ʟᴀꜱᴛ | ʟɪꜰᴇ
Sebenarnya ... apa itu kehidupan?
Apakah ada yang orang yang mampu mengartikan apa itu kehidupan? Pertanyaan sederhana tetapi memiliki jawaban kompleks yang sulit diucapkan dengan kata-kata mengingat berkait dengan perspektif setiap umat. Pola pikir berbeda, menghasilkan jawaban yang berbeda pula. Bukti manusia adalah makhluk kompleks baik dalam segi pola pikiran, perasaan, maupun proses kehidupan itu sendiri terpampang jelas hanya dengan mengetahui setiap perspektif yang berbeda. Lantas, mengapa pula kehidupan justru dipersulit oleh makhluk itu sendiri padahal mereka bersama datang dan akan tinggalkan bumi untuk berpulang pada sang maha pencipta?
Kehidupan menurut KBBI adalah cara (keadaan) hidup. Namun, ada yang terlintas dalam pikiran. Kehidupan seperti merujuk pada gairah dalam hidup itu sendiri, bagaimana proses itu berhasil; dari awal mereka menangis menjadi bukti terlahirnya ke dunia kejam dan berpulang pada sisi-Nya. Kehidupan juga seperti umat manusia datang menikmati secangkir kopi di sebuah kedai dan kemudian beranjak pulang hanya meninggalkan nama serta fisik. Kehidupan itu sendiri juga kembali mengingatkan kita pada ujung, realita bahwa kita akan kembali menjadi abu menyatu pada alam.
Lantas, apa itu ... makna bertahan hidup?
Pertanyaan tentang hidup, kehidupan, sungguh lah memusingkan kepala. Mereka yang mendengar akan merenung, dari titik mana mereka datang dan sampai di mana titik mereka akan berhenti. Seluruh manusia diturunkan ke bumi adalah salah satu penderitaan; penderitaan mereka harus mengalami kehilangan, kelelahan, tekanan, serta kematian. Walau mengalami perasaan bahagia, senang, serta bersyukur; tidak menjamin akan abadi, sebab penderitaan itu berputar.
Pengalaman, masa lalu, lingkungan, dan secara sosial tidak pernah sama. Sebagian dari mereka mampu menerima, memaklumi, memahami, termasuk mengatasi terhadap setiap masalah. Penderitaan diterima bukan berarti mereka ingin, mereka memutuskan untuk melangkah lebih ke depan, mencari tujuan dan meraih guna mendapatkan masa depan yang lebih layak. Tetapi, kembali lagi, manusia tidak sama, seperbagian penghuni bumi tidak memiliki tujuan. Membahas alasan atau makna bertahan hidup adalah abu-abu.
Di dalam kehidupan tak menentu arah, perasaan beraduk-aduk hingga membingungkan sang empunya.
Ruang semi gelap, penghangat ruang serta selimut berhasil melindungi dua insan berbeda jenis kelamin dari suhu musim dingin. Aroma maskulin mendominasi kamar tidur milik sang pria, walau tergolong berantakan akibat permainan panas semalam, setidaknya ini merupakan teritorial yang nyaman dan hangat bagi mereka. Tidak heran, pajangan maupun furnitur berbentuk klasik dan sederhana sesuai dengan selera pria pada umumnya. Lagian, seorang yakuza seperti Aohitsugi Samatoki tidak mungkin merah jambu dengan gambar kartun hello kitty, bukan? Ya, walau hatinya demikian.
Yokohama, Tokyo, menjadi tanah kelahiran sang wanita, [Full Name]; sekaligus menjadi teritorial keduanya bertemu, menjalin hubungan hingga tahap berbagi tubuh untuk memuaskan nafsu berdasarkan atas cinta. [Name] adalah seorang penjaga toko manisan yang dibuka tak jauh dari tempat Samatoki. Seorang wanita bekerja layaknya manusia biasa tanpa menggunakan microphone sebagai keberlangsungan hidup. Bekerja hanya rutinitas, dia bahkan tidak tahu atas dasar apa sekarang dia hidup.
