🌙 - 03
"Aku mencintaimu Yashiro, sangatt ah tidak — maksudku Nene, aku mencintamu Nene"
Pipi gadis itu memanas namun kemudian tersenyum memandangi wajah kekasihnya pada layar ponselnya, kenapa ya hari ini Amane mengulang kalimat ini?.
"Ada apa Amane-kun, kenapa tiba-tiba bicara seperti itu? Apa ada sesuatu yang mengganggumu? Sikapmu aneh seharian ini"
Amane tertawa kecil lalu menggeleng.
"Tidak ada, aku hanya ingin mengatakannya saja haha lagipula memangnya aneh jika aku mengatakan hal seperti ini pada pacarku hm?"
"Bukan begitu! Aku senang mendengarnya hehe aku juga sangat mencintaimu Amane-kun"
Amane tersenyum sedangkan Nene menguap karna kantuk sudah mulai menguasainya.
"Tidurlah Nene, aku masih ingin melihat wajahmu"
Nene hanya balas mengangguk, setelah memposisikan ponselnya agar Amane tetap bisa melihat wajahnya, Nene pun terlelap.
Amane tersenyum memandangi wajah terlelap Nene.
"Ah cantiknya pacarku ini, aku tidak tahu apa yang sudah aku perbuat hingga beruntung memilikinya begini"Bisik Amane.
= 🌠 =
"Enyahlah, kau ini benar-benar tuli?"
"Aku butuh penjelasan! Jangan hindari aku terus! Kau pikir aku tidak lelah mencarimu terus begini?!"
"Tidak ada yang menyuruhmu mencariku, berhenti mengikutiku sialan"
Lagi-lagi Amane berhasil menghindarinya dan meninggalkan Nene yang geram dengan ucapan kasar Amane, rasanya Nene seperti orang bodoh seperti ini selama nyaris sebulan tapi dia butuh penjelasan atas hubungan ini.
Karna hari ini dia merasa letih, gadis itu pun memutuskan untuk pulang toh Amane juga sudah masuk ke ruangannya dan Nene yakin pemuda itu akan disana hingga petang.
Dengan langkah gontai, akhirnya Nene naik bus menuju apartemennya.
Selama perjalanan, Nene berusaha mengingat-ingat semua kejadian sebelum hari dimana Amane memutuskannya, apakah Nene berbuat kesalahan yang memicu hal seperti ini?.
Tapi sebanyak apapun Nene mengingat, tidak ada hal yang bisa memicu putus hubungan mereka, mereka memang beberapa kali bertengkar tapi selalu tuntas saat itu juga.
Dan kebanyakan masalah mereka hanyalah masalah sepele, seperti kecemburuan atau kekurangan quality time.
Tapi jika di ingat lagi, gelagat Amane memang aneh sebelum memutuskannya, dia seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
Rasanya terlalu aneh jika dia tiba-tiba memutuskannya dengan alasan bosan.
Terlalu lama hanyut dalam pikirannya sendiri, tidak terasa sampailah Nene di apartemennya, gadis itu pun buru-buru turun dan masuk ke apartemennya.
"Huh? Sepatu?"
Nene terkejut, apa orang tuanya tiba-tiba menjenguknya? Tapi kenapa tidak mengabarinya?.
Begitu masuk, Nene mendapati ayah dan ibunya sedang duduk disofa bersama 3 orang lainnya.
"Huh? Minamoto senpai? Kou-kun?".
= 🌠 =
"Amane-kun, kau yakin kau benar-benar bosan denganku? Lalu kenapa kau tidak bisa mengatakannya sambil menatapku"
Prang
Amane membanting asal hiasan di meja nakasnya lalu mengacak surainya gusar.
Kenapa gadis itu benar-benar keras kepala? Kenapa dia tidak kunjung menyerah?.
Amane menghela nafas berat lalu menutupi matanya menggunakan lengannya.
Kepalanya pening, terlalu banyak kata yang sulit dia utarakan, semua terasa rumit bagai benang kusut yang tak jelas ujungnya.
Ting
Sebuah pesan masuk ke ponselnya, Amane melirik isi pesan itu lalu tersenyum getir.
Seharusnya semuanya sudah selesai.
= 🌠 =
"P-Perjodohan? Apa...APA MAKSUDNYA INI!?"Tanya Nene tidak mengerti sesaat setelah orang tuanya menjelaskan maksud kedatangan keluarga Minamoto.
Nene melirik Kou yang saat ini tengah gugup, tapi Kou buru-buru membuang muka.
"Yashiro-san, kurasa tidak ada ruginya kau menerima tawaran ini kan? Toh kalian juga berteman dekat"
"TAPI AKU KAN—"
Nene terdiam, lehernya tercekat, tidak, dia tidak milik siapa-siapa sekarang.
Dia bukan milik Amane lagi.
"Saya sudah dengar soal hubunganmu dengan Yugi-san, lebih tepatnya Amane, daripada memikirkan pemuda brengsek seperti dia, bukankah lebih baik kau menikahi adik saya?"
"JAGA BICARA ANDA SENPAI"
Teru terkekeh lalu tersenyum licik sembari melipat tangan didepan dada, Nene berniat kembali membentak Teru namun ibunya menahannya.
Ah Nene lupa, orang tuanya bekerja di perusahaan mereka, pantas saja mereka diam saja.
"Kou-kun! Bicaralah sesuatu, apa kau menerimanya begitu saja?!"
Kou meremas celananya lalu menatap Nene.
"K-Keberlangsungan orang tua senpai ada di tangan senpai"
Jantung Nene terasa berhenti berdetak, kepalanya mulai pening.
Ada apa dengan semua ini?.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top