Part 10

Buat yang kemarin penasaran, jangan lupa komen dan votenya ya :)

Fakta bahwa Gayoung tak menyukai anak-anak bukan hal baru. Sama halnya dengan kucing, ia sependapat kalau mereka lucu dan menarik, tapi bukan jaminan mereka akan berkawan. Sejak kuliah, berkali-kali ia mendapat penolakan dari anak-anak di acara sosial. Ia sering berpikir, apa wajahnya yang terlalu ketus atau ada aura gelap mengikuti. Hal itu juga yang membuat Gayoung menjaga jarak dari mereka secara otomatis setelahnya.

Namun, hari ini ia perlu menarik kata-katanya. Sejak pertama Gayoung menemukan Joon tertinggal sendiri di pusat perbelanjaan, ia merasa punya ikatan dengan bocah itu. Bahkan, bocah itu tak menolak saat ia memberanikan diri menggendong.

Kalau saja ia dan Chanyeol masih bersama, mungkin mereka akan punya anak seusia Joon.

"Eonni, kau baik-baik saja," ujar Somi membuyarkan lamunan Gayoung. Gayoung refleks memaksa tersenyum dan mengembalikan fokusnya.

"Kita harus segera ke IGD."

Gayoung mengikuti langkah Somi meninggalkan mobil sementara pandangan yang tak terlepas dari Joon. Anak laki-laki itu menangis lagi semenjak meninggalkan rumah dan hati Gayoung tersayat setiap mendengar tangisan itu yang semakin kencang. Belum lagi tangan kecil Joon yang berusaha memukul So Mi.

"So Mi, aku bisa gendong Joon dulu. Kau selesaikan registrasinya saja," ucap Gayoung menengadahkan tangan, meminta Joon pindah ke pelukannya. Kemudian dengan Joon dalam dekapan, ia berjalan menuju bangku di depan resepsionis, membiarkan Somi mendaftar.

Perlahan, tangis Joon mereda. Anak itu bahkan menatap Gayoung dengan wajah menelisik. Sepertinya, ia tidak ingat pernah bertemu dengan ahjumma ini. Lantas, meski wajahnya masih merah, ia berusaha tersenyum dan menempel di dada Gayoung. Dengan lembut Gayoung mengusap ubun-ubun bocah itu dan mempererat dekapannya.

"Siapa nama pasien?"

"Joon. Park Joon," jawab Somi sembari menyerahkan kartu yang terlihat seperti kartu rumah sakit. Saking paniknya, Somi membawa satu dompet berisi semua tanda pengenal Joon.

Sementara Gayoung terpaku di tempat. Kenapa pikirannya berburuk sangka dan macam-macam hanya dengan mendengar nama lengkap Joon. Terbukti, ia bukan anak Jaemin, tak ada marga Moon pada namanya. Berjuta marga Park memang disematkan di negaranya, tapi itu terlalu familier untuk Gayoung.

***

Sampai matahari terbit, Jaemin tak kunjung datang ke rumah sakit, sementara Gayoung butuh penjelasan dari adiknya. Pikiran Gayoung kacau. Ia tak berkutik, duduk di tepi brankar menemani Joon yang terpaksa diinfus untuk menurunkan panas tubuhnya. Pandangan Gayoung pun lekat pada bocah yang belum lama berusia satu tahun itu.

Sebuah kebetulan yang tak masuk akal. Setelah Joon ditangani oleh dokter dan terlelap, Gayoung melakukan wawancara singkat pada So Mi. Ia menemukan fakta bahwa Joon sudah lama tinggal di rumahnya.

Awalnya gadis itu hanya mengatakan kalau Joon adalah anak Jaemin dengan pacar sebelumnya dan ia sudah berjanji akan menganggap Joon sebagai anaknya sebelum keduanya menikah tahun ini. Persis cerita Jaemin. Namun, ketika gadis itu berkata pertama melihat Joon di pesta ulang tahun ibunya tahun lalu‒ sebelum perjodohan‒ semua kebohongan Jaemin menjadi tidak masuk akal.

Setelah pengakuan itu juga, Gayoung meminta Somi untuk menunggu di luar, beralasan ruang yang sempit. Somi menolak, tetapi penegasan Gayoung kalau wanita itu punya tanggung jawab lebih pada anggota keluarganya membuat Somi mengalah. Gadis itu bahkan menyerahkan semua barang Joon.

"Joon, sudah bangun?" spontan Gayoung bertanya. Entah bocah itu akan paham atau tidak apa yang dibicarakan. Pandangan Joon linglung dan matanya berkaca-kaca yang sontak membuat Gayoung memeluk bocah itu. Sepertinya, ia tidak nyaman karena harus mendapat infus. Gayoung segera berinisiatif mengusap tangan Joon.

