3. Aku Datang Lagi
"Baik, semuanya berkumpul!" titah sang ketua klub drama.
Kaoru yang tengah sibuk mencoret-coret di buku sketsa segera mengalihkan pandangan ke sumber suara. Orang-orang di ruang klub lekas berkumpul ke sisi ruangan dimana ketua dan wakil ketua klub berada. Ketua klub yang telah berdiri di samping papan tulis menatapnya. Lelaki itu melambai, meminta dirinya segera bergabung.
Sebagai adik kelas yang baik dan penurut, Kaoru berdiri dan segera ikut bergabung.
"Beberapa bulan lagi adalah kelulusan kelas tiga. Yang berarti, posisi ketua dan wakil akan kosong. Aku harap kalian sudah menentukan siapa calon ketua klub berikutnya." Ketua klub drama mengumumkan.
"Selain menentukan ketua selanjutnya, ada hal lain yang perlu kita lakukan." Wakil ketua mulai menuliskan sesuatu di papan tulis.
Semua anggota klub menunggu wakil ketua selesai menulis.
"Kita akan mengadakan pertunjukan drama di acara kelulusan."
Salah seorang anggota mengangkat tangan. "Bukankah itu masih sangat lama? Kenapa diumumkan sekarang?"
Ketua klub mengangguk. "Hari pertunjukan memang masih sangat lama, tapi kami para kelas tiga ingin pertunjukan terbaik. Jadi seluruh persiapan drama bisa dimulai dari sekarang.
"Kita bisa menentukan naskah drama apa yang akan kita pakai. Kostum, tata rias, keperluan panggung, jadwal latihan rutin, dan keperluan lainnya juga perlu disiapkan.
"Intinya, aku ingin pertunjukan terbaik dari klub ini! Aku sudah hampir dua tahun menjadi ketua klub. Aku yakin performa kalian akan sangat menakjubkan!"
Kaoru mendengkus. Ketua klub drama bersemangat seperti biasa. Walau rencana pentas drama itu masih sangat lama, mungkin tidak ada salahnya mengambil langkah lebih awal.
***
"Kaoru!"
Kaoru menoleh. Ketua klub menghampirinya.
"Ada apa, Fumiya-senpai?"
"Aku mengandalkanmu, Kaoru."
Kaoru mengerjap. "Pertunjukan itu masih lama, 'kan? Senpai tidak perlu mengandalkanku sampai segitunya."
"Tidak, aku mengandalkanmu. Sampai hari pertunjukan tiba, aku mengandalkanmu merancang kostum dan desain panggung. Pertunjukan hari kelulusan itu harus sempurna."
"Aku mungkin bisa mencari beberapa referensi, tapi tema dan cerita drama yang akan dipentaskan belum ada, 'kan?"
Fumiya tersenyum. "Soal perancang skenario, aku sudah punya."
Kaoru terbelalak. "Benarkah?"
"Ya, tentu. Meski dia bukan anggota klub, tapi dia bersedia membantu apa saja untuk acara kelulusan nanti. Terlebih lagi, dia itu sangat suka membaca dan sudah membaca banyak cerita bagus dari novel-novel. Aku yakin dia bisa membuat cerita yang bagus. Atau setidaknya, dia punya sesuatu yang pantas untuk kita pentaskan."
Kaoru tidak masalah. Selama orang itu telah dipercayai oleh sang ketua klub, maka itu berarti akan baik-baik saja.
Setelah rapat singkat, anggota klub drama menghabiskan waktu dengan berbicara satu sama lain. Tak ada orang yang begitu akrab untuk diajak bicara oleh Kaoru, selain Asahi Fumiya. Namun kakak kelasnya itu tampak sibuk berdiskusi dengan sesama kelas tiga di klub. Merasa bosan, Kaoru berniat beranjak pergi dari ruang klub.
Baru saja berbalik, Kaoru melihat seseorang baru saja pergi meninggalkan pintu ruang klub. Lelaki itu berlari kecil ke pintu. Ketika ia menoleh ke luar di mana orang itu pergi, Kaoru melihat Tendo Anzu berjalan menjauh.
