Part 09
Berada di rumah seorang diri sangat membosankan. Tak terkecuali untuk Gayoung, ia memutuskan untuk pergi ke Busan. Lagi pula, Jaemin sudah beberapa kali mengingatkan untuk mengunjungi Eomma-nya. Gayoung semakin merasa bersalah saat pergi ke Busan tanpa bertemu Eomma-nya.
Jadi, Sabtu ini, ia membeli tiket kereta pagi untuk bertemu dengan Eomma-nya. Menunggu Jaemin juga terlalu lama.
Sesampainya di rumah, bukannya pelukan yang ia dapatkan melainkan tatapan terkejut dari Eomma-nya,
"Astaga! Kenapa tidak bilang akan datang?"
"Aku pikir tidak perlu janji bertemu Eomma."
"Dasar anak durhaka. Membangkang dan tahu-tahu datang."
Gayoung spontan memeluk Eomma-nya, "Jadi, Eomma tidak suka?"
"Tentu! Kau tidak mendengarkan Eomma," ujar Eomma sembari mengarahkan Gayoung ke kebun tengah.
Eomma terlihat risau seperti ada yang mengganggu pikirannya. Bahkan, meski wanita itu menanyakan kabar Gayoung, ia tak tampak fokus.
"Eomma, tidak masak cumi pedas untukmu. Kau sih tidak peduli pada Eomma bagaimana Eomma bisa bersiap."
"Aku tidak pulang untuk makan. Kita bisa makan di luar kalau Eomma mau."
Eomma tak mengelak, kemudian Gayoung pamit sebentar. Ia ingin melihat kamarnya. Sudah hampir 3 tahun, ia tidak pulang.
"Huaaa...."
Tiba-tiba terdengar suara tangisan anak dari dalam rumahnya. Setahu Gayoung, Eomma nya tidak mengangkat anak dan Jaemin, tidak mungkin punya anak. Bocah itu sudah menjelaskan sebelumnya. Kecuali, ini memang alasan Jaemin menghindar beberapa hari lalu.
"Sepertinya cucu Bibi Park dibawa," jelas Eomma tanpa ditanya. Ia ternyata menyusul Gayoung menuju lantai atas.
Gayoung masih terdiam di tempat. Sejujurnya, ia merasa kebingungan. Suara tangisan ini terdengar familiar.
"Jangan melamun! Eomma ingatkan dulu wanita itu. Nanti kita jadi pergi ya. Eomma ingin belanja seafood juga," ucap Eomma yang berubah lebih ramah dari sebelumnya. Namun, Gayoung masih tidak merespon. Ia tenggelam dalam pikirannya.
***
"Huaaa, huaaa, huaaa."
Malam harinya, tangisan yang sama kembali mengusik. Suara itu seperti menahan sakit dan rasanya getir mendengar suara tersebut. Gayoung sampai terhenyak dari tidurnya dan segera berlari keluar. Ia mendapati suara tersebut berasal dari kamar kosong di samping kamar Jaemin.
Baru Gayoung akan mengetuk, pintu sudah terbuka menampakkan sosok yang tak pernah ditemui di rumah, tapi tak asing untuk matanya.
"Apa kita pernah bertemu?"
"Maaf, Eonni. Apa kau melihat Jaemin? Kau pasti kakaknya? Joon menangis. Aku bingung harus bagaimana tapi tubuhnya hangat," ucap gadis itu dengan panik.
"Joon?" Gayoung mengernyit bingung.
"Baiklah tenang, aku akan menghubunginya."
Gayoung menelepon dan mencari Jaemin di seluruh penjuru rumah tetapi pria itu tidak ada. Rasanya tidak mungkin kalau ia membangunkan Eomma malam-malam karena anak yang diduga sebagai anak Jaemin sedang sakit.
"Kau?"
"Aku So Mi, tunangan Jaemin."
Kening Gayoung mengernyit. Bisa-bisanya Jaemin bertunangan tanpa sepengetahuannya. Gayoung berinisiatif mengambil kunci mobil dan meminta Somi menyiapkan segala perlengkapan. Sembari menunggu Somi turun, Gayoung mengirim pesan untuk adiknya.
Gayoung
Joon sakit. Aku dan Somi pergi ke Busan St. Mary.
Cepat menyusul!
Tepat saat Somi dan Joon duduk di kursi penumpang, Gayoung ingin memekik. Ini matanya yang sakit atau otaknya berhalusinasi. Sekarang ia ingat di mana ia bertemu gadis dan anak kecil itu.
***
Lampu kota Seoul malam hari tampak begitu menawan dari salah satu hunian di gedung pencakar langit.
Setiap orang yang pertama kali melihat lansekap tersebut bisa jadi akan terheran-heran. Ya, empunya saja sering menjadikan pemandangan ini sebagai hiburan dan penenang di kala kalut.
Namun, malam ini, Chanyeol tidak berhasil menikmatinya, ia hanya duduk termenung di kursi santai. Mungkin karena banyak hal mengganggu pikirannya. Selama beberapa tahun terakhir otaknya vakum bekerja dan setelah bertemu Gayoung, harus berpikir ekstra. Ia perlu menilik kembali kerumitan dalam otaknya.
Di samping Chanyeol tergeletak satu buku dengan diagram dilengkapi beberapa wajah. Ia sering menggunakan buku tersebut untuk menebak-nebak jaringan perusahaan tetangga, sebelum ia berniat mengacaukan atau melebur ke dalamnya.
Drt... drt... drt....
Getar ponsel Chanyeol membuyarkan lamunan dan ia menggaruk kepala akibat frustasi.
"Halo. Ada informasi baru?"
Wajah Chanyeol mendadak serius, terlihat dari kedua alisnya yang nyaris bertautan. Sesekali ia mengangguk namun wajahnya kian gelap. Seolah ada ketakutan yang menyelimuti.
"Siapa nama anak itu?"
"Kenapa bisa mereka tidak menghilangkan marga aslinya. Bodoh," ujar Chanyeol dengan nada bengis sebelum menutup ponsel.
Kini wajahnya mengisyaratkan kekecewaan, teramat dalam. Kalau kejadian hampir tiga tahun itu memang salahnya dan kini ia dihukum, ia terima dengan lapang dada.
Namun, jika orang tak bersalah diperlakukan sama, itu lebih dari berengsek.
Pendek nggak papa ya? Eh, guys, udah pada update soal audioclip Ceye 18 Juni dan variety show Ga Young 'SixVentures' 24 Juni?
Stay update ya :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top