Last Autumn
This feeling is my first
But also
My last
.
.
.
.
.
.
Last Year Collaboration
Love Producer Fanfiction
GavinxVampire!OC
Vampire AU
.
.
.
.
.
.
Happy Reading~
Seorang gadis menatap jam pasir berukuran cukup besar di ruangannya. Ia hanya duduk di kursi goyangnya dan menghela napas dalam. Kini tatapannya tertuju pada pemandangan hutan yang dia lihat dari jendela besar kamarnya.
Sudah berapa lama dia hidup? Sudah berapa kali dia melihat kematian? Sudah berapa kali dia kehilangan orang yang dia sayangi?
Setiap kali sang gadis memejamkan matanya, ia bisa melihat memorinya selama ratusan tahun hidup berputar di kepalanya.
"Tinggal beberapa bulan lagi, ya?" Gadis itu tersenyum pahit dan memejamkan matanya. Menikmati hawa musim gugur yang perlahan datang.
***
"Minor, kau gila!!"
"Tapi, jika anda tidak menggigit seorang manusia, hidup anda akan berakhir di penghujung musim gugur ini!"
"Apa itu alasanmu hingga membawa seorang lelaki ke mansion ini?! Untuk apa?!"
"My Lady, anda pikir saya akan tinggal diam ketika melihat majikan saya di penghujung nyawanya? Saya sudah melayani keluarga anda selama ratusan tahun. Anda satu-satunya pureblood vampir yang tersisa. Saya tidak bisa membiarkan anda menyerah pada kehidupan anda begitu saja!"
Sang gadis menggigit bibirnya atas ucapan butlernya yang dipanggil Minor tersebut.
"Saya tahu anda berprinsip untuk menggigit seorang lelaki atas dasar cinta. Tapi berilah lelaki ini kesempatan untuk dekat dengan anda, Nona Asakura."
Gadis yang dipanggil Asakura itu menghela napas.
Kau tahu hal itu mustahil, Minor. Jika seorang vampir sepertiku menggigit seorang manusia... Dia akan sama seperti kita. Makhluk hidup yang memiliki umur panjang. Terlalu panjang hingga kau akan merasakan kesepian melihat orang tersayangmu pergi satu persatu…
***
Asakura berjalan pelan ke halaman mansionnya untuk menikmati udara paginya. Sesekali ia melihat deretan bunga yang ditanam dan dirawat Minor di pekarangan mansion. Manik gadis itu kini tertuju pada seorang lelaki yang berjalan menyusuri pagar mansion seolah sedang mencari sesuatu.
"Mencari jalan keluar?" Tanya Asakura pada lelaki itu.
"Kau yang mengurungku disini, jadi sudah pasti kau tahu jawabannya." jawab lelaki berambut cokelat tersebut dengan acuh.
"Aku… benar-benar minta maaf atas perbuatan Minor. Aku bahkan tidak tahu dia akan membuatmu datang kemari dan mengurungmu di tempat ini." ujar Asakura lemah.
Kini manik madu milik sang lelaki bertemu dengan manik abu Asakura.
"Kau pemilik mansion ini. Seharusnya kau bisa mengeluarkanku dengan mudah."
Asakura menghela napas dan memasang raut simpati.
"Mansion ini punya kekuatan khusus. Tempat ini adalah peninggalan keluargaku yang didesain memiliki pelindung dari para pemburu vampir. Kekuatan mansion ini hanya melemah saat penghujung musim gugur."
Ya, banyak teman-teman dan keluargaku menghilang saat penghujung musim gugur. Sudah tidak ada yang tersisa sekarang. Lanjut Asakura dalam hati.
"Tapi aku harus keluar secepatnya!" Nada tidak sabar dari lelaki tersebut membuat Asakura mau tak mau penasaran.
"Kenapa kau ingin sekali keluar?"
"Ada sesuatu yang harus aku lindungi." Suara beratnya yang penuh percaya diri menggetarkan hati Asakura.
