14
"Kang Youngseok-ssi ...." panggil Haneul lirih sebelum berteriak memohon. "T-Tolong! Saya tidak seharusnya di sini! Tolong kembalikan saya ke panggung!"
"Maafkan aku, Kim Haneul-yang, tetapi sejak awal pertemuan kita, memang membawamu ke sinilah tujuanku."
Dada Haneul mencelus. Apa yang sempat diduganya setelah pertemuan pertama dengan Youngseok ternyata benar.
Pria itulah yang berbahaya, bukan Yushin-ssi!
"Jadi, Anda juga biikjo yang mengincar sayap Baek Harin? Anda membawa saya ke sini agar prajurit-prajurit ini memotong sayap saya?" Suara Haneul meninggi, tetapi sumbang karena tangis yang tersangkut di ujung tenggorok.
Youngseok tertawa lembut, tetapi bagi Haneul suara itu beracun. "Prajurit-prajurit ini lebih mementingkan nyawa mereka ketimbang sayap di tubuhmu. Lagipula, meskipun aku memang menginginkan sayap Baek Harin, aku tak akan sekejam itu mengambilnya paksa. Kau yang akan memberikannya."
"Tidak!" seru Haneul, sebutir air matanya akhirnya mengalir menuruni pipi. "Sayap ini hanya milik Baek Harin, maka hanya kepadanya sayap ini akan kembali!"
Seorang prajurit bersayap ungu berteriak. Ia terempas begitu kuat ke kerangkeng Haneul sebelum jatuh ke tanah, membuat kerangkeng itu bergoyang dan Haneul terjatuh ke samping. Haneul dapat melihat jelas bagaimana sayap si prajurit tertebas–dan patahan pedang berapi menembus baju zirahnya. Haneul membelalak; air matanya menderas.
Jika tidak bisa pergi dari sini, apakah ada yang bisa kulakukan agar mereka berhenti saling menyakiti?
Sayap di punggung Haneul terkembang, cahayanya terang. Sekonyong-konyong, Haneul teringat kekuatan nyanyiannya.
Kalau aku menyanyi untuk menyembuhkan mereka, jangan-jangan itu akan mempermudah Kang Youngseok untuk mengambil sayapku?
"Tidak." Suara Youngseok bergema lagi dalam kepala Haneul, seolah-olah menjawab pertanyaan gadis itu yang tak terungkap. "Sayap itu cuma bisa berpindah kalau kau sukarela memberikannya. Tentu saja, kau bebas menyanyi dan lihat apakah mereka akan terselamatkan; aku tetap tidak akan bisa mengambil sayapmu."
Demi mendengar itu, dan menyadari bagaimana dirinya masih terbalut gaun untuk tampil di konser amal, Haneul segera melantunkan sebuah lagu.
"Caro nome che il mio cor
festi primo palpitar,
le delizie dell'amor
mi dêi sempre rammentar!"
Berhasil. Haneul melihat luka lebar yang masih basah di tubuh salah satu prajurit menutup cepat. Sayangnya, terbebas dari nyeri memberikan kekuatan baru bagi prajurit-prajurit ini untuk menghabisi lawan mereka. Selain itu, entah bagaimana, suara Haneul sepertinya lebih banyak menyembuhkan prajurit bersayap api ketimbang prajurit biikjo yang dari awal tampaknya memang sudah terdesak. Haneul pun berhenti menyanyi, tidak ingin lebih banyak pembunuhan terjadi di depan matanya.
"Bukan ini yang aku inginkan ..."
"Bukan ini juga yang kumau, Kim Haneul-yang." Suara Youngseok menjadi lebih jauh dan kering. Bersamaan dengan terdengarnya suara itu, Haneul menemukan sosok seorang prajurit yang membuatnya terenyak. Prajurit biikjo ini begitu mirip Youngseok, tetapi lebih muda. Ia bertarung mati-matian meskipun baju zirahnya tak lagi utuh, mengekspos banyak bagian yang rawan diserang. Prajurit itu berkalang luka, mengingatkan Haneul akan Yushin pada hari pertama pertemuan mereka.
"Namun, aku harus mempertahankan kerajaanku meskipun seorang diri, meski tak ada satu pun sekutu yang datang menolong kami."
Jasad-jasad tak bernyawa terus-menerus bergelimpangan ke atas tanah setelah kalah mengenaskan di udara. Yang kalah di daratan pun sama menyedihkannya. Warna api menyalakan awang-awang; prajurit biikjo sudah amat tersudut. Rasa iba Haneul membumbung tinggi pada mereka, terutama pada sosok mirip Youngseok yang berjuang begitu kerasnya.
