➢ Redemansi

.
.


· · • • •  ࿇  • • • · ·

Inunaki Shion
×
Reader

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

R e d e m a n s i
Redemancy
(n.) Mencintai seseorang
yang juga mencintai kita.

· · • • •  ࿇  • • • · ·




.
.






             Di malam tahun baru yang ramai ini, sorak-sorak penuh canda, tawa dan kegembiraan terus terdengar dari ujung ke ujung kota.

Tapi, tidak semua orang merasakan kebahagiaan di malam pergantian tahun ini. Seperti kedua orang ini misalnya.

Berdiri berhadapan dengan jarak yang agak berjauhan, tatapan mata yang begitu dalam menatap diri masing-masing, bibir yang terasa kaku untuk bergerak mengucapkan sesuatu.

Bagian mata Inunaki mulai memerah karena menahan air matanya jatuh, kedua tangannya dikepalkan kuat-kuat sebagai penahan jatuhnya air mata.

Sedikit demi sedikit bibir itu mulai bergerak, walau tenggorokan terasa tertahan untuk mengeluarkan sebuah suara. "Maafkan aku, maafkan aku."

Cairan bening itu lolos begitu saja, berjatuhan dari bola mata milik Inunaki lalu turun bebas membanjiri area pipi.

[Name] yang masih setia diam dan menatap dalam-dalam pria di hadapannya itu kini mulai bergerak. Langkah kaki yang pelan namun pasti, tubuh [name] kini hanya berjarak sekitar dua jengkal dari tubuh Inunaki.

Jempol [name] bergerak menghapus air mata Inunaki yang berjatuhan. Sempat terhenti karena tangan miliknya digenggam kuat oleh Inunaki.

"Ku mohon, maafkan aku," ucap Inunaki pelan.

[Name] tahu pria ini menyadari kesalahannya, [name] sadar pria ini tulus mencintai sosoknya.

Tapi tinta hitam yang sudah tumpah ke dalam kanvas hati miliknya tidak bisa dibersihkan begitu saja.

"Tak perlu meminta maaf, aku juga sudah memaafkan mu dari seminggu yang lalu." Nada bicara yang cukup berubah. Jelas sekali [name] belum dapat memaafkan Inunaki sepenuhnya.

Inunaki terus menggenggam tangan [name] hangat, terus menjatuhkan air mata penyesalan miliknya dihadapan sang wanita yang dicintai.

"Apa kau akan tetap pergi?" sorot matanya tetap pada posisinya, begitu dalam menatap wajah [name].

[Name] sendiri tak memiliki niatan untuk menyembunyikan tujuannya. "Sayangnya iya, besok jadwal pesawat ku ke London."

Inunaki melepas genggaman tangannya. "Apa kau akan kembali?"

[Name] terus memandang wajah pria ini sambil berpikir sejenak, hatinya masih belum siap untuk menjawab. "Mari bertemu lagi di malam tahun baru nanti, jika aku datang tandanya aku akan kembali padamu sebaliknya jika aku tidak datang artinya hatiku sudah diberikan kepada orang lain."

━━━━━━━ ࿇ ━━━━━━━

R e d e m a n s i

━━━━━━━━━━━━━━━


.
.





             Setahun berlalu sejak pertemuan terakhir mereka, Inunaki sendiri tidak menyangka besok lah hari yang dinantikan datang.

Selama setahun ini dirinya menutup rapat gerbang hati serta perasaan miliknya. Dijaga secara khusus untuk [name] seorang.

Setahun ini juga dirinya terus mengingat kebodohannya, melakukan perselingkuhan hanya karena [name] terus mengundur waktu untuk menyatakan jawabannya tentang keseriusan hubungan mereka.

Status bertunangan tanpa memberikan jawaban pasti kapan hari pernikahan mau dilaksanakan, hatinya gusar menunggu jawaban pasti.

Hingga akal sehatnya mulai disergap oleh pemikiran jahat sampai tekad hatinya bulat mengencani seorang wanita sebagai pelarian.

"Sungguh bodoh," batin Inunaki merutuki dirinya sendiri.

Layar handphone kini di dominasi oleh sebuah percakapan chat Inunaki dan sebuah toko cincin. Menanyakan apakah pesanan khususnya sudah selesai di kerjakan atau belum.

Kebodohan kedua yang dilakukan Inunaki. Setelah peristiwa selingkuh itu, dirinya menghilangkan cincin pertunangan miliknya.

Berbohong kalau cincin tersebut ia simpan dilaci kamar tidur miliknya dengan alasan kurang nyaman dipakai pada saat latihan ataupun bertanding.

Sungguh dirinya tak habis fikir, kenapa bisa dirinya melakukan hal tidak berguna dan beresiko seperti itu.

Akibatnya hubungan yang ia jalin selama bertahun-tahun bersama [name] terancam kandas, [name] sendiri pun memilih pergi meninggalkan dirinya. Entah itu untuk sementara waktu atau selamanya.

