6
"Jangan!"
Yushin berjengit saat Haneul tiba-tiba berteriak dan menggenggam tangannya.
"Jangan pernah berpikir untuk menyusul pasangan Anda, Yushin-ssi! Saya percaya Baek Harin-ssi pasti masih ingin Anda hidup! Meski saya bukan orang yang Anda inginkan, saya akan berusaha untuk melipur rindu itu dengan suara saya!"
"Oh." Yushin sedikit membelalak, barangkali tidak mengantisipasi antusiasme dan ketakutan Haneul—ketakutan kehilangannya. Haneul sendiri sebenarnya malu memegangi tangan orang asing begini, tetapi tak berani memutus kontak—sampai Yushin akhirnya tertawa.
"Memang itulah mengapa saya minta 'diundang', Haneul-nangja: karena suara Anda membuat saya hidup. Percayakah bahwa saya jatuh di atap waktu itu juga karena mengikuti suara Anda?" Berhati-hati, Yushin menggenggam balik tangan Haneul. "Hati saya hancur, tubuh saya penuh luka, tetapi hanya dengan suara sayup Anda, saya merasa lebih baik. Saya percaya bukan cuma kekuatan sayap Baek Harin yang membuat saya merasa demikian."
Jantung Haneul berdegup luar biasa kencang. Ia perlahan melepaskan tangan dari genggaman Yugyeom, lalu menawarkan pemuda ikal itu roti selai—yang diterima dengan senang hati. Sambil membuka kemasan roti, Haneul sibuk menenangkan gemuruh dalam dadanya.
Jangan hanyut. Aku hanya membantu dan dia merasa terbantu, itu saja! Oh, dan siapa tahu melipur laranya dapat menarik potongan sayap? Benar! Kami baru bertemu dan kebetulan punya sayap berpasangan, makanya seolah-olah saling jatuh cinta.
Demi menutupi kegugupannya, Haneul pun membahas kemungkinan menarik potongan sayap yang tadi ia pikirkan. Yushin pikir itu sangat mungkin terjadi, maka benak Haneul langsung melayang ke daftar lagu untuk audisi.
Dengan begini, mungkin aku akan mampu menyempurnakan lagu cintaku!
***
Haneul sedang menuangkan susu untuk Yushin ketika teringat soal kelas akting lanjutan yang harusnya ia hadiri 2 jam lalu. Gadis itu memekik panik, membuat Yushin hampir tersedak roti. Haneul tetap menuang susu dengan terburu-buru, lalu membereskan barang-barangnya sambil menjelaskan keterlambatannya kepada Yushin. Haneul minta maaf karena tidak bisa menemani Yushin sampai selesai makan, tetapi Yushin malah meminta maaf balik 'untuk segalanya'.
"Saya pasti akan mengundang Anda kalau manggung!"
Begitu janji Haneul pada Yushin saat berlari menuju pintu dengan tas tersandang.
Seperginya Haneul, kamar Yushin kembali senyap. Dipandangnya kosong potongan roti terakhir yang disiapkan penjenguknya. Yushin sesungguhnya tak berselera makan, tetapi demi menghargai Haneul dan para petugas dapur rumah sakit yang menyediakan makanan untuknya, ia bersedia menghabiskan semua makanan yang disodorkan.
Yushin membuang napas panjang, memasukkan potongan terakhir roti ke mulut, lalu menandaskan susu yang Haneul tuang tergesa-gesa tadi. Setelahnya, dalam diam, ia menyandari kepala tempat tidur yang telah ditinggikan.
Apa aku akan benar-benar kembali ke Silla setelah ini semua selesai? Pulang-pulang, mungkin aku cuma akan dipenggal, tapi aku tak mau mati. Ya, aku akan mengembalikan sayap Harin diam-diam, lalu tinggal selamanya di Bumi.
Telapak tangan Yushin meremas selimut.
Tetap saja tempatku bukan di sini. Rumahku—
Yushin mencegat pikirannya sendiri.
Oh, benar. Silla bukan rumahku lagi. Ayahanda, Ibunda, Hyeongnim, dan seluruh Silla cuma tahu aku pembunuh. Jika ingin hidup, ke sana bukanlah tujuanku.
Air mata Yushin berlinang, dihapusnya sebelum jatuh menggunakan tangan yang tak berinfus. Ia kemudian menatap tajam ke depan.
Harin-ah, kaubilang ingin tahu seperti apa Bumi itu. Jadi, maaf, aku tidak akan mengambil hukumanku atas kematianmu. Aku akan hidup dan melihat Bumi untukmu. Jangan khawatir, aku akan bawakan sesuatu dari sini bersama sayapmu nanti.