Tiba-tiba, lingkaran cahaya lebar bertuliskan huruf-huruf kuno terbentuk di atas kepala prajurit yang mirip Youngseok itu. Haneul terbeliak, ingat melihat lingkaran serupa saat ia akan menyanyi di panggung Seoul Arts Center. Prajurit-prajurit bersayap api yang berada di bawah lingkaran lebar itu tiba-tiba berhenti bergerak. Sayap mereka padam, mata mereka terpejam, lalu mereka begitu saja jatuh ke tanah dengan kulit yang mengabu kehilangan warna.
Prajurit mirip Youngseok merintih kesakitan. Darah mengalir dari sudut-sudut bibirnya, tetapi sebentar kemudian, ia tersenyum menang.
"Kim Haneul-yang." Tidak lagi berasal dari kepala Haneul, suara Youngseok kini keluar dari prajurit yang menyerupainya tadi. Prajurit muda itu menatap lurus pada Haneul yang terkurung dengan seringai yang membuat Haneul tidak nyaman–dan para prajurit bersayap kini dapat bergerak menembusnya. Ia ada dan tiada, menakutkan Haneul. "Biikjo-biikjo sekarat ini adalah pasukanku, rakyatku. Orang-orang yang begitu saja dibiarkan mati oleh Yushin untuk meraih gelar kehormatan lebih besar."
"Yushin-ssi tidak akan melakukan hal seperti itu!" sangkal Haneul serta-merta. Ia bahkan tidak betul-betul meresapi ucapannya maupun ucapan Youngseok; yang ia tahu, Youngseok telah bicara buruk tentang Yushin. "Jika kalian berada di pihak yang benar, Yushin-ssi akan membantu kalian!"
"Niat buruk apa yang kami simpan? Kesalahan apa yang kami perbuat? Kami bahkan berjasa untuk mempertahankan perbatasan Silla, tetapi apa yang Silla berikan? Apa yang Yushin berikan untuk kami meski kekuatannya sebesar itu?"
Haneul menggigil mendengarnya. Bahkan ketika mencurahkan isi hati soal pengkhianatan di lounge VIP, Youngseok sangat kalem walaupun masih terdengar jengkel. Suara Youngseok muda ini goyah dan matanya berkilapan oleh genangan yang dangkal.
Tapi, mengapa Yushin-ssi harus memberikan sesuatu pada pasukan yang tersudut ini? Haneul membatin. Kekuatan apa yang dia miliki? Siapa kau sebenarnya, Yushin-ssi?
Dari belakang sosok Youngseok yang timbul-tenggelam, tahu-tahu terkembang sayap putih cemerlang yang hanya sebelah. Setelah itu, tubuh Youngseok muda terbelah–bersamaan dengan kerangkeng yang memerangkap Haneul.
"Ah!"
Terjun bebas tanpa penghalang, Haneul menjerit. Beruntung, sayap sebelahnya mengembang tepat waktu–dan seseorang menangkapnya, mencegahnya dari jatuh yang keras. Kaki Haneul mendarat dengan mulus di atas daratan, di tengah mayat-mayat. Haneul tak berani melihat tubuh-tubuh penuh darah itu, maka ia terus mendongak untuk menatap wajah penyelamatnya.
"Yushin-ssi ...."
"Maaf Nangja harus mengalami hal ini," ucap Yushin lirih. Ia menggenggam pergelangan tangan Haneul dengan tangan yang tak menggenggam pedang, lalu menatap nyalang ke satu titik di langit. "Jangan libatkan Kim Haneul. Tuntaskan dendammu itu padaku, Pangeran Youngseok."
Rupanya, di atas sana, tengah terbang Youngseok dengan sayap ungu yang tembus pandang sebelah. Ia berada di tengah-tengah lingkaran cahaya besar yang seakan menutupi seluruh langit.
"'Pangeran', katamu?" Youngseok tertawa, padahal Haneul yang syok mengetahui fakta ini tak menemukan hal yang lucu dari panggilan Yushin tadi. "Kerajaan yang sudah musnah tak akan punya pangeran!"
Tanah berderak. Haneul memekik dan mencengkeram lengan Yushin ketika jasad-jasad yang semula tak bernyawa di sekitar mereka bangkit dan menghunuskan senjata.
"Haneul-nangja, mereka tidak nyata," ucap Yushin sembari menegakkan pedangnya siaga. "Seluruh tempat ini diciptakan kekuatan sayap Kang Youngseok. Saya sudah menghancurkan sebagiannya, jadi tinggal sisanya yang harus kita hancurkan berdua."
"T-Tapi, bagaimana caranya?"