Kelopak mata perlahan terbuka menunjukan iris indah [eyes colour], menangkap langit-langit putih yang tidak terang akibat tidak adanya pencahayaan. Telinga hanya menangkap suara dengkuran halus milik sosok kekasih di sisinya, membuat [Name] menoleh dan mendapati Samatoki masih terlelap dalam tidur. Entah sejak kapan dia terlibat dalam hubungan romansa dengan sosok itu sampai-sampai sudah mencapai umur 3 tahun.
Samatoki adalah seorang yakuza, akan tetapi kekuatan pemimpinnya masih harus bertunduk kepada pemerintahan, Chuuoku. Sosok pria mapan tak kurang apapun dalam segi ekonomi, nama, jabatan dan lain-lain; sayang, yang kurang baginya adalah keluarga. Tumbuh di antara kekerasan rumah tangga, kemudian kedua orang tua mengalami pengakhiran hidup tragedi meninggalkan dirinya dengan sosok adik yang amat dia sayangi, Aohitsugi Nemu. Di bawah bentang langit sang adam bertahan hidup tanpa mendapatkan kasih sayang keluarga, seiring berjalannya waktu, beberapa penderitaan menghampiri diri, termasuk sang adik memutuskan meninggalkannya.
Pelan dan berhati-hati, [Name] menghela napas. Tubuh yang lelah akibat aktivitas panas itu sedikit ngilu pada bagian pinggang dan alat kelamin. Dia bangkit mengambil posisi duduk, menggunakan helaian kain selimut menutup tubuh tanpa pakaian. Merah tanda kepemilikan di sekujur tubuh, seberapa ganas permainan ini semalam? Seberapa cinta yang disalurkan selama proses bercinta?
Atensi kembali ditaruh pada paras tampan Samatoki, kentara merasakan hati janggal pada hati membuat [Name] merenung lama. Dia lagi-lagi tidak merasakan gairah itu. Hubungan telah berlalu lama, rasa bosan menghampiri sang wanita. Jemari lentik bergerak menyapu mahkota putih sang kekasih dengan lembut. Otak memutar ulang layaknya film dari pertemuan hingga sampai tahap saat ini, dia cukup yakin bahwa rasa semangat ataupun nafsu romansa telah menurun. Dia tidak dapat memungkiri hal bahwa dia memiliki sifat mudah bosan terhadap sesuatu yang monoton.
"Tidurlah lebih lama, kau libur, bukan?" Suara maskulin serak basah menyapa gendang telinga membuat [Name] terkejut. Samatoki tidak membuka mata, masih memejam untuk mencoba membawa diri kembali ke alam mimpi.
Hening. [Name] kembali membaringkan tubuh di atas kasur empuk, tangan bergerak memeluk Samatoki membiarkan sang kekasih mendekapnya. Dada bidang, otot dan roti sobek tercetak jelas memanglah menggiurkan secara fisik, tetapi sang wanita benar-benar tidak lagi merasakan kegairahan dalam berhubungan lebih lanjut sebagai sepasang kekasih.
Tidak ada yang tahu, [Name] dan Samatoki memiliki kesamaan dalam urusan keluarga. Keduanya tidak memiliki kedua orang tua sejak kecil berakhir harus bertahan hidup untuk menjalani seluruh penderitaan. Yang berbeda adalah sang wanita bertahan hidup tidak karena dia memiliki tujuan, dia hanya takut akan kematian; Samatoki bertahan hidup untuk mendapatkan hidup layak, menjaga dan melindungi adiknya. Terbukti, satu spesies berbeda tujuan untuk memahami makna hidup serta kehidupan.
"Samatoki, bagaimana dengan battlemu yang akan mendatang? Bertemu dengan Buster Bros kembali?" tanya [Name].
Sang Adam tak menjawab, dia membuka kelopak mata sejenak. Kepala bergerak turun meninggalkan kecupan di kening sang kekasih. Jelas, Samatoki tidak ingin membicarakan hal demikian untuk menjaga temperamen di pagi hari. Ingat ketua dari Buster Bros pasti akan membuatnya kembali teringat bagaimana Nemu meninggalkan dirinya yang terdiam. Sudah sejak lama, dia benar-benar merindukan sosok manis adiknya itu. Mungkin, sebelum terpisahnya The Dirty Dwag, sang gadis sudah beranjak pergi.
