan lawas yang lama tak bertemu.
"Maaf mendadak, aku belum sempat membuat janji dengan orang sibuk jadi aku mampir saja."
"Sibuk apanya? Kau yang sibuk. Perceraian saja sudah kauserahkan padaku," sahut pria tersebut
Satu alis Chanyeol terangkat. Kemudian ia berceloteh, sekedar bertanya kabar masing-masing dan berbasa-basi. Sebelumnya, ia mempercayakan semua urusan perceraiannya pada Yixing, pengacara handal keturunan China. Pria itu terkenal mumpuni memenangkan kasus dengan cepat.
"Kau masih ingat mantan istriku 'kan?"
"Moon Ga‒"
"Moon Gayoung," tandas Chanyeol.
Ia melanjutkan ucapannya, "Aku cuma sekali menikah. Baru-baru ini dia membuat masalah dan aku perlu mengajukan tuntutan padanya. Kau bisa bantu?"
Yixing tampak berpikir dan kemudian mengangguk mantap. Apa yang tidak akan ia lakukan untuk membantu temannya satu ini. Bertempur di meja hijau untuk mengurus kasus perceraian Chanyeol yang berlarut-larut pun, masih ia lakukan. Meskipun, pria yang bersangkutan sudah tak lagi peduli dan tak mau mendengar perkembangan prosesnya.
"Bagaimana detailnya?"
Belum Chanyeol menjawab, Yixing sudah bicara lagi, "Sebenarnya‒ aku mau minta maaf, perceraian kalian belum tuntas. Kau tahu 'kan kalau istrimu tidak pernah datang ke persidangan?"
Kening Chanyeol berkerut, sejak awal memang wanita itu tidak tertarik dengan solusi damai dan hanya ingin bercerai. Namun, itu seharusnya bukan alasan selama kedua pihak sudah setuju dan Chanyeol tak lagi mengajukan banding.
"Kau mungkin berpikir sebaliknya. Tapi sulit mendapatkan kesepakatan untuk kalian. Pengacaranya sangat menyebalkan dan mau menangnya sendiri. Aku tidak tahu kalau istrimu banyak tuntutan."
"Soal?"
"Pembagian harta gono gini."
Chanyeol berdecak,"Tidak mungkin, ia tidak memikirkan uang. Kadang aku pikir otaknya tumpul saat bicara soal uang. Ia hanya fokus mencapai tujuannya."
Pria itu bisa mengingat beberapa insiden di mana Gayoung tampak tak punya perhitungan. Namun, tak lama ia tersenyum tipis, "Aku punya ide. Bagaimana... kalau kita hentikan saja perceraian ini?"
Yixing mengerjapkan mata, pertanda ia tidak mengerti. Ia sudah cukup pusing dengan ulah pengacara Gayoung selama lebih dari dua tahun. Dan sekarang, Chanyeol dengan entengnya mau membatalkan perceraian. Untuk apa keringatnya selama ini?
"Aku berubah pikiran, aku tidak memerlukan status sebagai pria single lagi."
"Bukannya kau bilang sendiri, pernikahan ini toxic dan Eomma-mu setuju kalian berpisah."
Chanyeol tersenyum dengan satu ujung bibir terangkat,"Itu dulu, sekarang Eomma pasti juga sependapat denganku."
***
"Kenapa Noona berdiri di depan kamar?" tanya Jaemin mendapati Gayoung yang hilir mudik di depan kamarnya.
"Hanya ingin lewat."
"Tidak biasanya. Kau 'kan tidak suka di sekitarku."
Gayoung menatap adiknya sinis. Aneh juga tingkahnya sekarang.
"Terserah aku. Ini kakiku."
"Well, kakakku memang keterlaluan kejamnya. Bukan ingin melihat anakku?" goda Jaemin asal.
Mata Gayoung menyipit dan ia berteriak, "Aku ingin melakukan ini dari tadi pagi."
"Apa?"
Gayoung melangkah maju dan kedua tangannya terangkat, menjambak rambut Jaemin kuat-kuat. Tentu adiknya mengerang kesakitan, setengah panik dengan tingkah kakaknya. Terakhir kali ia diperlakukan seperti ini adalah saat di sekolah dasar akibat memukul pantat Gayoung di depan umum. Sekarang ia bingung di mana letak kesalahannya.
"Lepas... lepas..."