Yushin menoleh dan tersenyum percaya diri pada Haneul. Senyum itu meredam kegelisahan Haneul beberapa derajat. "Tetaplah di tempat Anda–dan nyanyikan lagu yang harusnya Anda nyanyikan di konser."
Sebelum menjelaskan bagaimana menyanyi dapat menyelamatkan mereka dari petaka, Yushin melepaskan genggamannya pada pergelangan Haneul dan melesat ke arah mayat-mayat hidup. Sayap Haneul sendiri mengembang lebih lebar, memberatkannya untuk tetap berdiri. Haneul tersimpuh, lalu sayapnya yang kini cukup lebar menekuk di sekitar tubuhnya, membentuk sebuah perisai. Selain sayap Harin, Haneul melihat satu sayap lagi yang lebih tembus pandang terkembang dari punggungnya, ikut melingkupi tubuhnya dari arah berlawanan.
Namun, warna sayap putih Yushin jadi sedikit memudar ....
Yushin-ssi membagikan kekuatannya untuk melindungiku?
Kesimpulan itu mendorong Haneul untuk melakukan apa yang Yushin minta sebelumnya: menyanyi. Jika sayap mereka betul-betul terhubung, maka hanya begitu satu-satunya cara Haneul mendongkrak kekuatan Yushin dan membantu sang biikjo menghancurkan dunia bayangan tempat mereka terperangkap. Gadis itu mengusap air matanya, berdeham untuk membersihkan tenggorokannya dari sisa tangis, lalu mulai menyanyi.
"Col pensiero il mio desir
a te ognora volerà,
e pur l' ultimo sospir,
caro nome, tuo sarà!"
Berbeda dengan tebasan senjata prajurit-prajurit tadi, tebasan Cheonryeonggeom bukan melukai orang, tetapi mengoyak keutuhan dunia buatan Youngseok. Tubuh-tubuh yang ditebas oleh Yushin lebur menjadi pasir dan tertiup angin, tanda bahwa mereka bukan manusia sungguhan. Semakin dalam Haneul menjiwai lagunya, semakin kuat pula Yushin.
Lansekap ilusi ciptaan Youngseok mulai berlubang-lubang karena 'dilukai' oleh Yushin.
Kalau seperti ini terus, kami akan bisa pulang!
"Ingin tahu mengapa Yushin terluka parah pada hari pertama kalian bertemu?"
Haneul terkejut, dengan ketakutan melirik ke kiri. Youngseok tahu-tahu sudah berada di belakangnya–dan menyandarkan wajah ke bahunya. Terhentilah "Caro nome" Haneul secara mendadak, menurunkan kekuatan Cheonryeonggeom. Yushin yang merasakan bahaya di sekitar Haneul langsung berbalik dan mendapat tusukan di dada, tembus mencipratkan banyak darah.
"Yushin-ssi!" pekik Haneul ketakutan. Beberapa jauh di depannya, Yushin memicing dan mengerang menahan nyeri, tetapi hanya sejenak. Ia menggenggam bilah pedang yang menusuknya, lalu mematahkan anak pedang itu dengan tangan kosong. Sayapnya bercahaya terang selama beberapa saat. Ia pun berbalik dan memenggal mayat hidup yang menusuknya.
"Nangja! Jangan dengarkan dia dan menyanyilah!"
Ketika cahaya sayap Yushin memudar, luka di dadanya telah menutup, tetapi warna sayapnya menjadi lebih kusam dibanding sebelum diserang. Haneul seketika sadar bahwa nyanyiannya sangat mempengaruhi kekuatan Yushin, maka ia kembali menyanyi. Sayangnya, nyanyian itu sepertinya tidak memulihkan kekuatan Yushin secepat sebelumnya.
Mengapa?
"Pernahkah kau mendengar, semakin besar kekuatan seseorang, semakin rakus ia akan kekuatan lain?" bisik Youngseok dari belakang Haneul yang menyanyi dengan putus asa. Haneul dapat membayangkan lelaki itu tersenyum santun seperti di ruang VIP–sebuah senyum yang penuh tipu muslihat. "Kau lihat, dengan kekuatan sebesar itu, Yushin telah menjadi prajurit yang disegani di Silla dan harusnya merasa cukup. Namun, dia masih menginginkan lebih banyak kekuatan, maka ia merebutnya–meskipun harus membunuh pasangannya."
Suara Haneul mendadak sumbang, parau. Ia terbatuk karena kehabisan napas, bukan semata karena tenaganya yang terkuras untuk menyanyi.
Yushin-ssi membunuh Baek Harin karena menginginkan kekuatan penyembuhnya?
