🌙 - 06
Siang itu, penjelasan Pak Misaki sama sekali tidak masuk ke telinga Nene, pikirannya terus berkecamuk soal defenisi bintang Antares itu.
Apakah ini hanya kebetulan? Tapi, kenapa Amane selalu terlihat sedih saat menjelaskan soal itu?
"Nene-chan!"
Suara Aoi menyadarkan Nene dari lamunannya, gadis itu dengan sedikit gelagapan menoleh kearah Aoi, Aoi menghela nafas.
"Nene-chan, Pak Misaki menyuruhmu menjelaskan baris ke-5"
"Eh? Ehhh??!"
= 🌠 =
Satu-satunya hal yang bisa Nene cari untuk membantunya menemukan jawaban ini adalah kembaran Amane— Tsukasa.
Nene tidak tahu apakah Tsukasa akan ikut bungkam soal kejanggalan ini, mengingat Tsukasa selalu berada dipihak Amane dalam berbagai situasi, tapi tidak ada salahnya mencoba bukan?
Jadilah siang itu, setelah Nene menuntaskan jam kuliahnya, gadis itu segera menghubungi Tsukasa untuk bertemu dengan kafe terdekat. Awalnya Tsukasa selalu menolak dengan berbagai alasan tapi entah bagaimana akhirnya Nene berhasil menyakinkan Tsukasa untuk bertemu.
Dan disinilah mereka, duduk berhadapan dalam satu meja dengan penuh kecanggungan, Tsukasa memilih memfokuskan diri dengan ipadnya untuk menggambar sedangkan Nene sibuk memainkan ponselnya sembari memikirkan apa yang harus dia katakan pada Tsukasa.
"Kau ingin menanyakan soal Amane kan?"
"Y-Ya"
"Kalian ini memang pasangan aneh"
"Huh?"
"Ah tidak, lupakan saja, jadi kau ingin aku mulai darimana?"
Nene menghela nafas, berusaha untuk tidak gugup lalu menatap lurus Tsukasa.
"Kenapa Amane-kun tiba-tiba berubah dingin padaku, apa dia tidak bilang apapun soal hubungan kami padamu?"
Tsukasa tak langsung menjawab, dia sibuk mencoretkan stylus pen pada ipadnya lalu menyesap sedikit kopi susunya.
"Ya begitulah" Jawab Tsukasa sekenanya, terlihat enggan menjawab pertanyaan Nene dengan serius, gadis itu mendengus sebal.
Apakah Tsukasa pun tidak bisa membantunya memecahkan semua kejanggalan ini? Lalu kemana lagi dia harus mencari tahu?
"Hubungan kalian aneh," Tsukasa tiba-tiba kembali bersuara dengan kalimat yang sama seperti sebelumnya "aku tidak mengerti, ketika ada jalur yang mudah, kalian malah memilih yang rumit"
Tsukasa meletakkan stylus pen serta ipadnya, menatap Nene intens sambil bertopang dagu.
"Apalagi Amane, aku tidak mengerti dengan otak orang pintar" Lanjutnya, Nene kembali mendengus sebal, kenapa Tsukasa malah berbelit-belit begini sih?
Memangnya semua keturunan Yugi suka berbelit-belit?
"Astaga! Langsung to the point saja! Otak udangku tidak punya waktu untuk memikirkan ucapan kalian yang berbelit-belit!" Gerutu Nene akhirnya sambil melipat tangan didepan dada, Tsukasa terkekeh.
"Baiklah aku akan serius sekarang," Tsukasa mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja "tapi sebelum itu, boleh aku bertanya sesuatu?"
Nene memutar bola matanya malas lalu mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya.
"Yashiro-chan masih menyukai Amane?"
"Bukankah ini semua sudah jelas?! Kau pikir untuk apa aku buang-buang tenaga selama berbulan-bulan?!" Tanya balik Nene ketus, di mulai tidak sabar menunggu penjelasan Tsukasa sedangkan Tsukasa masih menunjukkan wajah tenang.
"Bahkan setelah semua perlakuan itu? Yashiro-chan masih yakin itu Amane yang Yashiro-chan kenal?"
Nene menghela nafas lalu mengangguk mantap.
"Aku yakin, Amane-kun tidak pernah berniat seperti itu, aku tahu betul tabiat buruknya yang selalu suka bertindak egois ketika dia menutupi masalahnya" Balas Nene, Tsukasa tersenyum penuh arti.