"Aku tidak punya kerabat bernama Kim Haneul."
Gara-gara merenung, kewaspadaan Yushin jadi menurun. Harusnya, ia sudah menyadari kehadiran orang lain sebelum muncul di hadapannya, tetapi ia baru menyadari kedatangan dokternya saat pria itu membuka pintu. Dokter Im seorang lelaki beralis belah, hari ini mengenakan kemeja putih yang sedikit kusut dan dikeluarkan dari celana jeans-nya.
Refleks Yushin, selain menoleh ke ambang ruangan, adalah mengembangkan sayap dan mengeluarkan pedangnya.
"Ini hanya aku, duh. Simpan Cheonryonggeom-mu."
Menuruti orang yang baru datang ini, pedang dan sayap di tangan Yushin pun menghilang, 'ditarik' masuk oleh pemiliknya. Wajah Yushin masih tegang ketika memanggil si dokter.
"Im Sungjae, apa yang kauinginkan?"
"Cuma mau memberitahu, kau akan pulang ke rumahku." ucap Im Sungjae—dokter bedah toraks Yushin—dengan datar. "Aku tinggal memastikan luka WSD-mu—eh, maksudku bekas pasang pipa kemarin—tidak bernanah, lalu kau akan pulang. Dokter Shin tidak melihat perdarahan baru di kepalamu, jadi dia mengikuti keputusanku untuk memulangkanmu."
Dokter Shin adalah dokter bedah saraf Yushin yang asli, yang posisinya diaku oleh Hwang Changjun saat bertemu Haneul.
"Mengapa harus ke rumahmu?" Yushin mengernyit. "Kau tidak lagi bisa berhubungan dengan Silla, maka kau tidak bisa melaporkanku ke istana."
Sungjae mendengus dengan bibir miring saat menutup pintu kamar Yushin di belakangnya.
"Jangan berlagak. Kau mengatakan itu seolah masih berhubungan dengan Silla saja." Ucapan Sungjae menusuk sisi hati Yushin yang paling rapuh. "Benar juga. Kau kan buronan, ya; tentu masih berhubungan dengan Silla."
Yushin menggeram selagi Sungjae berjalan menghampirinya dengan tangan dimasukkan ke saku jeans. Namun, setelah Sungjae duduk bersilang kaki di kursi yang tadi Haneul duduki, Yushin tampak lebih tenang.
"Lucu juga melihat salah satu pangeran Silla yang paling dipuja sekarang terbaring lemah sebagai pasienku. Mungkin Tuhan yang dikatakan ayah dan ibuku benar adanya—karena kalau bukan Dia, aku tidak tahu siapa yang bisa menulis humor sekocak ini." Sungjae tersenyum meremehkan, lalu menirukan salah satu pidato yang pernah didengarnya dulu. "'Pangeran Yushin, bersama pasukannya yang meredam Pemberontakan Sayap Kelabu di usia belia, akan mendapatkan anugerah Langit yang amat besar karena telah mengembalikan kedamaian di Silla.' Lalu—"
Sungjae memukulkan sisi telapak tangan kanannya ke tangan kiri, membuat gerakan memotong. "—satu sayap lepas! Dua sayap lepas! Ratusan sayap lepas dan ratusan nyawa melayang, semata karena kalian orang-orang sombong tidak memperlakukan setara keturunan biikjo dengan burung lain. Kalian para petinggi tidak pernah mendengar, tapi baru sekarang, kan, kau mengerti itu?
"Kalau tak bisa kembali pada keluarga, istana, atau rakyatmu, ke mana kau akan pergi?"
Yushin bungkam. Ia tidak bisa melawan serangan fakta Sungjae yang bertubi-tubi itu. Pertama, soal keterlibatannya memberantas pemberontakan yang sampai sekarang masih ia sesali. Ia hanya berkuasa di militer, tetapi tidak di depan Raja, Kementerian Pertahanan, dan kakaknya, calon kuat putra mahkota waktu itu. Senjatanya dan pasukannya hanyalah perpanjangan tangan Raja, tak memiliki keinginan sendiri, dan posisinya sebagai pangeran terlalu lemah untuk melawan. Mana ia sanggup menyelamatkan para biikjo berdarah campuran yang ia potong sayapnya dan buang ke Bumi, termasuk Sungjae?