"Benar," jawab Youngseok, padahal Haneul tak mengutarakan pertanyaannya. "Pikirkan; ia selalu mengalahkan paling banyak musuh di medan perang. Namun, jika mampu menyembuhkan diri sendiri juga, ia akan menjadi tak terkalahkan. Kim Haneul-yang, kau yang memiliki potensi untuk bersinar di panggung internasional dengan ariamu, mungkin ujungnya akan mati di tangan pria yang kaupercayai itu!"
Dada Haneul terasa nyeri, bukan karena masa depannya bersama Yushin yang diramalkan akan gelap, melainkan karena yakin hal itu tak akan terjadi padanya. Namun, satu sisi hatinya mulai terpengaruh oleh Youngseok.
Yushin-ssi selalu melindungi dan mendukungku. Yushin-ssi menyukai laguku, bahkan ketika aku menyanyi untuk diri sendiri, bukan untuknya. Dia tidak akan membunuhku!
Tapi, aku sendiri pun tak tahu pasti bagaimana Baek Harin tewas .... Bagaimana jika Kang Youngseok mengatakan hal yang benar? Bagaimana jika ilusi ini betul-betul menunjukkan akibat pengabaian Yushin terhadap orang-orang Youngseok di masa lalu?
"Sebaliknya, jika kauserahkan sayap itu padaku–pada kami, kami akan menggunakan kekuatan itu sebaik mungkin." Youngseok tahu-tahu berlutut di depan Haneul. "Yushin hanyalah seorang petarung yang haus kekuatan, tetapi pangeran Silla, Yang Mulia Jinhyung, akan menjaga kekuatan itu untuk kebaikan kerajaan. Ia akan melakukan apa yang gagal dilakukan Yushin, yaitu menggunakan kekuatan Baek Harin sesuai peruntukannya: untuk kedamaian Silla. Di tangan Yang Mulia Jinhyung, sayap itu akan mencegah tragedi yang kausaksikan ini terjadi kedua kalinya."
Youngseok berdiri dan mengulurkan tangan. "Aku adalah perpanjangan tangan Yang Mulia Jinhyung. Sambutlah tanganku dan kita pergi–"
Sebelum selesai dengan kata-katanya, Youngseok berbalik–untuk menangkis serangan mendadak Yushin. Haneul gemetar. Mata Yushin menyala oleh amarah dan kerut wajahnya menciutkan Haneul meskipun amarah itu tidak tertuju padanya.
"Jangan bawa nama Hyeongnim dalam omong kosongmu itu!" desis Yushin.
Di sisi lain pedang yang beradu, Youngseok menatap Yushin meremehkan. Sengaja ia putar sedikit gagang pedangnya–untuk menunjukkan emblem bunga persik pada tasel gagang pedangnya. Emblem itu diukir di atas sekeping emas, menandakan status Youngseok yang tinggi di kalangan prajurit kepercayaan kerajaan–juga posisinya yang sangat dekat dengan kakak Yushin, sang pangeran pertama.
"Emblem itu–mustahil ...." bisik Yushin.
"Sayang sekali, tapi inilah kenyataanmu," ujar Youngseok. "Yang Mulia Jinhyung sendiri mengizinkanku menggunakan namanya, di mana pun, kapanpun, untuk menghentikanmu."
Dikelilingi mayat hidup yang entah mengapa berhenti bergerak dan dunia khayalan yang berlubang-lubang, Yushin berduel dengan Youngseok. Pertarungan itu seimbang, sebabnya mungkin karena kekuatan Youngseok yang membludak seiring dengan emosinya, juga makin melemahnya Yushin. Facade tenang Youngseok lebur ketika dirinya mulai berhasil menyudutkan Yushin–dan Caro nome Haneul pun terdengar makin putus asa alih-alih ceria.
Haneul berusaha tak menjerit saat Youngseok melukai Yushin sekali lagi, menanam sayatan yang cukup panjang dari pinggiran sayap hingga ke lengan atasnya. Darah memercik ke atas tanah dalam satu garis panjang merah. Youngseok terbahak-bahak seakan kehilangan kewarasannya.
"Itu untuk pengkhianatanmu terhadap Gaya, Yushin!"
Youngseok menyerang lagi, kali ini sebuah serangan yang menurut Haneul bisa Yushin hindari. Namun, Yushin yang biasanya berefleks cepat seakan sengaja diam agar serangan Youngseok mengenainya. Begitu pula di serangan berikutnya, dan berikutnya lagi ... hingga tubuh atas Yushin dimerahkan darah.
"Yushin-ssi!" seru Haneul, tak mampu meneruskan Caro nome-nya. "Mengapa Anda tidak menghindar? Mengapa membiarkan diri Anda terluka?" []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top