"Kau mungkin tidak tahu karena kau seorang vampir yang mengurung diri di mansion di tengah hutan berbahaya seperti ini, tapi aku adalah komandan pasukan tentara negeri ini."
Okay, Minor berhutang penjelasan padaku. BAGAIMANA BISA DIA MENYERET SEORANG KOMANDAN KE SINI?! Teriak Asakura dalam hati.
"Ma-maafkan aku! Atas kesalahan pelayanku aku akan menawarkan perjanjian untukmu!" Asakura buru-buru membungkuk memohon maaf atas Minor.
"Perjanjian?"
Asakura kembali berdiri tegak. Menatap manik madu Gavin dengan tatapan serius.
"Aku berjanji, aku akan menjamin keselamatanmu di tempat ini sampai penghujung musim gugur. Setelah sihir di mansion ini melemah, aku akan mengantarmu untuk keluar dari tempat ini."
"Kau serius?"
"Tentu saja, Tuan Komandan!" Jawab Asakura mantap. Lelaki itu kini mengernyit menatap Asakura.
"Panggil saja Gavin. Kau tidak perlu seformal itu padaku." Gumam Gavin sambil membuang mukanya.
"Ah, kalau begitu kau bisa memanggilku Asakura."
Tatapan Gavin kali ini kembali ke Asakura. Senyum tulus sang gadis, membuatnya mau tak mau ikut membuatnya tersenyum.
***
Beberapa hari sudah berlalu, Gavin mulai terbiasa dengan kehidupan sementaranya di mansion milik Asakura. Sesekali, ia membantu Minor berkebun dan cukup sering beradu argumen dengan butler Asakura tersebut.
Asakura sendiri menyibukkan dirinya untuk mengurus semua urusannya sebelum dia pergi meninggalkan Minor. Sebagai satu-satunya pureblood yang tersisa, Asakura merasa bertanggung jawab atas kehidupan Minor sebagai butler yang juga vampir seperti dirinya.
"Masih sibuk dengan tumpukan kertasmu?" suara Gavin membuat Asakura mendongak menatap pintu dimana Gavin berdiri sambil bersandar menatapnya.
"Gavin, ada apa?"
"Ikut aku sebentar," Tanpa menunggu jawaban Asakura, Gavin menarik tangan sang gadis dan mengajaknya ke halaman belakang mansion Asakura.
Langkah lebarnya baru berhenti setelah mereka sampai di bawah pohon ginko besar yang daunnya menguning. Beberapa gugur tertiup angin sore.
"Minor mengatakan sesuatu tentang masa kecilku. Sesuatu yang berhubungan denganmu."
"Ha?" Asakura menatap Gavin bingung. Namun saat manik madu Gavin beradu dengan manik abunya, Asakura perlahan menyadari. Sosok bocah lusuh yang bertahan hidup di penghujung musim gugur.
"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA!!" Seorang laki-laki paruh baya menendang bocah kecil yang baru berumur sekitar 6 tahun. Anak itu cuma diam menahan rasa sakitnya.
"Kenapa kau selalu menyusahkan? Untuk apa kau selalu berkelahi, hah?!"
"Dia yang mulai duluan. Dia mengambil dompet seorang pejalan kaki. Aku hanya…"
"SUDAH JELAS DOMPET ITU ADA PADAMU! KAU YANG MENCURINYA!" lelaki itu kembali memukul sang anak. Membuat sudut bibirnya berdarah.
"Hentikan hal itu! Anda menyakitinya."
Anak bermata madu itu mendongak. Melihat seorang gadis cantik dengan baju bagus ala bangsawan diikuti seorang butlernya di belakangnya.
"Anak ini pantas mendapatkannya! Dia selalu membuat onar!"
"Walaupun begitu, anda tidak perlu memukulinya." Sang gadis kini berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan sang anak.
Mata abunya menatap manik madu sang anak sebelum tersenyum hangat.
