Part 02
Visio Corporation adalah mimpi Chanyeol semenjak menyelesaikan studinya. Ia ingin menjadi salah satu inisiator digitalisasi dunia kesehatan kala itu. Segala perhatian dan tenaga sepenuhnya tercurahkan pada perusahaan tersebut. Terbukti dengan pertumbuhan perusahaan yang pesat dan jumlah investor yang meningkat tajam. Meskipun Junmyeon sudah menyerahkan semuanya pada Chanyeol dan Sehun sibuk mengurus perusahaan lain, Chanyeol sama sekali tidak keberatan. Justru, kerja keras pria itu membesarkan Visio yang membuatnya semakin tersohor dan beberapa penghargaan bergengsi berhasil diraihnya.
Untuk beberapa orang, ketenaran adalah sebuah anugerah. Namun, Chanyeol mulai merasa resah. Semenjak wajahnya terpampang di berbagai media, semakin banyak orang-orang yang mendekatinya. Kalau terkait Visio, mungkin Chanyeol akan senang hati melayani tapi kalau untuk menjalin hubungan dengan dirinya, ia terpaksa menutup diri.
Selain kepada keluarga, hanya ada satu wanita yang masih berhubungan baik dengannya.
"Jiwon-ah, maaf, aku tidak bisa menjemput Hanbin hari ini."
"Pasti ia akan kecewa."
Hanbin adalah putra Jiwon. Setelah perceraiannya, Jiwon tak sanggup hidup di Daegu dan memutuskan pindah ke Seoul. Selama itu pula, Hanbin sudah menganggap Chanyeol seperti ayahnya sendiri.
"Ada meeting penting mendadak. Aku minta sopirku untuk menjemputnya dan langsung mengantar pulang. Sampaikan maafku ya."
"Tidak mau. Kalau begitu, tidak ada cheesecake hari ini."
"Masih ada besok," jawab Chanyeol sebelum mengakhiri panggilan. Jiwon masih saja bisa menggoda dan membuatnya tersenyum. Entah bagaimana ia harus menyampaikan rasa terima kasihnya pada wanita itu. Karena selalu saja ketika ia tidak memiliki siapapun, Jiwon tetap berada di sampingnya.
Setelah menutup telepon, Chanyeol memasuki ruangan dan menyapa kolega-koleganya. Di awal, ia berbincang-bincang sebentar sebelum mulai membicarakan proyek baru yang akan dikerjakan. Kebetulan, kali ini bukan untuk investasi di Visio melainkan kemungkinan Chanyeol untuk berinvestasi di bidang lain. Ia perlu melebarkan sayap dan kalau perlu Visio bisa menguasai seluruh kebutuhan masyarakat.
"Beauté ini adalah salah satu perusahaan kosmetik terkemuka di Eropa dan tiga bulan lalu perusahaan kami menawarkan proyek kerja sama untuk membuka gerai resmi dan cabangnya di Korea. Meskipun negara kita sudah memiliki beragam produk kosmetik, Beauté menawarkan style yang berbeda," tutur Tuan Kang yang dikenal Chanyeol dalam salah satu perkumpulan pebisnis yang ia ikuti. Pria setengah baya itu ternyata sudah membuat kerjasama dengan perusahaan kosmetik asal Perancis dan memulai mempersiapkan kantor cabang yang akan dibuka bulan depan. Namun, akibat kesalahan salah satu anak perusahaan yang lain, ia harus mengalihkan dana yang direncanakan untuk biaya pembukaan cabang.
"Terus terang, seperti yang Anda bilang produk kosmetik Korea sangat beragam. Kenapa kita harus menghadirkan produk asing?" tanya seorang calon investor lain saat sesi tanya jawab.
"Tentu, produk kosmetik Korea sangat beragam. Namun, belum ada yang menyentuh kalangan menengah ke atas untuk produk yang menargetkan usia di atas 30 tahun," jawab pria tersebut.
Tangan Chanyeol sibuk mengusap dagu. Sebenarnya, ia masih kurang paham saja mengenai kosmetik meskipun ia sudah mempelajarinya beberapa malam ini. Ia sependapat dengan panelis pertama kalau bisnis ini kurang berprospek. Terlepas dari itu, ia harus hadir untuk menghargai Tuan Kang sebagai kenalan baiknya.
"Tuan Park, apakah kau ada pertanyaan?" tanya Tuan Kang kemudian.
Kening Chanyeol berkerut sebelum ia mengajukan beberapa pertanyaan yang lebih mirip kalimat basa-basi.
***
Kebosanan dengan topik pembicaraan dengan kolega, Chanyeol berjalan keluar. Berniat hanya menghirup udara segar, ia justru menemukan anak kecil berusia sekitar lima tahun yang sangat menarik. Tenang, ia belum berubah menjadi pedofil, tapi ia memang menyukai anak-anak. Selama beberapa tahun ini, ia menjadi salah satu donatur panti asuhan ternama di Busan, demi menjamin kehidupan anak-anak tersebut.
