11. Tunangan Arsa Dan Azalea (TADA)
Happy reading
.
.
.
Aulia tengah mempersiapkan acara pertunangan mereka yang akan berlangsung dua Minggu lagi di rumah baru Azlan. Aulia juga menyiapkan kebaya untuk pertunangan Azalea dan Arsa. Aulia menyiapkan semuanya sendirian.
Aulia datang ke rumah sakit menjemput Azalea sore ini. Azalea yang tengah memeriksa pasien dihampiri oleh seorang suster.
"Ada yang mencari dokter, katanya ibu dokter" Azalea mengangguk. "Terimakasih sus"
"Saya buatkan resep ya Bu untuk adeknya. Kalau panasnya masih belum turun juga, langsung dibawa kerumah sakit untuk opname ya Bu"
"Baik dokter, terimakasih"
Setelah selesai, Azalea menghampiri Aulia yang sudah menunggu di ruang tunggu depan UGD. Azalea menyalami Aulia.
"Maaf lama ya Tante" Aulia memandang wajah cemberut. "Ibu sayang, jangan Tante" Azalea mengangguk.
"Iya Bu" Aulia tersenyum. "Ayo kita beli cincin" Azalea mengangguk dan menuju taxi online yang di pesan oleh ibu mertuanya.
Mereka tiba di mall dan segera menuju toko perhiasan. Azalea dan Aulia tengah memilih cincin Couple untuk pertunangannya dua Minggu lagi.
"Maaf saya telat" sapa Arsa yang masih memakai baju doreng. Kaum hawa banyak yang memandangnya dengan tatapan memuja.
"Gak pakai seragam gitu emangnya gak boleh ya kak?" Aulia tertawa kecil. "Kenapa? Ini kan seragam kebanggaan saya" Arsa mencondongkan tubuhnya ke depan Azalea.
Sial, jantung gue jadi maraton kek gini. Awas ya Lo Sa, gue balas. Batin Azalea.
Azalea mencondongkan tubuhnya ke depan Arsa, sehingga jaraknya hanya lima centi dengan Arsa. Tersenyum manis sekali membuat Arsa gugup.
"Suka banget ya jadi tontonan mereka"
Sial. Kenapa jadi gugup gini sih, niatnya mau buat Lea gugup malah balik ke aku. Senjata makan tuan nih. Batin Arsa
"Jangan dekat-dekat Lea, bisa kena cium saya nanti" Azalea tersenyum miring. "Mau kena tembak ayah atau kena suntikan dari aku?"
Azlan menegakkan tubuhnya kembali. Keduanya tidak dia pilih karena merasa mengancam nyawanya. Arsa takut dengan suntikan atau apapun itu yang berhubungan dengan medis. Dan Azalea tahu itu semua dari Aulia tadi.
Aulia menjewer telinga Arsa. "Pilih cincin sekarang. Belum muhrim jangan dekat-dekat" Arsa tertawa.
Arsa dan Azalea memilih cincin. Arsa mengamati cincin dan jari mungil Azalea. Arsa menunjuk cincin emas putih dengan model yang unik.

"Gimana?" Tanyanya pada Azalea, Azalea mengangguk. "Oke perfecto" Azalea mengededipkan satu matanya pada Arsa.
"Tan.. eh Bu, Lea harus pulang sekarang. Mau ambil Renata di mess bang Reyka" Aulia mengangguk. Tapi Arsa terlihat tidak rela saat kedekatannya dengan Azalea saat ini harus berakhir. "Kita beli kebaya dulu"
Yesss lebih lama. Batin Arsa
Mereka menuju butik di sebelahnya. Arsa melihat deretan batik sarimbit. Dia melambaikan tangan pada Azalea untuk menyuruhnya mendekat.
"Apa kak?" Tanya Azalea polos. "Kamu suka yang mana?" Tanyanya.
"Aku boleh milih?" Arsa terkekeh dan mengangguk. "Pilih aja yang kamu suka" Azalea mengangguk dan antusias memilih. Arsa mengamati wajah Azalea yang terlihat serius.
"Berarti boleh warna pink" Arsa melotot dan Azalea hanya tertawa. "Becanda kali. Warna biru aja"

"Ayo bayar sekarang kak, bang Reyka udah mulai nyepam Mulu" Arsa akhirnya mengangguk walaupun tak rela.
"Ibu ada urusan sama Ayah, kamu antar Lea pulang ya Sa, jangan diapa-apain lho" Lea tertawa. "Iya Bu Iya. Assalamu'alaikum. Yuk Le"
"Pulang dulu ya Bu, assalamu'alaikum" menyalami Aulia. "Waalaikumsalam sayang. Hati-hati ya, kalau Arsa ngebut kamu cubit aja"
"Siap Bu"
Didalam mobil Arsa menyalakan lagu kebanggaannya.