"Berani-beraninya kaupunya anak di luar nikah. Sudah kubilang, belajar itu ya belajar, kenapa kau kelewatan saat pacaran?"
"Noona lepaskan. Aku kelewatan, kau pernah muda juga 'kan?" ujar Jaemin berusaha melepaskan tubuhnya.
"Tapi aku tahu batasan, bodoh!"
Kemudian, ia berbisik ke telinga adiknya, "Jadi kau tidak membohongi Somi? Joon memang cucu Eomma?"
Jaemin tak lekas menjawab. Ia benar-benar kesakitan, rambutnya bisa rontok akibat dijambak sekuat tenaga oleh kakaknya. Ia mengerang minta ampun agar segera dilepaskan.
Gayoung melepaskan cengkramannya dan menyilangkan kedua tangan di depan dada, "Aku akan memberikan ampun kalau aku boleh melihat Joon."
"Ya, ya. Kau masuk saja. Pakai alasan menjambak rambutku. Ada Somi di sana, tapi jangan jambak dia sepertiku."
"Kau pikir aku bodoh?"
Senyum merekah di bibir Gayoung dan ia melangkah dengan bahagia masuk ke kamar Joon yang berada tepat di samping kamar Jaemin. Kamar tersebut ditata sedemikian rupa dengan berbagai mainan anak dan aroma bedak bayi membuatnya merasa hangat.
Mungkin juga ia memang harus percaya, kenapa juga kamar Joon diletakkan di samping kamar Jaemin kalau ia bukan anak dari laki-laki itu.
"Hi Joon!"
"Beri salam pada Imo," ujar Jaemin yang mengikuti dari belakang.
Secara instingtif, Gayoung memukul lengan Jaemin, "Imo?"
"Ya, kau tidak akan minta dipanggil Noona 'kan? Dia keponakanmu."
Tanpa mengindahkan kata-kata Jaemin lagi, Gayoung mendekati tempat tidur Joon dan menaruh anak yang sedang sibuk dengan botol susu itu di pangkuan. Seperti sebelumnya, Joon tidak berontak meski Gayoung mencoba membenahi posisi anak itu. Tanpa melepaskan botol minumnya, sesekali ia menoleh mencoba melihat wajah Gayoung. Gayoung pun ikut gemas dengan pipi chubby Joon yang kembang kempis dan mengelus-elusnya. Bisa bahaya kalau ia nekat mencubit atau menggigit pipi bocah itu.
Khawatir tersedak atau muntah akibat terlalu banyak menoleh, Gayoung memutar tubuh Joon menghadapnya sehingga satu tangan Joon yang bebas juga jadi lebih mudah memainkan rambut bergelombang Imo.
"Joon, jangan centil-centil pada Imo! Nanti dia bisa jatuh cinta padamu."
Gayoung tersenyum sinis dan berujar, "Ter-lam-bat, aku jatuh cinta pada pandangan pertama."
Antara percaya dan tidak, Jaemin tidak menyangka Gayoung akan semudah ini tertarik pada Joon. Somi saja butuh waktu berminggu-minggu untuk bisa berdamai dengan Joon padahal Somi sering menjadi relawan untuk kegiatan anak-anak. Sementara, Noona-nya ini, ia terbiasa bersembunyi di dalam kamar jika ada anak kecil berkunjung.
"Kapan Noona pulang?"
"Aku sudah di rumah."
"Maksudku ke Seoul. Kau 'kan bukan pengangguran," ujar Jaemin malas.
Pertanyaan ini juga ditanyakan oleh Eomma-nya setelah berhenti mogok bicara. Lalu, sekarang dengan tidak berperasaannya, Jaemin mengajukan pertanyaan yang sama. Ia memang sudah tidak dianggap di rumah ini.
"Nanti malam sepertinya. Sebelum aku pulang, aku akan menyita Joon seharian."
"Silakan, Noona benar-benar akan menghibur gadis itu," ujar Jaemin menunjuk Somi yang sudah kelelahan dan tertidur di salah satu cushion.
Sepertinya mengurus Joon bukan hal yang mudah. Meskipun Jaemin akan menikahi So Mi, gadis itu itu tampak tak siap merawat anak apalagi usianya yang relatif muda. Sedikit banyak, hal ini membuat Gayoung gusar.
Fans Ga Young udah denger gosip next projectnya kan? Jadi dugun-dugun deh.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top