"Heee, Inu-san memesan sebuah cincin?" ucapan Atsumu membuyarkan lamunan Inunaki.

Dengan canggung Inunaki menggaruk bagian belakang lehernya yang tidak terasa gatal. "Ya begitulah...."

Seseorang merasa tertarik untuk ikut nimbrung. "Heee, ada berita bagus?" sahut Thomas dari arah samping kanan.

"Berita bagus? Apa kita akan melaksanakan pelatihan berat atau semacamnya?" tanya Hinata yang tidak sengaja mendengar perkataan Thomas.

"LATIHAN? LATIHAN APA?" teriak Bokuto yang sebelumnya hendak mengganggu Sakusa yang sedang bersantai.

Sakusa terkejut karena teriakan Bokuto dari arah belakang tubuhnya, dengan segera ia berpindah tempat untik menghindari Bokuto.

Entah kenapa keadaannya kembali menjadi ramai, Meian juga ikut nimbrung kedalam pembicaraan. "Kenapa ramai? ada apa?"

"Cuman perihal beli cincin saja, tapi Atsumu ini heboh," ejek Inunaki.

"Inu-san aku tidak heboh!" jawab Atsumu tidak terima.

Rasanya Meian mengingat sesuatu yang hampir terlupakan dari memorinya. "Bukankah [name] masih di London?"

Keadaan berubah dengan cepat, yang tadinya ramai kini kembali diisi keheningan. Semua langsung mengingat kembali berita yang heboh pada masanya.

Berita tentang hubungan Inunaki yang terungkap melakukan perselingkuhan dan ditinggal pergi sang tunangan ke London.

Isi akun sosial media official sampai akun pribadi Inunaki sendiri dipenuhi oleh berbagai macam komentar kasar, yang untungnya dapat ditangani secara baik-baik dengan bantuan dari berbagai pihak.

Meski jawaban utamanya adalah uang, tapi faktor lain yang tidak kalah penting adalah sikap Inunaki sendiri dalam menghadapi berita panas ini.

"Besok adalah harinya, tepat satu tahun kami membuat perjanjian. Tenang saja aku yakin dirinya akan datang." Semuanya pun mendekati Inunaki untuk memberikan dukungan tambahan.

━━━━━━━ ࿇ ━━━━━━━

R e d e m a n c y

━━━━━━━━━━━━━━━



.
.



             Dinginnya udara musim dingin terasa menusuk sampai ke tulang-tulang tubuh, meski sudah berpakaian tebal dan hangat sekali pun.

Inunaki masih setia menunggu ditempat mereka mengucapkan janji pada malam tahun baru sebelumnya, terus-menerus mengucapkan doa agar wanita tercintanya kembali.

Kalaupun benar dugaannya [name] pergi bersama pria lain untuk menempuh kehidupan baru, maka setidaknya mereka dapat bertemu disini untuk terakhir kalinya. Bertemu untuk mengucapkan perpisahan dengan cara yang benar.

Meski dirinya sendiri belum dapat mempersiapkan hati dan cintanya retak.

Meski dirinya sendiri belum dapat melepaskan wanita itu.

Meski dirinya sendiri belum dapat menemukan pengganti untuk melupakan wanita itu.

"Sudahlah, aku terlalu memikirkan hal yang tidak pasti," batinnya sambil menatap dalam kotak cincin yang berada dalam genggaman tangannya.

10 menit sebelum sebelum resmi pergantian tahun, sudah ramai terdengar sorakan-sorakan khas itu lagi.

Kembang api mulai menghiasi langit malam. Berbagai macam warnanya, sungguh cantik dan indah bagaikan sebuah lukisan bernilai jual tinggi.

Detik-detik pergantian tahun mulai mengusik pikiran Inunaki. Jam tangan yang dikenakan pun rasanya seperti mengeluarkan sebuah suara. Hatinya pun seakan-akan sedang bersiap-siap untuk menangis.

3

2

1

Pergantian tahun resmi tiba. Semua jam menunjukkan angka yang sama yaitu pukul 00:00.

Tak ada tanda-tanda kehadiran yang muncul, hanya ada suara kegembiraan orang-orang yang sedang merayakan pergantian tahun dengan penuh kegembiraan.

Inunaki lemas, tapi masih bertekad untuk menunggu sang pujaan hati lebih lama lagi di tempat ini.

Enggan pergi bahkan sampai pagi tiba.

Yakin. Dirinya sangat yakin, wanita itu akan datang kembali.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

20 menit.

25 menit berlalu.

Apa yang Inunaki harapkan? harusnya ia sadar diri kalau luka yang ia buat dihati [name] memang tak dapat disembuhkan semudah itu.

Harusnya ia sadar diri bahwa dirinya bukan sosok yang tepat untuk mengisi ruang hati [name].