"Gak ayah gak kakak juga suka banget dengerin lagu ini di mobil" gerutu Azalea, Arsa hanya tertawa terbahak-bahak.
Azalea teringat akan cerita tentang Aizan di buku diary sang bunda. Perlakuan Aizan yang hangat, dan mudah tertawa mirip sekali dengan Arsa. Lagu kebanggaan itu bergabti dengan lagu kesukaan Sang bunda.
"Lho ini kan lagunya favorit bunda" Arsa mengangguk. "Lagu favorit orang tua saya, lebih tepatnya sih ayah saya" jelas Arsa.
"Hmm kak, mau tanya boleh?" Arsa mengangguk. "Apa dulu orang tua kakak berteman baik dengan almarhumah bunda saya?" Tanya Azalea penasaran.
"Jujur ya Lea, saya juga tahu dari ibu saya. Dulu ayah saya sempat melamar bunda kamu, tapi sayangnya di tolak, karena bunda kamu akan menikah dengan komandan"
Berarti benar, Aizan yang dimaksud itu camer gue. Batin Azalea.
"Apa kamu keberatan?" Tanya Arsa.
"Hah? Oh santuy kak. Masa lalu itu, ayah aja santuy kok" Arsa lega mendengarnya.
💉💉💉
Mereka berdua menunggu Reyka turun dengan menggendong bayi perempuan yang sengaja dititipkan Azlan padanya. Azlan harus ikut pertemuan tiga Matra tadi. Azalea mengambil alih gendongan Renata.
"Duh, kamu rewel gak tadi sama Pakde" Reyka yang mendengarnya tak terima. "Enak aja pakde. Papi dong, Papi Reyka" Azalea tertawa bersama Arsa. "Mana si Mami?" Tanya Azalea.
"Ntar, lagi koas dia" Azalea tertarik. "Koas dimana?"
"Gak tahu gue ngarang bebas" kelakar Reyka yang sudah di geplak lengannya oleh Azalea.
"Pamit pulang dulu, dada Papi Rey yang jones" Azalea masuk ke mobil Arsa. Arsa masuk ke bagian kemudi, saat dia akan menjalankan mobilnya, Farhan dan Galang menghampiri dirinya.
"Danki nih sibuk kali" Farhan melongokkan kepalanya ke dalam. "Lea?" Pekiknya. Galang juga ikut melihatnya.
Arsa turun dan berdiri di depan mereka. Azalea merasa tak nyaman bertemu dengan mereka berdua. Azalea ikut turun saat Arsa memintanya ikutan turun.
"Lo kenal Lea?" Arsa mengangguk. "Calon ibu Danki" jawab Arsa tenang.
"Anak siapa itu Lea? Kok kamu gak bilang kalau Arsa dan kamu akan menikah?" Tanya Farhan mendetail.
"Saya juga mengajukan lamaran ke komandan tapi sayangnya di tolak" jelas Galang.
"Harus banget ya saya jawab. Pertama saya dan kak Arsa kenal sudah lama dan kedua ini anak saya, tidak perlu tahu dan saya tidak akan menjelaskannya" jawab Azalea tegas.
"Dek, Papa Habib dan kakek Hasan lagi nungguin di rumdin. Ayo buruan pulang, ntar kena semprot" jelas Reyka. "Ayo bang anterin kita"
Reyka langsung duduk di dalam mobil bersama dengan Azalea meninggalkan Farhan dan Galang. Mereka kini sudah sampai di depan rumah. Hasan dan Habib ada di sana berdiri tegap mengamati wajah Azalea dan Reyka.
"Siapa kamu?" Tanya Habib tegas pada Arsa. "Siap. Saya Arsa calon suami Lea"
"Masuk dulu yuk Pa, Kek" ajak Azalea membuka pintu. Habib masih mengamati wajah Arsa yang tidak gentar. "Masuk kamu"
"Siap" Arsa masuk ke dalam rumah Azlan.
Azalea menidurkan Renata di kamarnya. Azalea membawa teh lemon hangat lima gelas dan ditaruhnya di meja ruang tamu. Arsa masih diam, sesekali memandang Azalea meminta bantuan.
"Pah, dia kak Arsa calon suami Lea" jelas Azalea. "Ayah kamu jodohin kamu dek?" Tanya Hasan.
"Oh enggak kek, kita udah kenal lama, terus kak Arsa yang menghadap Ayah" Hasan dan Habib merasa lega. Hasan mengamati wajah Arsa yang sangat familiar baginya.
"Wajah kamu familiar ya" Arsa mengingat wajah Hasan tapi dia tidak ingat. "Pasti kakek kenal dengan Ayahnya kak Arsa"
"Siapa?" Tanya Hasan penasaran. "Man--Teman bunda di Jambi" kata Azalea menghilangkan kata mantan gebetan yang gak jadi.
"Aizan? Maksudnya Aiza Alfarezel?"
📁📁📁
Pertunangan Azalea dan Arsa dilangsungkan hari ini di rumah baru Azlan. Yang hadir hanya keluarga Azalea saja dan sahabatnya Janet.
Azalea sudah gugup sedari tadi. Sania membelai bahu Azalea. Semalam dia bercerita tentang Farhan dan Galang. Sania menceritakan tentang Abil ayah dari Galang yang dulu menyukai Aila. Menceritakan bagaimana Fani yang sudah menyakiti hati Aila.
"Udah datang tuh. Ayo keluar" ajak Reyka.
Azalea di didampingi oleh Azlan dan Regita, sedangkan Arsa didampingi kedua orangtuanya. Arsa mengamati wajah cantik Azaleanya. Perempuan yang dia cintai dan dia mencari informasi tentang Lea tanpa kenal waktu.
"Azalea Zahira Alfarizqi saya cinta kamu. Mau kan kamu menunggu saya dulu sebelum kita sah? Kita akan bertunangan dulu sebelum saya berangkat tugas" Azalea tersenyum kecil dan mengangguk. "Ya"
Bunda, restuin kami. Batin Azalea
💉💉💉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top