[Name] tahu. Dia selalu tahu, Samatoki menyayangi adiknya itu, bahkan lebih dari rasa sayang terhadap dirinya. Sebagai wanita memiliki kelogisan sederajat, dia memahami bahwa dia tak lain hanyalah wanita asing yang dapat digantikan. Manusia memang harus tahu di mana posisinya berada, menunjukkan sikap tahu diri.
Hening kembali melanda, keduanya terlarut dalam renungan masing-masing. Ah, merenung kehidupan memang sudah menjadi rutinitas tanpa sadar oleh setiap orang, bukan?
"Samatoki ... Let's break up. Iam starting to get bored with this relationship." Hari terakhir tahun ini, sang adam hanya mendapatkan keterkejutan tak terduga.
---
Last Year
Chara:
Aohitsugi Samatoki © KINGS RECORD; Otomate; IDEA FACTORY
Genre:
Angst, Romance, Hurt/comfort
Word: 2,9k+
---
Gelap memayungi sebagian bumi, waktu menunjukkan pukul 11 malam. Lalu-lalang orang menikmati nuansa malam untuk pelepas tekanan. Angin berembus menerpa mahkota [hair colour] menyapu lembut wajah. Dinginnya suhu malam menusuk kulit, tumpukan salju sepanjang jalan terasa nyaman di pandangan mata.
Bosan menyerang, langkah kaki diambil pelan dan berhati-hati untuk menjaga keseimbangan di atas tumpukan salju. Sesekali iris [eyes colour] mengedar ke sekeliling untuk mencari sesuatu yang dapat menarik perhatiannya. Sayang, sepanjang jalan dia telusuri, belum kunjung ada yang menarik perhatiannya. Hati terus bertanya, kenapa dia masih hidup di dunia yang membosankan ini?
Hari-hari bangun tidur, membersihkan tubuh, berangkat kerja, berinteraksi dengan pelanggan, kemudian pulang atau berjalan keliling sampai berhubungan sosial dengan pria pun sudah menjadi bosan. [Name] mudah bosan, itu sifat terburuk baginya; di satu sisi, dia membenci kerepotan ataupun hal-hal berupa penderitaan. Oleh karena itu, dia hanya mampu mengeluh bosan tanpa berniat mencari sesuatu untuk memunculkan gairah hidup.
Kehidupannya memang seperti ini. Tidak bergairah, tidak ada tujuan, tidak ada arahan hidup, hal itu sukses menjadi pertanyaan pada dirinya sendiri; untuk apa dia masih hidup?
Hidup adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan juga. Apa mungkin kematian akan lebih baik untuk mengakhir penderitaan berkelanjutan? Entahlah, [Name] tidak tahu apa yang sebenarnya dia perjuangkan. Dia ingin hidup tentram dan damai, tetapi dia sudah bosan hidup di kedamaian yang dibuatnya. Dia tidak perlu mementingkan atau bahkan memikirkan keperluan orang lain. Dia bekerja untuk bertahan hidup, makan untuk kebutuhan hidup, apa lagi yang kurang?
Ah, dia merindukan Samatoki ....
"[Name]." Tuhan masih menyayanginya. Baru saja dia teringat dengan mantan terindah, sudah memunculkan sosok itu tidak jauh dari dirinya. [Name] menaruh pandang pada tiga pria yang berdiri sejajar dengan mantan putih itu di tengah, sungguh mencuci mata. Pria-pria tampan dengan tubuh kekar, Iruma Jyuto seorang polisi, Riou Mason Busujima seorang mantan tentara, dan Aohitsugi Samatoki -mantan terindah-.
"[Name]-san, sedang bosan?" tanya Jyuto sembari mengembuskan asap rokok ke arah samping untuk menghindari asap ke arah sang wanita. Terkenal licik, bukan berarti tak memiliki etika dalam berhadapan dengan manusia.
[Name] melangkah mendekat, aroma rokok langsung menyengat indra penciuman. Beruntung sudah terbiasa dengan rokok Samatoki sebelumnya, dia tidak mempermasalahkan. Setelah dia mendekat dan berhenti tepat di samping sang mantan, dia mengangguk kecil, "Iya, kalian mau ke mana?"