Tapi setidaknya dirinya tidak berbohong dan berakting dengan perasaannya. Jujur dari hati kecilnya mengatakan perasaannya dan cinta yang diberikannya kepada [name] bukanlah sebuah omong kosong semata.

Hanya dirinya saja yang terlalu bodoh dikala itu.

Hanya pikirannya saja yang mudah di culik oleh pemikiran jangka pendek.

Hanya hatinya saja yang mudah goyah pada waktu itu.

Kembali bola mata itu melirik ke arah jam tangan yang terpasang cantik ditangan kanannya. Terpasang angka 00:45 disana.

Sampai sekarang kondisinya masih sama. Tak ada clue tentang kedatangan [name], hanya suara kembang api yang terdengar.

Inunaki menyerah. Mungkin sekarang memang lah waktu yang tepat untuk merelakan cintanya pergi jauh.

Tepat langkah kelima saat ia hendak pergi meninggalkan tempat perjanjian, terdengar suara yang memanggil namanya.

Sangat tidak asing.

Suara yang sudah lama tidak ia dengar.

Sosok yang ia rindukan.

Bagai kecepatan cahaya, tubuh itu berbalik. Dirinya sangat shok, kedua matanya terbuka lebar dengan pupil mata yang membola, mulutnya terbuka sedikit lalu terkunci pada posisi itu.

Perasaan terharu mulai menyelimuti sosok Inunaki. Tubuhnya serasa ingin melakukan sujud syukur saat ini juga hanya karena kedatangan [name].

"Maaf terlambat," ucap [name], mengeluarkan senyuman manisnya yang sudah lama tidak dilihat secara langsung oleh Inunaki.

Kaki itu diayunkan secara perlahan untuk mendekati tubuh [name]. Sangat kaku karena masih tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya saat ini.

"Kau kembali...." Nada suaranya saja sudah membuktikan bahwa dirinya akan menangis.

Tak perlu menunggu lebih lama. Area matanya berkeringat lalu mengeluarkan air mata secara perlahan-lahan.

[Name] menatap sendu pria itu. Ikut mendekat agar dapat menghapus air mata yang keluar. Sama seperti waktu itu. "Iya aku kembali."

Suara Inunaki masih merasa malu untuk keluar, bibirnya terkunci. Hanya mata saja yang masih setia bekerja untuk mengeluarkan lebih banyak air mata.

"Shion-kun berhenti menangis, aku kan sudah kembali pada mu," ucap [name] sambil terus menghapus air mata yang jatuh itu.

Tubuh itu bergerak memeluk tubuh si boneka hidup, membiarkan perasaan rindunya yang sudah begitu lama tertampung ini keluar dari ruang perasaannya.

[Name] memeluk balik tubuh Inunaki, menyalurkan kehangatan miliknya untuk menenangkan bayi besar ini.

"Terima kasih, terimakasih, terima kasih, terima kasih." Tak ada hentinya pria itu mengucapkan kata terima kasih. Bahkan didalam hatinya pun ia terus mengucapkan terima kasih kepada yang kuasa karena telah mengabulkan doa dan harapannya.

[Name] paham, [name] tahu kekasihnya ini kenapa. Jadinya ia hanya membiarkan Inunaki mengucapkan semua hal yang ia ingin ucapkan.

Pelukan dilepaskan, tangisan Inunaki juga sudah reda tergantikan senyuman penuh rasa terharu.

Tangannya bergerak membuka kotak cincin yang sudah dipersiapkan. Mata [name] berbinar ikut merasakan perasaan terharu. Dirinya sendiri juga terus memendam rasa rindu selama berada di London.

"Mau kah?" tanya Inunaki lembut.

[Name] mengangguk sebagai jawaban, Inunaki yang sudah mendapatkan lampu hijau langsung saja menggapai jari-jari [name] dan memasukkan cincin tersebut.

"Sebelumnya, ada yang ingin kau katakan padaku, [name]?"

"Selama setahun ini aku juga terus memikirkan keberadaan mu. Apakah dia baik-baik saja? apakah dirinya sudah mendapatkan pengganti? apakah dirinya tidak akan datang di tempat perjanjian? namun aku sangat yakin kau pasti akan setia menunggu ku, kuucapkan terima kasih untuk itu."

Dua tatapan yang saling bertemu dan mengunci diri satu-sama lain. Dunia rasanya sedang berpihak dan berbaik kepada kedua orang ini.

"Aku...," ucap Inunaki terputus.

Lalu dilanjutkan oleh [name]. "Mencintai mu."

Kedua bibir itu bertemu. Bukti kedua pembuka lembaran baru dan cerita baru dalam hidup mereka.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

R e d e m a n s i
Redemancy
(n.) Mencintai seseorang
yang juga mencintai kita.

· · • • •  ࿇  • • • · ·




.
.

Selesai.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top