Sayangnya, untuk kali ini, anak perempuan tersebut tidak bersahabat dan cenderung acuh. Padahal, selama ini perasaan Chanyeol selalu bersambut. Anak mana yang berani menolaknya.
Dug.
Gadis kecil itu reflek terjatuh dan Chanyeol segera berlari ke arahnya. Chanyeol bergegas menggendongnya namun gadis itu menolak sehingga Chanyeol meminta pelayan terdekat untuk membawa antiseptik.
"Terima kasih," kata pertama yang lolos dari bibir anak itu.
Chanyeol tersenyum melihatnya, ketulusan seorang anak kecil seperti tribut untuknya. Ia sangat menikmati.
Tak berselang lama, gadis itu berlari ke arah wanita berusia senja. "Nona, apa yang kau lakukan? Tuan dan Nyonya bisa marah kalau tahu Nona seperti ini."
"Maaf, Tuan, kalau Nona kami sudah mengganggu. Nona jarang berinteraksi dengan orang lain," ucap wanita tersebut dengan segan.
Chanyeol tertawa sekilas,"Oh, memang anak orang penting, ya?"
"Iya, aku orang pentingnya," jawab suara seorang wanita yang cukup dikenalnya.
Chanyeol mengernyit kemudian tersenyum setelah mengenali siapa yang sudah menyapanya.
"Apa kabarmu bocah?"
"Seperti kau lihat, aku cantik dan mempesona, Sunbae. Ada acara di sini?" jawab wanita yang baru datang. Wanita tersebut terlihat elegan dengan gaun hitam sabrina dan kalung berliontin batu ruby.
Pria itu mengangguk, "Penawaran proyek sedikit membuat pening. Kau terlihat berbeda."
"Tentu. Kita sudah lama tidak bertemu, terakhir kita berhubungan saat kau menjadikanku konsultan pernikahanmu."
Senyum Chanyeol memudar, tapi sepertinya wanita itu tidak terlalu memperhatikan.
"Kapan kau menikah, Sodam? Tidak mengundangku?"
"Setahun lalu. Pernikahanku tertutup hanya keluarga dan teman dekat yang kuundang. Aku mengundang Gayoung maka dari itu aku tak bisa mengundang Sunbae meskipun ia juga tak bisa datang pada akhirnya. Sepertinya ia ingin pindah kewarganegaraan, sudah tidak tertarik pulang."
Chanyeol mengangguk saja, ternyata sebegitunya wanita itu menjauhinya. Tak ingin terlarut, pria itu mengalihkan topik.
"Kapan kau memilikinya?" tanya Chanyeol melirik pada gadis kecil yang tadi ditolongnya.
Sodam meringis, ia membisikkan sesuatu di telinga seniornya, "Ia anak suamiku dengan istri sebelumnya. Jangan tanya lebih jauh kalau kau sayang nyawamu!"
"Maaf, maaf. Wajar lah aku bertanya, kita teman lama dan aku suka anak kecil."
Tubuh Sodam mundur sedikit, memberi ruang untuk bicara.
"Kalau kalian tidak berpisah, pasti kalian sudah hidup dengan anak kalian."
Teman Gayoung memang seperti biasa, selalu apa adanya dalam menyampaikan kata-kata yang tak terpikirkan oleh orang lain. Namun, semua itu hanya kalau dan kenyataannya, sekarang mereka hidup masing-masing. Chanyeol hanya bisa tertawa samar menanggapi.
***
Setelah menyelesaikan meeting dan memutuskan untuk membaca ulang presentasi Tuan Kang, Chanyeol tak membuang banyak waktu dan melajukan mobil ke arah kediamannya di Itaewon-dong. Seperti biasa, ia tidak akan langsung menyetujui atau menolak. Pria itu perlu waktu satu sampai dua hari untuk menilik kembali keuntungan yang bisa diperolehnya dalam setiap perjanjian.
Drt... drt... drt....
Ponsel Chanyeol bergetar, pria itu segera menekan tombol di kemudinya untuk mengangkat panggilan.
"Ada apa Appa?"
"Chan, bisa kau pulang? Eomma masuk rumah sakit lagi. Penyakitnya kambuh."
"Baik Appa. Aku ke sana."
Chanyeol segera mematikan ponsel, memutar arah mobilnya dan menekan gas dalam-dalam. Bahkan speedometer-nya sudah menunjukkan angka 100 km per jam. Kalau ini menyangkut Eomma-nya, Chanyeol tak bisa masa bodoh. Tidak ada yang lebih penting dari sosok tersebut. Sekalipun ia sadar mobilnya menyiramkan genangan air pada pejalan kaki, ia tak akan peduli sekarang.
Efek kelamaan stay at home jadi nulis mulu.
Kalo masih ada yang tertarik baca, komentarnya please, pingin tahu. Semoga terhibur :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top