"Sakit, sakit pergilah."

"Hiks...." suara Joon tersengal.

Kali ini Gayoung lebih siap, di saat satu tangannya masih mengusap punggung tangan yang diinfus, satu tangannya membelai ubun-ubun Joon.

"Jangan menangis, ya. Sebentar lagi infusmu akan habis dan kita bisa pulang."

Sakit Joon memang belum reda dan bibirnya menahan tangis, tapi setidaknya ia punya semangat untuk kuat.

***

Sesampainya di rumah, Gayoung mengejutkan Eomma dengan wajah masam dan lesu.

"Kau dari mana saja? Kenapa Eomma mendengar deru mesin mobil pagi-pagi dan kau dari garasi?"

Gayoung membuang napas kasar dan Somi yang tadi berjalan di belakang sambil menggendong Joon kini berdiri di samping Gayoung.

"Joon, apa yang terjadi pada Joon-ku?" seru Eomma-nya terkejut. Terutama, saat menemukan plester kecil di tangan cucunya. Gayoung tertegun. Antara Eomma yang pandai bermain peran atau beliau khawatir pada bocah laki-laki itu.

"Eomma berhutang penjelasan tentang Joon padaku."

Wajah Eomma-nya pias, wanita itu seperti kehabisan kata, "Gayoung...."

"Sebenarnya, anak siapa dan siapa Joon i‒‒"

Ucapan Gayoung tersela karena sosok yang ditunggu-tunggunya sejak semalam baru tiba, "Noona, maaf aku baru membaca pesanmu. Aku baru sampai pukul 3 tadi dan ponselku mati. Bagaimana kondisi Joon? Apa dia sudah sehat?"

Gayoung menatap adiknya datar, "Joon sudah lebih baik, ada beberapa obat yang harus diminum."

"Terima kasih, Noona, sudah menjaga Joon-ku," ujar Jaemin sembari mengangkat Joon dari gendongan Somi.

"Kalau kau benar ayahnya, siapa ibunya Jae?" tanya Gayoung menuntut, belum ada satupun yang menjawab pertanyaannya tadi. Ia tak peduli dengan kebohongan Jaemin pada Somi.

Jaemin melirik Eomma yang masih diam. Dari kemarin mereka mati-matian menyembunyikan Joon dari Gayoung. Tak siap dicecar bagaimana bisa ada cucu di keluarga Moon, tanpa sepengetahuan anak pertamanya. Mereka pun belum menyiapkan jawaban siapa ibu dari anak laki-laki itu kalau Gayoung bertanya.

"Gayoung-ah. Maafkan Eomma yang tidak menceritakan kejadian ini."

"Kenapa dia bermarga Park dan ia lahir di bulan Mei tahun lalu? " tembak Gayoung lagi tanpa peduli reaksi keluarganya. Baru sekali ini seumur hidupnya ia merasa ada rahasia besar yang disembunyikan dan ia berhak untuk mengetahui kebenaran.

Emosi Eomma menjadi tak terkendali. Tiba-tiba, Eomma berteriak murka, "Apa maksudmu menanyakan ini? Kau pikir apa?"

Gayoung mundur beberapa langkah, terkesiap dengan reaksi Eomma-nya. Eomma tadi terlihat bingung, tetapi sekarang kondisi berbalik, mendominasi tanpa memberi sela.

"Memang benar keputusan Eomma menyembunyikan Joon selama ini. Selama kau di Toulouse, apa kau pernah tahu kalau Eomma juga punya masalah di sini? Kau pikir kami mudah mengurus Joon tanpa ibunya‒"

"Eomma tidak mau bahas lagi siapa ibu Joon. Tidak penting. Pokoknya, Joon cucu Eomma!"

Wanita berusia senja itu kemudian pergi meninggalkan anak-anaknya dengan wajah bingung.

Jaemin menghembuskan napas dengan berat. Tatapannya serius. Tak mungkin ada yang bermain peran di sini.

"Kalau Noona mencari tahu sama saja Noona membuka luka yang kami kubur rapat-rapat. Kau tak ingin menyakiti kami 'kan?"

Pemuda di pertengahan 20 itu melangkah mendekati Noona-nya, "Jangan berpikir macam-macam! Kami sudah sepakat untuk tak membahas masa lalu Joon. Sekali lagi, ini sangat berat untuk kami semua. Aku harap Noona mengerti."

Semoga masih betah baca :)

Kemarin iseng bikin FMV Yours di Youtube (diattach di part ini) kalo ada waktu mampir dan like ya. Tbh, FMV ini lumayan bikin aku dapet feel pas ngelanjutin cerita.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top