🌙- 09

Dengan susah payah, Amane berusaha untuk duduk dan saat Nene akan membantu, Amane malah menepis tangan Nene kasar.

"Untuk apa kau kesini?! Bukankah aku sudah bilang jika hubungan kita berakhir?!"

Amane terbatuk beberapa kali lalu menatap tajam Nene dengan nafas yang tak beraturan, nampaknya dia kesulitan berbicara dengan nada membentak seperti itu.

"Harusnya kau hari ini bertunangan dengan Kou?! UNTUK APA KAU—"

Plak

Sebuah tamparan keras mengenai pipi Amane, pemuda itu membulat terkejut,  Nene menatap Amane kesal lalu menarik kerah baju Amane dan mencengkramnya kuat.

"TENTU SAJA AKU INGIN BERTEMU DENGAN SATU-SATUNYA ORANG YANG KUCINTAI, APA ITU SALAH?!"

"TAPI KAU—"

"AKU TIDAK MAU BERTUNANGAN DENGAN KOU-KUN, KENAPA KAU SELALU MEMUTUSKAN SESUATU TANPA BERTANYA PADAKU?! KENAPA KAU SELALU EGOIS MENYEMBUNYIKAN SEMUANYA SENDIRI?! KENAPA AMANE-KUN?! APA SESULIT ITU KAU PERCAYA PADAKU?!"

Amane terdiam, menunduk tak berani menjawab dengan sepatah kata pun. Hal itu jelas membuat Nene geram.

"Jawab aku Amane-kun!"

Amane menghela nafas.

"Yashiro ..., Jika kau kesini, kau pasti tahu betul umurku tersisa sedikit, aku tidak bisa mengabulkan permohonanmu, menemanimu memakai gaun putih di altar kelak, aku—"

"DIAM! AKU TIDAK MAU MENDENGAR APAPUN! AKU..."

Amane akhirnya membiarkan Nene menangis dalam rengkuhannya, gadis itu terisak sedangkan Amane hanya bisa diam mengelus surainya. Dia masih mencintainya bahkan setelah semua yang terjadi?

= 🌠 =

Setelah menangis beberapa saat, Nene mengusap air matanya menggunakan tisu sembari duduk di tepi ranjang Amane, sedangkan pemuda itu terlihat diam berusaha memikirkan kata yang akan diucapkannya.

"Maaf," Amane akhirnya bersuara sambil meremas tangannya sendiri, "aku ingin bilang soal penyakitku, tapi kurasa aku hanya akan membuatmu sedih dan kau akan menolak soal pertunangan ini."

"Lalu, jika aku tidak tahu sampai akhir? Apa kau pikir, mendadak aku tidak akan sedih saat kehilanganmu?"

Amane kembali terdiam.

"Sudah berapa lama?"

"Apa?"

"Penyakitmu itu."

Amane menghela nafas sembari memejamkan mata, berusaha mengingat-ingat.

"Kurasa, sudah 8 tahun ini?"

"Itu bahkan sebelum kita berpacaran .... "

Amane mengangguk lalu menghela nafas. Tatapannya terlihat sedih, ada ribuan rasa takut serta cemas yang tersemat diwajahnya, namun maniknya kosong, seakan tidak ada harapan untuk sekadar bernafas hingga besok.

"Sejak kecil aku ini mudah sekali sakit, aku punya kelainan jantung saat kecil membuatku mudah sekali kelelahan, namun seiring berjalannya waktu, rongga jantungku itu mengatup, kupikir setelah itu hidupku akan berjalan normal tapi," Amane terdiam beberapa saat "Tapi ternyata, aku malah mengalami penyempitan paru-paru saat SMP haha."

"Amane-kun ...."

Amane menatap Nene sambil tersenyum miris, Nene meraih tangan rapuh Amane lalu menggenggam erat tangannya.

"Kenapa kau tidak pernah bilang apapun soal penyakitmu Amane-kun? Apa aku benar-benar terlihat tidak berguna dimatamu?"

Amane menggeleng.

"Tidak sama sekali Yashiro, aku hanya merasa kau tidak perlu mengkhawatirkan mayat berjalan ini, aku hanya ingin melihatmu bahagia setiap harinya, melihatmu bahagia sudah cukup membuatku lupa soal penyakit ini."Ucap Amane tulus, manik Nene berkaca-kaca, betapa dia sangat merindukan tatapan hangat Amane.

"Lalu kenapa kau membuatku bertunangan dengan Kou-kun? Tidakkah kau mengerti jika kau lah bahagiaku?"

Amane meremas tangan Nene, tatapannya begitu lekat, dia berkaca-kaca, nyaris hampir menangis.

"Karna aku tidak ingin kau terus meratapiku jika aku pergi kelak, aku ingin kau jatuh cinta dengan orang yang bisa menemanimu lebih lama lagi." Jawab Amane dengan nada parau, Nene menggeleng.

"Aku tidak mau, aku lebih memilih menghabiskan waktu dengan sisa hidupmu, daripada harus mengubur paksa perasaanku."

"Tapi Yashiro, aku—"

"Sudah kubilang aku tidak mau! APA AMANE-KUN TIDAK KUNJUNG MENGERTI!?"

"Maaf .... "

Nene mendengus sebal karna Amane masih saja tidak memberinya jawaban memuaskan, gadis itu berusaha memutar otak agar Amane mengatakan perasaannya yang sebenarnya.

'Ah sial, mau tidak mau, harus aku yang mengambil langkah lebih dulu!', Gerutu Nene kesal.

"Kalau begitu," Nene menatap Amane serius "jika kau masih bersikeras dengan keputusanmu itu, aku akan pergi melanjutkan pertunanganku, kau punya 3 detik untuk menahanku."

" .... "

"Satu."

" .... "

"Dua."

" .... "

"Tiga, baiklah waktu habis! Aku pergi sekarang."

Nene segera bangkit namun dengan cepat Amane menarik Nene, memeluknya dari belakang erat, Nene terdiam beberapa saat menunggu ucapan Amane selanjutnya.

"Jangan pergi .... "

" .... "

"Maaf, aku berbohong, maaf aku yang selalu bersikap egois memutuskan semua sendiri, aku ..., jika saja hari itu aku tidak berpacaran denganmu, mungkin aku tak  akan sudi hidup hingga saat ini, aku hanya tak ingin kau akan meratapi kepergianku kelak aku—"

Nene berbalik mengusap air mata Amane lembut lalu tersenyum. "Amane-kun, aku sudah bilangkan? Aku hanya ingin menghabiskan waktu denganmu, walau seandainya esok kau tak lagi disini, aku akan tetap bersamamu."

Air mata Amane kembali menetes, tangan kurusnya menggenggam erat tangan Nene lalu menarik Nene agar dia bisa memeluknya erat. Nene merindukan pelukan hangat Amane.

"Kalau boleh memilih, aku tidak ingin mati, aku masih ingin hidup denganmu," Amane mengeratkan pelukannya "aku takut Yashiro, tolong aku .... "

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top