Samatoki menaruh atensi pada [Name] seperti memastikan sesuatu sebelum akhirnya melepas syal dan dia lilitkan pada leher sang wanita. Hubungan telah berakhir, tetapi rasa cinta dan sayang itu belum kunjung berakhir. Dia sendiri masih ingat seberapa rapuh sang wanita di musim dingin dan rawan merasakan sakit, hal itu membuatnya sedikit pusing ketika [Name] sering kelupaan menggunakan pakaian hangat. "Berpakaianlah yang tebal, Mendokuse Onna," ucap Samatoki dan memberi tepukan pelan tepat di atas kepala [Name].
Melihat pemandangan demikian membuat Jyuto dan Riou menganggap sang wanita akan mengikuti mereka menuju ke tujuan mereka bersama. Dengan harapan sepasang mantan itu bisa kembali menjalin hubungan dan memperkenalkan diri sebagai kekasih kembali, keduanya mengambil langkah lebih dahulu. Jyuto hanya melempar senyuman sekilas sebelum tertuju pada Riou dan membuka perbincangan antara mereka sembari berjalan di depan.
Hangat. [Name] melepas senyuman kecil membalas pandangan Samatoki. Mereka masih berhubungan seperti teman, tetapi perasaan cinta itu tak pernah pudar maupun hilang. Tiada niat untuk balik menjadi sepasang kekasih atas alasan mereka menikmati hubungan saat ini. Tidak terikat dan lebih bebas, dua insan itu tidak keberatan. Untuk apa menjalin hubungan kekasih bila salah satu dari mereka telah bosan?
"Bagaimana harimu?" tanya [Name] mengikuti langkah sang pria. Dia sendiri tidak tahu ke mana ketiga pria ini akan pergi, tetapi cukup menaruh rasa percaya bahwa bukan tempat yang berbahaya.
Yang ditanya menggaruk tengkuk, pandangan diedar ke sembarang arah sebelum ditaruh kembali pada [Name]. "Biasa saja .... Sebentar lagi aku akan ada battle di stage pusat. Apa kau akan datang?" tanyanya, berhati-hati.
Bibir mengembang senyum, [Name] refleks mengangguk kecil. "Tentu saja, aku akan mendukungmu nanti!" ucapnya sembari melepas kekehan geli. Perasaan aneh melunjak, rasa bosan beranjak pergi meninggalkan rasa nyaman dan gairah untuk melanjutkan momentum ini. Ini adalah rasa yang dia dambakan ketika berhubungan kekasih, ini juga menjadi alasan mengapa [Name] jauh lebih nyaman dengan hubungan sebatas pertemanan. Ke mana perasaan ini dulu sebelum mereka putus dan menjadi mantan terindah?
Sang adam melepas cengiran halus, dia kemudian membalas, "Terima kasih. Aku tidak tahu harus bagaimana nanti ... menghadap Nemu." Suara perlahan mengecil dengan keraguan dan rasa takut. Samatoki adalah pria kuat tetapi perasaan itu sudah terluka dalam di luar dugaan. Mengingat battle selanjutnya berhubungan dengan adiknya sendiri, itu membuat sang pria merasa terbebani. Bagaimana bisa dia melukai adiknya?
Nemu. Nemu. Nemu.
[Name] sudah muak dengan nama itu. Bibir yang mengulas senyum seketika pudar dan pandangan dialihkan ke arah lain. Perasaan kesal melunjak mendominasi diri, dia tidak paham mengapa wanita yang telah mengkhianati Samatoki harus terus dipertahankan walau sudah terluka? Tetapi dia tertampar realita, dia adalah wanita yang dapat digantikan, berbeda dengan Nemu.
"Ada apa?" Pertanyaan sederhana dengan dua kata lolos dari bibir Samatoki. Dia mengernyit tidak mengerti melihat ekspresi sang mantan.
Sang hawa tidak langsung menjawab, pandangan menangkap sorot lampu jalan berkedip beberapa kali dan padam seolah mencerminkan kehidupan secara tidak langsung. "Bisakah kau membicarakan hal lain selain Nemu?" balas tanya [Name].
Suasana mendadak mencekam keadaan, Samatoki berhenti menggaruk tengkuk, dia dapati iris indah sang hawa tidak memantulkan cahaya. Jarang, dia menemukan itu membuatnya meneguk saliva dan perlahan mengangguk. Hati bertanya-tanya pada dirinya, apakah dia terlalu sering membicarakan Nemu? Tetapi dia hanyalah adik, bukan selingkuhan, bukan?