"Kau punya mata yang bagus. Suatu saat nanti, kau pasti punya kekuatan untuk melindungi orang-orang di sekitarmu." gumam sang gadis. Kini ia kembali berdiri dan menatap sang lelaki.
"Jika anak ini menurutmu adalah masalah bagimu, biarkan dia ikut denganku."
Asakura akhirnya ingat. Kejadian beberapa tahun yang lalu. Ia menolong seorang anak lelaki dan mengantarnya ke panti asuhan salah satu kenalannya untuk dirawat dan dibesarkan di sana.
"Jadi kau…"
***
"Anda menyadarinya bukan, Lady Asakura?"
Asakura menghela napas dan menatap Minor.
"Kau memancingnya kesini karena tahu dia anak yang kutolong saat itu?"
"Saya selalu mengawasinya sejak saat itu. Setelah anda mengatakan bahwa Gavin punya kekuatan untuk selalu melindungi orang di sekitarnya, saya tak bisa menahan hasrat saya untuk membawanya kesini! Karena mungkin hal itu akan…."
"Minor, menggigit seorang manusia akan merubah mereka menjadi vampir. Itu adalah takdir yang selalu terjadi ketika kami, para pureblood menggigit manusia. Kau juga pasti tahu hal itu. Kau juga dulunya manusia." Minor menggigit bibirnya mendengar ucapan Asakura.
"Dan aku tidak mungkin menggigit Gavin. Dia memiliki hidup yang berharga. Aku tidak ingin merusaknya begitu saja demi keselamatanku sendiri." lanjut Asakura lirih.
Ia bisa mengingat hari-hari Gavin bersamanya di mansion ini. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan tertawa lepas bersama. Selama itu juga, Asakura menyadari bahwa hidup Gavin berharga. Dia yang dengan bangga mengatakan ingin melindungi orang yang berharga baginya membuat hati Asakura luluh.
Dia punya kobaran jiwa yang meluap-luap. Sedangkan aku disini, hanya menunggu cahaya kehidupanku yang kian meredup dan akan hilang di penghujung musim gugur ini…
"Lady Asakura…"
"Minor, tinggalkan aku sendiri."
Perintah Asakura mau tak mau dipatuhi oleh Minor. Lelaki itu membungkuk sekilas sebelum keluar ruangan pribadi Asakura.
Asakura menghela napas. Ia menatap pohon ginko di luar ruangannya, sebelum akhirnya menatap jam pasir cukup besar yang berada di pojok ruangannya. Pasir yang berada di atas sudah hampir jatuh ke bawah seluruhnya.
Besok adalah hari terakhir musim gugur…
Ia menggeleng pelan dan bergegas menyelesaikan pekerjaannya.
Waktu sudah sangat larut ketika Asakura keluar ruang kerjanya untuk kembali ke kamar pribadinya.
"Apa vampir semuanya workaholic sepertimu?" Suara bariton yang menegur Asakura, membuatnya menoleh. Ia melihat Gavin berdiri bersandar di tembok koridor dengan kedua tangannya dilipat di atas dada.
"Oh? Kau tidak bisa tidur? Apa karena besok hari terakhirmu di mansion ini?" Alih-alih menjawab, Asakura malah kembali melempar pertanyaan pada Gavin.
"Yah, kau bisa bilang seperti itu." Gavin kini berjalan mendekati Asakura. Lelaki itu menghentikan langkahnya ketika sampai di depan Asakura.
Hening
Asakura tahu, Gavin ingin menyampaikan sesuatu padanya. Tapi manik madu lelaki itu tidak menatapnya. Ia terlihat gugup dan salah tingkah.
"Gavin?" Asakura memanggil nama sang lelaki. Memastikan dia baik-baik saja.
"Ji-jika besok aku pergi… bisakah suatu hari aku menemuimu lagi?"
Asakura tertegun. Untuk apa lelaki itu menemuinya? Bukankah seharusnya dia pergi menjauhi tempat ini karena dia terperangkap disini?