"Jika Yashiro-chan kembali pada Amane sekarang, bagaimana urusanmu dengan keluarga Minamoto itu?"
Nene terdiam sesaat, jujur saja dia selalu merasa bersalah pada Kou yang selalu sungguh-sungguh mencintainya, sedangkah hati Nene sepenuhnya terbawa dengan Amane.
"A-Aku akan menuntaskannya"
"Hm? Memangnya tidak masalah? Kudengar orang tuamu bekerja di Minamoto corp"
"S-Soal itu bisa dipikirkan nanti! Yang penting sekarang adalah kejelasan soal perilaku Amane-kun!"
Tsukasa menghela nafas, merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop besar seukuran kertas A4, Nene tidak mengerti.
Disana tercantum nama Amane dan sebuah logo khusus tersemat di pojok amplop coklat tersebut. Nene membelalakkan matanya tatkala menyadari logo apa itu.
"T-Tsukasa-kun, apa maksudnya ini..?"
Tsukasa tersenyum sendu.
"Kau pasti cukup pintar untuk memahami ini tanpa kujelaskan lebih lanjut bukan?"
= 🌠 =
Pemuda bermanik safir itu mulai resah, tidurnya mulai tak lelap selama beberapa hari ini. Dihantui rasa takut setiap harinya.
"Kou-nii, kau belum tidur?"
Kou tersadar dari lamunannya, seorang gadis mungil berusia 13 tahun berdiri di ambang pintu dengan surai senada dengannya. Kou tersenyum.
"Terbangun karna mimpi buruk Tiara?" Tanya Kou lembut, gadis itu menggeleng lalu berjalan mendekati Kou yang duduk di teras belakang rumah.
"Tidak juga, aku hanya terbangun karna haus, tapi saat akan kembali ke kamar aku melihat lampu teras masih menyala"
"Tidak bisa tidur lagi?"
Tiara mengangguk lalu tertawa kecil.
"Mau kutemani tidur lagi?" Tanya Kou, Tiara menggeleng lalu memeluk kedua kakinya.
"Tidak, kurasa Kou-nii yang lebih butuh ditemani," Tiara menatap Kou intens lalu tersenyum "belakangan ini Kou-nii terlihat gelisah, kurasa Kou-nii butuh teman bercerita? Aku mungkin tidak banyak membantu, tapi aku ingin meringankan sedikit beban Kou-nii"
Kou tertegun, tidak menyangka adiknya ternyata memiliki pemikiran dewasa melebihi umurnya. Kou terlihat menimbang-nimbang apakah seharusnya dia bercerita atau tidak.
Tapi sepertinya, untuk saat ini Tiara adalah satu-satunya pihak netral yang bisa dia percayai.
"Aku bingung, haruskah aku menuruti Nii-chan atau memikirkan perasaan senpai"
"Senpai? Maksudnya Yashiro-nee?"
Kou mengangguk, dia meremas tangannya gusar sambil menunduk.
"Sebenarnya, senpai baru saja putus dengan pacarnya, tapi secara tiba-tiba Nii-chan bilang aku harus menikahinya, a-aku memang menyukai senpai tapi," Kou menghela nafas "ini rasanya egois, aku merasa ini semua salah"
Tiara tak langsung menyahut, menunggu Kou melanjutkan kalimatnya.
"Aku terus memikirkannya, tapi aku selalu berakhir menuruti ucapan Teru-nii karna takut," Kou tiba-tiba tertawa hambar "aku ini memang pengecut ya Tiara?"
Tiara memegang kedua tangan Kou lalu menggeleng kuat-kuat.
"Tidak kok! Menurutku itu wajar! Kalau aku diposisi Kou-nii, aku mungkin akan melakukan hal yang sama"
"Benarkah?"
Tiara mengangguk beberapa kali.
"Kou-nii pasti sangat menyukai Yashiro-nee bukan? Karna jika tidak, untuk apa Kou-nii memikirkan perasaannya sampai sejauh ini?"
Kou tertegun, sejenak rasa takut serta gelisahnya menguap entah kemana. Tiara benar, dia sangat menyukai Nene karna itu dia tidak ingin mengekang Nene hanya karna perasaannya semata.
Kou memeluk Tiara erat, sejenak air matanya menetes, tidak menyangka seorang bocah 13 tahun berhasil menumpas semua kegelisahannya.
"K-Kou-nii?"
"Terima kasih Tiara, terima kasih"
Kou sadar, baginya melihat Nene bahagia walau tanpanya sejak dulu adalah caranya mencintai Nene.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top