Serangan kedua Sungjae adalah pertanyaan terakhirnya kepada Yushin. Itu pula hal yang Yushin tanyakan pada dirinya sendiri beberapa saat lalu, yang belum ia temukan jawabannya.
"Seberapa pun banyaknya biikjo yang dibuang, kami tetap terpisah dan sendiri, terlunta-lunta tanpa sayap kami, tanpa tahu cara kerja dunia di luar Silla," kata Sungjae. "Kami tak tahu apakah besok akan hidup atau mati. Namun, manusia-manusia di 'tanah terlarang' ini jauh lebih baik dari para biikjo Silla yang sok suci."
Yushin tertohok dituding 'sok suci' sebelum menyadari bahwa— "Aku bukan lagi 'biikjo Silla'."
Gestur mengejek Sungjae berubah. Ia masih bersandar, tetapi tangannya telah dikeluarkan dari saku jeans dan kakinya tak lagi bersilang. Rautnya berubah datar saat membenarkan ucapan Yushin.
"Itulah yang membuatmu ingin menyelamatkanmu—sebagaimana orang tua angkatku menyelamatkanku dulu."
Tentu saja ucapan Sungjae ini mengejutkan Yushin, apalagi setelah serangkaian sindiran tadi. Namun, saat berpaling, Yushin hanya menemukan kejujuran dalam tatapan Sungjae.
"'Sia-sia menyimpan dendam; lebih baik memperbaiki diri dan maju bersama kebaikan'. Demikianlah ayah-ibu angkatku diajari oleh," Sungjae mengedikkan sebelah bahu, "'Tuhan' mereka. Orang-orang tua itu sudah memiliki masalah sendiri, tetapi masih bersedia memungutku yang sudah jelas akan memberi lebih banyak masalah."
Anak mata Sungjae menghindari Yushin, tidak ingin perasaannya terbaca oleh lawan bicaranya.
"Aku kagum dan sangat berterima kasih kepada mereka. Identitasku sebagai biikjo Silla memang sudah tiada, tetapi mereka membantuku menemukan jati diri baru. Mustahil bagiku melakukan hal yang sama pada mereka sekarang, jadi demi menghormati mereka," Sungjae melirik Yushin, "kubuang dendamku dan kuulurkan tanganku padamu. Terima atau tidak?"
Sekali lagi kejutan. Mata Yushin nyaris melompat dari soketnya. Ia tidak percaya bahwa dokter bedah berlidah pedas ini telah menawarkan sebuah pertolongan yang kemungkinan tak akan didapatnya dari siapa pun di Bumi. Namun, setelah Yushin renungkan, kemungkinan pria itu tulus juga besar. Terlepas dari peran Haneul, Yushin masih cedera cukup berat—dan Im Sungjae, alih-alih membunuhnya di meja operasi, justru menyelamatkannya. Kamar VIP ini juga bisa ditempatinya karena—didengarnya dari seorang perawat—Sungjae mengakuinya sebagai 'kerabat'. Mungkinkah Sungjae membohonginya usai menolongnya begitu rupa?
Mungkin saja. Sejak muda, Yushin sudah banyak belajar untuk tidak mempercayai siapa pun.
"Bahkan aku pun harus selalu kauwaspadai, Yushin-ah."
Suara lembut seorang anak laki-laki tahu-tahu menyisipi benak Yushin. Pangeran cilik itu--kakak yang sejak belia diteladaninya--telah mengajarinya untuk terus bersiaga. Yushin ingat menolak; kakaknya yang cemerlang itu terlalu baik hati untuk tidak dipercaya.
Ironis bagaimana perkataan sang pangeran cilik terbukti benar beberapa tahun kemudian. Yushin mengerang, memegangi sisi dadanya.
Jangan-jangan, luka yang di dalam terbuka juga seperti luka bekas pasang pipa? duga Yushin yang terengah-engah. Bagaimana mungkin? Suara Haneul-nangja seharusnya sudah menyembuhkanku luar-dalam!
Demi melihat pasiennya menahan nyeri, Sungjae berdiri hingga kursinya berdecit, menggesek lantai.
"Yushin—"
Uluran tangan Sungjae diterima—dengan cara yang tidak pria itu harapkan. Yushin menangkap pergelangannya, menghentikan sang dokter sebelum menyentuhnya. Alis sang 'mantan' pangeran nyaris bertemu di tengah.
"Aku baik-baik saja." Yushin menghela napas beberapa kali, mencoba meredam nyerinya sendiri, sebelum mengempaskan pergelangan tangan Sungjae. "Dan, kuterima tawaranmu."