Seniornya itu adalah anggota kedisiplinan OSIS. Dan juga orang yang paling sering menyeretnya ke ruang BK jika ia ketahuan melanggar aturan sekolah. Sejenak Kaoru berpikir bahwa Tendo Anzu sedang mencari dirinya. Badannya yang tinggi dan rambut berantakan seharusnya sudah cukup untk semua orang tahu bahwa dia adalah Tsukiyama Kaoru. Tetapi karena kakak kelasnya itu tidak masuk ke ruang klub dan memergokinya, sepertinya memang perempuan itu tak mencarinya.
Kaoru tidak tahu apa urusan perempuan itu dengan klub drama. Setidaknya dia tidak mendapat panggilan ruang BK dulu minggu ini.
Kaoru berjalan keluar dari ruang klub. Tangan kirinya menyibak lembaran buku sketsanya. Tidak banyak yang tersisa jika dia harus membuat rancangan besar dan banyak. Mungkin dia sudah harus menyiapkan buku sketsa baru.
Langkah pemuda itu terhenti ketika ia akan melewati tangga menuju atap. Kaoru menatap anak tangga paling atas. Di mana belokan tangga itu akan ada pintu yang menjadi pembatas area atap dan gedung sekolah.
Kejadian kemarin masih terpikirkan olehnya. Ia meninggalkan Nao di atap setelah ibunya menelepon karena belum pulang ke rumah.
Kejadian itu juga membuatnya selalu kepikiran. Ia mengecek seluruh ruang kosong di kamarnya, tempat hantu berada berdasarkan rumor. Ia percaya hantu itu tidak ada, tetapi Hinata Nao berhasil membuatnya meragukan keyakinannya selama ini.
Dan sekarang, keingintahuannya terhadap eksistensi Hinata Nao mulai meningkat. Hantu atau bukan, gadis itu masih tanda tanya. Terlebih lagi, hantu yang amnesia.
Kaoru mulai menaiki anak tangga pertama. Untuk pertama kalinya Kaoru berniat bolos bukan untuk menghindari guru. Untuk pertama kalinya Kaoru bolos untuk sesosok gadis misterius yang membuatnya kepikiran hampir sepanjang hari.
Sejumlah anak tangga telah ia lewati. Di hadapannya kini adalah pintu menuju atap. Kaoru perlahan membuka pintu.
Kaoru bisa merasakan angin yang bertiup pelan ke arahnya. Menyejukkan kulitnya yang dibasahi sedikit keringat. Lelaki itu mulai mengambil beberapa langkah ke area atap.
Tiba di area tengah, Kaoru celingukan. Mencari keberadaan "sesuatu" yang seharusnya ada kemarin.
"Mencariku?"
Kaoru mengenal suara itu. Pemuda itu refleks menoleh ke belakang. Gadis hantu kemarin telah berdiri tepat di belakangnya. Tanpa suara langkah kaki. Tanpa hawa keberadaan yang jelas.
"Kau rindu padaku, ya?" Hantu itu tersenyum usil.
"Kenapa aku harus rindu padamu? Kita baru ketemu kemarin."
"Jadi, kenapa kau kembali? Kau kepikiran aku terus, kan? Mengakulah."
Wah, dia menyebalkan juga, pikir Kaoru berusaha menahan rasa kesal.
Nao sekarang sedang melayang di hadapannya. Tatapan hantu itu tak lepas dari wajahnya.
"Aku cuma mau bolos. Tidak ada kaitannya denganmu sama sekali."
"Tentu saja ada! Kita baru saja bertemu langsung kemarin ketika kau bolos, 'kan? Aku menyaksikan kau bolos. Dan kau bertemu denganku yang sudah lama berada di atap ini. Itu hubungan kita."
Harus lelaki itu akui, menghadapi makhluk di depannya ini benar-benar butuh kesabaran. Untuk pertama kalinya Tsukiyama Kaoru menyesal bolos.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top