"Apa aku baru saja berucap sesuatu? Abaikan saja, aku lupa."
Aneh. Pertanyaan benar-benar retorik itu menyapa gendang telinga Samatoki. Kedua pupil mengecil sejenak kemudian menaikan sebelah alis. Tidak ingin memunculkan perdebatan tidak penting, Samatoki mengangguk kecil sebagai respon. Refleks sang adam membawa topik lain sebagai pencair suasana. Tetapi, dia jelas tidak tahu bahwa sang hawa hanyalah sadar terhadap posisinya.
---
I am terrified of death, even when I know that's the way to end the misery in the human world.
---
Manusia adalah makhluk menderita. Mereka lahir dan bertahan hidup mendapatkan penderitaan yang sulit dijelaskan. Namun, mengakhiri penderitaan dengan cara bunuh diri juga bukan perilaku tepat. Kematian datang sesuai dengan yang direncanakan, di mana penderitaan itu akan berakhir. Tetapi rasa takut untuk meninggalkan kenyamanan di bumi justru membuat sang hawa terjerat dalam ketakutan.
Bosan adalah hal wajar bagi setiap umat manusia. Bosan terhadap rutinitas, bahkan termasuk hidup. Semua itu dialami oleh [Name], tetapi dia tidak pernah sekalipun menginginkan kematian untuknya sendiri. Jikalau dia berpulang, akankah ada yang menangis untuknya?
Pria yang amat dicintainya, Aohitsugi Samatoki, akankah dia mengeluarkan air mata untuk dirinya? Dia mempertanyakan itu. Sebab, dia meragukan rasa cinta akibat Nemu yang menjadi prioritas.
Kala kau membahas adikmu, aku tahu, dia adalah prioritasmu.
Realita tak pernah berubah. Sang hawa selalu mengetahui kenyataan kepentingan hubungan darah sang mantan. Dia mendambakan hubungan itu, dia menginginkan dirinya menjadi prioritas. Tetapi, dia sadar, keinginan konyol seperti itu tak pernah dia dapatkan. Dia tak lain hanyalah orang asing yang mampu digantikan dengan lebih baik.
Cinta pada sang adam tak pernah menghilang. Sampai kapan, [Name] tidak tahu. Dia mendambakan sosok pria mapan itu, memiliki hati lembut dan penyayang. Sayang, kerakusannya dan rasa mudah bosan telah merenggut hubungan kekasih menjadi hubungan pertemanan biasa.
Kematian adalah hal yang paling dihindari. [Name] memang manusia biasa yang tidak bergantung dengan microphone. Alasan cukup mudah, kematian menghalangi. Microphone milik sang hawa termasuk ilegal dan sangat berbahaya bagi tubuh, setiap menggunakan maka waktu hidup akan berkurang. Membayangkan fisiknya perlahan menua, menutup mata, dan mengembuskan napas terakhir terlalu menyeramkan bagi dirinya.
Akan tetapi, saat ada sosok yang pantas mendapatkan pengorbanan itu, pasti, cinta memberi dorongan bagi sang empunya untuk bertemu kematian dan tersadar akan realita mengenaskan.
Seperti saat ini aku berdiri di depan hadapanmu tanpa peduli halangan orang lain, menggenggam microphone dan berhadapan dengan adik kesayanganmu.
Ricuh suasana pertandingan rap. Tidak karena adanya pertandingan seru, tetapi hanyalah sosok wanita masuk ke dalam arena untuk mengacaukan lokasi. Sorak-sorai berteriak meminta sang hawa keluar dari arena, mereka kentara tidak tahu, bahwa munculnya pelindung setengah bulat membuat manusia di dalam itu tak mampu mendengar suara luar.
[Name] sang pelaku pengacau berdiri di sana. Mulut bergerak mengeluarkan suara emas yang jarang didengar, setiap kata perkata begitu menyayat hati. Berbicara hidup, kebosanan, kehidupan, dan kematian secara berkelanjutan membuat lawan kewalahan. Jeritan kencang terdengar membuat sang wanita melepas seringai halus dan melepas tawa jahat di sela rap. Begitulah kekuatannya, kekuatan yang tersembunyi tak disadarkan oleh siapapun, selain sang mantan.
"[Name] ...."