Sungjae berdecak sembari memijat-mijat pergelangannya yang diremas Yushin. Tenaga seseorang yang pernah memotong sayapnya memang tak main-main.
"Kalau begitu, sebaiknya patuhlah padaku—dan panggil aku Hyeongnim," tuntut Sungjae, masih mendesis kesakitan. "Walimu adalah aku sekarang, jadi hormatlah, Bocah."
***
Yushin keluar dari rumah sakit dua hari setelah Haneul menjenguknya. Dengan terburu-buru, Sungjae memperkenalkan sopirnya kepada Yushin; sopir itu ditugaskannya mengantarkan Yushin pulang. Sungjae yang masih mengenakan baju scrub itu kemudian menghilang ke dalam rumah sakit, meninggalkan sopirnya yang kebingungan karena Yushin tak membawa tas atau semacamnya.
Tersenyum sopan, Yushin menjelaskan bahwa dirinya hanya 'seorang tunawisma yang mengalami kecelakaan dan dibantu dengan murah hatinya oleh Dokter Im': identitas yang disepakatinya bersama Sungjae.
Si sopir mengangguk tanda mengerti, lalu membukakan pintu depan. Yushin jadi sungkan; ini bukan Silla di mana ia terbiasa dilayani kasim dan dayang.
"Tuan Muda Sungjae rupanya mewarisi kebaikan orang tuanya." Sambil menyetir, si sopir bercerita dengan bangga—dan Yushin mencegah diri tersedak karena setahunya, 'Tuan Muda' Im Sungjae ini dulunya hanya seorang petani pemberontak di Silla. Hidupnya jelas jauh lebih baik di Bumi. "Sepeninggal Tuan dan Nyonya Besar, beliau telah bekerja tanpa lelah untuk menyelamatkan orang-orang, tetapi sampai mengulang apa yang dilakukan Tuan dan Nyonya sebelumnya menurut saya merupakan mukjizat terbesar."
'Mengulang' itu pasti maksudnya memasukkan orang asing ke rumah, batin Yushin tak terkesan meski masih tersenyum.
"Benar." Yushin menanggapi sopir Sungjae. "Jika bukan karena pertolongan Dokter Im, entah bagaimana nasib saya sekarang. Saya akan berusaha keras untuk tidak menyia-nyiakan kebaikan beliau!"
Meskipun jijik sendiri mendengar dirinya memuja-muja Sungjae, Yushin akui ada satu sisi hatinya yang menghangat. Cerita sopir itu membuktikan bahwa Sungjae tidak membual. Penghormatan—bagi Yushin—berhak diterima oleh siapa saja, terlepas dari keturunan, kasta, apalagi masa lalu, maka Sungjae layak mendapatkan satu.
***
Kediaman Im luasnya sekitar seperempat dari istana Silla. Begitu masuk, Yushin disambut oleh interior serbaputih dengan lukisan-lukisan yang memiliki beberapa kesamaan unsur: seorang wanita berkerudung, bayi dalam kandang domba, atau sebuah perjamuan di meja panjang. Beberapa pelayan berseragam putih-hitam lalu-lalang. Seorang dari mereka menyambutnya dengan 'Tuan Muda' dan mengarahkannya ke sebuah kamar—yang, ajaibnya, seluas kamarnya dulu di istana Silla.
"Uh, itu ...." Yushin mengangkat tangan defensif, "saya bukan Dokter Im, jadi saya bukan 'Tuan Muda'."
"Mulai hari ini, Anda adalah Tuan Muda juga. Tuan Muda Sungjae mengangkat Anda sebagai adik, jadi kami mesti memperlakukan Anda sama dengan beliau, Tuan Muda Yushin."
Rahang Yushin jatuh. Mendadak permintaan Sungjae sebelumnya terngiang di telinga.
Dia tidak serius memintaku memanggilnya 'Hyeongnim', kan?
Wajah Yushin merah padam, kesal, memancing kecurigaan si pelayan, jadi sekali lagi ia harus mengondisikan diri. Sebagaimana mestinya 'orang miskin sakit yang diselamatkan dan dinaikkan derajatnya', Yushin membungkuk dalam-dalam kepada si pelayan.
"Terima kasih banyak. Terima kasih banyak atas kebaikan Anda dan semua orang di rumah ini! Saya telah menyampaikan ini pada Dokter Im, tetapi tolong, jika bertemu, sampaikanlah rasa terima kasih saya kembali!"
Im Sungjae sialan! Yushin mengumpat di balik senyum pura-puranya. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top