Melihat wajah terkejut Asakura, membuat Gavin segera menukas,
"Kau mungkin tidak menyadari perang yang tengah berkecamuk di luar sana. Suatu hari, aku akan kembali kesini dan aku akan berusaha melindungimu dengan caraku sendiri."
Mata Asakura berkaca-kaca mendengar ucapan Gavin. Andaikan Gavin tahu, Asakura sudah tidak menantikan hari esok. Karena hidupnya akan berakhir setelah matahari terbenam. Namun ucapan Gavin barusan, membuatnya menyadari. Bahwa ia ingin hidup lebih lama. Demi lelaki di depannya ini.
Gavin memegang pipi Asakura dan menghapus air mata yang entah sejak kapan menetes di pipi sang vampir menggunakan ibu jarinya. Perlahan ia memeluk Asakura dan mengelus punggungnya pelan.
Tubuh manusia… terasa hangat. Atau hanya Gavin?
***
Asakura selalu merasa waktu yang dihabiskannya sudah cukup dan dia bisa pergi dengan tenang. Namun hari ini, dimana hidupnya akan berakhir setelah matahari terbenam serasa terlalu cepat. Ia dan Gavin masih menghabiskan waktu bersama hari ini. Asakura sudah meminta Gavin untuk pergi pagi ini. Tapi, lelaki itu memaksa untuk tetap di mansion ini sampai matahari terbenam.
"Baiklah, sampai matahari terbenam. Karena jika kau tidak segera pergi, kau akan terkurung disini sampai musim gugur berikutnya." ucapan Asakura pagi ini hanya diangguki oleh Gavin.
Asakura sengaja mengusir Gavin hari ini. Karena ia tidak ingin, lelaki itu menyaksikan saat terakhirnya.
Setelah matahari terbenam, Asakura mengantar Gavin sampai ke pintu depan. Lelaki itu berdiri di depan Asakura selama beberapa saat sebelum memantapkan pikirannya.
"Bisakah kau berjanji padaku?"
Asakura menatap Gavin penuh tanda tanya.
"Aku akan berjuang semampuku untuk kembali lagi ke sini. Sampai saat itu tiba, maukah kau menungguku?"
Hening
Selama ratusan tahun Asakura hidup, baru kali ini dia merasakan keheningan yang mencekik perasaannya.
Untuk kali ini saja… biarkan aku mengatakan kebohongan untukmu.
Asakura mengangguk dan tersenyum kepada Gavin. Ia tak mampu bersuara. Ia bisa merasakan tenggorokannya mulai terbakar karena waktu hidupnya mulai menipis.
"Tapi sebagai gantinya, apakah kau mau berjanji padaku?" Bagi Asakura, ini adalah saat terakhirnya. Sehingga, ia harus mengatakan keinginan terbesarnya saat ini. Melihat sorot mata Asakura, membuat Gavin mengangguk.
"Tetaplah hidup apapun yang terjadi. Walaupun hidupmu sulit, walaupun kau putus asa, tetaplah hidup. Aku tahu hidupmu sangat berharga. Untuk dirimu, dan orang-orang sekitarmu."
Gavin tertegun dengan ucapan Asakura. Sebelum tersenyum dan mengacak rambut sang gadis.
"Ya, aku berjanji."
Asakura hanya menunduk, menyembunyikan sorot matanya yang sedari tadi menahan air mata. Sentuhan hangat Gavin di puncak kepalanya terasa hangat dan menenangkan.
"Baiklah, kalau begitu. Sampai jumpa!" Gavin mundur beberapa langkah dan melambaikan tangannya pada Asakura. Asakura akhirnya mendongak dan tersenyum pada sang lelaki untuk terakhir kalinya.
"Selamat tinggal..." lirih Asakura. Ketika sosok lelaki itu menjauh dan hilang dari pandangannya, saat itu juga tubuhnya perlahan menghilang, gugur bersama daun ginko terakhir di musim gugur.
_Fin_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top