Suara Samatoki terdengar pelan, membuat [Name] menoleh dan bertemu pandang. Sang wanita menggenggam erat microphone, setiap kata yang lolos di bibir hanya tertuju pada adik dari sang pria, Nemu. Samatoki menggertakkan gigi, dia tahu apa yang tengah dilakukan oleh wanita yang dicintainya itu. Tetapi, dia larut dalam ambang bimbang.
"Sampai akhir, aku tahu, adikmu tetaplah prioritasmu. Bukan begitu, Samatoki?" ucap [Name].
[Name] memutuskan untuk mengabaikan sang pria. Dia menaruh atensi kembali ke depan, mendapati wanita bermahkota putih menjerit sakit sembari menjambak rambut sendiri. Dengan kepercayaan diri untuk memenangkan pertandingan ini, dia menarik napas dan melanjutkan kegiatan.
Mahkota [hair colour] perlahan memutih, wajah mulus mulai berkeriput. Tubuh tinggi berdiri tegak itu perlahan membungkuk dan mengecil. Suara wanita yang berwibawa itu berganti menjadi suara serak seperti seorang nenek-nenek. Tiap kata mulai abu-abu akibat gigi keropos. Wanita itu mengerahkan semua kemampuannya.
Aku selalu berharap dia menaruh atensi padaku dibanding dirimu, Nemu.
[Name] tahu, dia selalu hidup tanpa tujuan. Memandang orang-orang menggapai masa depan yang didambakan, dia hanya ingin berada dalam kehidupan monoton untuk menjaga keselamatan diri, menghindari kematian ataupun risiko menyakiti diri sendiri. Tidak tahu apa yang diinginkan, terkadang jauh lebih menyeramkan dibandingkan mengetahui apa yang diinginkan. Dia hidup dalam kebingungan, hidup tanpa mengetahui makna kehidupan itu sendiri.
Sekarang berbeda, aku tahu aku menginginkan apa. Aku menginginkan waktu lebih lama denganmu, tetapi, aku semakin tersiksa ketika melihatmu mengalami penderitaan batin. Sehingga akhirnya aku memutuskan ikut campur, mengakhiri hidup, menggapai yang mampu didapatkan untukmu.
Cinta tidak pernah berakhir manis. Kisah romansa manis terlihat pada proses, sebab akhir hanya akan bertemu dengan ajal kembali dan berpulang kepadaNya.
Tubuh kecil itu kehilangan keseimbangan, membentur permukaan arena dengan keras. Suara microphone berdenging kencang membuat seisi tamu menutup kuping kuat. Mata [eyes colour] berkaca-kaca, menangkap wajah pria yang ingin dia pandang di saat terakhir; perlahan air turun membasahi pipi membuat pandangan buram.
Derap langkah kaki tak lagi didengar, tubuh tua seorang nenek itu di dekap dalam dekapan sang adam, Samatoki. "[Name] ... maaf ...," gumam Samatoki.
Ah, menyebalkan. Sampai akhirnya, [Name] tetap harus menerima kenyataan.
Pandangan kabur. Seluruh indra mulai kehilangan fungsi. [Name] tak lagi mendengar apapun karena suara denging yang dihasilkan. Tubuh lemas, akal perlahan direnggut. Sang wanita kembali membuka suara sebagai peninggalan ucapan terakhir. Mata menutup, bibir tak mengembang senyum.
Cairan bening menetes membasahi paras tua milik [Name]. Jeritan ditambah jeritan dari Samatoki tak membuahkan hasil apapun selain keputusasaan. Jyuto dan Rio mengarahkan medis untuk mengambil tindakan yang dihentikan oleh Chuuoku. Keseluruhan ruangan masih terus berdenging mencoba menyembuhkan pola pikir setiap insan yang terkena efek cuci otak. Di detik terakhir, [Name] memutuskan untuk mengerahkan diri dalam menerima realita kematian. Di situ pula, dia akan berguna bagi umat manusia.
Suara denging berhenti, bersamaan dengan detak jantung sang hawa. Di akhir tahun dan tahun terakhir mereka bersentuhan fisik dan emosional menuju duka.
---
"Sampai detik terakhir aku memiliki helaian yang sama seperti mahkotamu, aku ... masih tidak dapat berdamping denganmu."
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top