2
Jaman dulu, laki-laki mengandung itu sangat lajim terlihat. Besar kemungkinan dia bergender Omega setelah gender utamanya laki-laki.
Ya, dulu, tidak hanya perempuan yang boleh menikah dengan laki-laki lalu mengandung anak dari suaminya. Lelaki juga. Dengan syarat lelaki itu seorang omega, yang dengan ajaibnya memiliki rahim dalam perutnya. Punya telur yang dapat di buahi menjadi bayi layaknya bayi yang di kandung perempuan.
Sekarang, mendengar laki-laki berlaku sayang pada laki-laki lain, mungkin orang-orang ingin muntah, merasa jijik, dan iritasi dengan segera.
Sayang sekali, padahal kasih sayang itu luas jabarannya. Tidak terbatas pada jenis kelamin saja. Siapa sangka, hal yang begitu malah di hapuskan di muka bumi ini.
Last Omega
Disc: Masashi Kishimoto
Shikamaru masih berkutat dengan tugasnya di sekolah, saat salah satu guru mendekati mejanya.
"Shikamaru," suara guru itu tertahan kain penutup setengah wajahnya. Tanpa menolehpun Shikamaru tahu siapa itu, namun demi sopan santun si rusa malas itu menolehkan kepala nanasnya.
"Kakashi-sensei," sapanya sembari menganggukan kepala, pengganti membungkuk badan.
Yang di panggil Kakashi ikut mengangguk kecil, lalu berdeham.
"Sudah ada perkembangan?" tanyanya tanpa bertele-tele.
Shikamaru ikut-ikutan berdeham kecil membersihkan tenggorokannya. Tahu kemana arah pembicaraannya menjurus.
"Amh, tidak banyak, sensei," ucapnya, "pemilik kedai tempatnya bekerjapun tidak tahu tempat tinggal bocah itu."
Lagi-lagi Kakashi mengangguk menggoyangkan surai peraknya tanpa menggeser masker yang dikenakannya.
"Tapi pemilik kedai itu bilang, Naruto tidak masuk kerja selama empat hari. Sementara dia sudah tidak sekolah selama satu minggu, jadi aku akan datang kesana lagi untuk menanyai dua hari dimana dia tidak sekolah tapi masuk kerja."
"Ya. Siapa tahu ada kabar bagus." Kakashi menggeser kakinya, "segera hubungi aku, jika menemukan sesuatu. Apapun." guru ganteng itu melenggang pergi meninggalkan si Nara dengan analisanya.
.
Kiba menyapu wajahnya dengan tisu, keringatnya membanjir di sekitar dahi menuruni sisian pipinya. Siang ini panas sekali. Dan Sai yang tidak ikut dalam misi hari ini, baru saja pamit menghadiri pameran lukis di kota Suna.
Kali ini, Shikamaru, Kiba, dan Sasuke berjalan beriringan di tengah teriknya mentari siang masih dengan misi yang sama dengan yang kemarin. Mencari Naruto.
Sasuke sudah menghapal sebaris tulisan yang kemarin dia dapatkan dari seorang perempuan bernama Karin yang mengaku tahu di mana sering melihat remaja pirang bermata safir yang sempat di tanyakan Sasuke.
Namun, Sasuke belum mau membagi apa yang ia tahu kepada kedua temannya ini. Nanti sajalah, kalau-kalau salah satu atau keduanya bertanya tentang sesuatu padanya. Mereka pikir enak apa di kacangin begini.
Shikamaru melirik wajah penuh peluh Kiba. Tisu tipis di tangan remaja bertanda lahir di pipi itu sudah habis. Instingtif, pemuda Nara itu menarik keluar sapu tangan lalu mengulurkannya pada Kiba.
Tanpa banyak protes, si Kiba menerima sehelai kain berbordir inisial NS itu, lalu melap keringatnya. Basah sudah sapu tangan itu. Shikamaru tidak peduli, kalaupun di minta, ia akan memberikannya secara cuma-cuma. Mereka kan teman. Teman dekat. Dekat sekali.
Sasuke berdecih sebal, iritasi pada kedekatan dua temannya itu. Iapun berdeham kencang.
Kiba yang pertama menoleh dramatis.
"Apa."
Shikamaru mengernyit heran. Sasuke memalingkan wajah.
"Hari ini kita kemana?" tanya Sasuke tanpa repot melihat wajah keduanya. Fokus jalan saja.
Ehem, Shikamaru berdeham pelan. Menggeleng atad jawaban untuk teman ravennya. Mereka berhenti tiba-tiba di pinggir jalan. Shikamaru yang berpikir yang lainnya pura-pura mikir, biar di kira tinggi solideritas.
"Paman Jiraiya tidak ada di tempat saat aku ingin bertanya tentang dua hari yang kuceritakan itu." Shikamaru mendengus lelah.
"Kata salah satu pelayannya, Naruto bekerja seperti biasa. Hanya tidak memakai seragam sekolah, dan pulang tergesa-gesa sampai dia lupa mengambil uang gajinya."
"Kutebak, tak ada yang tahu rumah si dobe itu 'kan?" seloroh Sasuke memulai kembali perjalanannya. Shikamaru mengangguk saja.
Suara nyaring kelakson mobil, Kiba dan Shikamaru ikut melangkah menjauh perempatan jalan raya.
"Ikut aku," Sasuke berucap santai. Meloyor kalem menyeberangi jalan, memasuki jalan lain bergapura ukiran karya tangan penduduk sekitar.
Shika dan Kiba mengekor saja. Barangkali Sasuke mengingat suatu hal yang berkaitan dengan Naruto.
"Mau kemana kita?" bernada ceria serupa pertanyaan di serial animasi balita Dora The Explorer, Kiba mencolek bahu tegap si remaja berbiji mata serupa obsidian.
Shikamaru juga, berkata ya mendukung pertanyaan Kiba.
Sasuke menghela nafas berat. Mungkin inilah saatnya mereka tahu yang sebenarnya tentang Naruto. Sekalian membuktikan bagaimana reaksi dua orang ini jika tahu bahwa teman pirangnya itu berbeda dengan mereka.
"Sebelumnya, aku ingin menanyakan sesuatu." kata Sasuke. Tangannya meraih sebotol air mineral dari saku kiri ranselnya.
Ya, dan sebelumnya, Sasuke meneguk cairan bening itu terlebih dahulu.
"Kalian mengenal si dobe itu, bukan?" cecair bening itu di cecap mesra berhasil membasahi bibir tipis si Uchiha muda.
"Katakan saja apa yang kamu tahu. Jangan berbelit, Uchiha!" yang ini suara cempreng si Inuzuka. Dia tidak mau berteka-teki rupanya.
Shikamaru hanya menonton saja. Lalu menunggu adegan selanjutnya.
"Mengenai preferensinya." Sasuke mengoceh lagi, "orientasi...seks-nya."
Entah itu pertanyaan atau hanya perkataan iseng dari Sasuke. Tapi pernyataannya itu berhasil menukikan sepasang alis kedua teman di depannya.
"Apa maksudmu?"
Terimakasih pada Shikamaru karena bertanya dengan nada biasa saja. Maka Sasuke akan menjawabnya dengan benar.
"Dia gay."
"..."
"..."
"Homoseksual."
Mengira kedua temannya itu akan muntah di tempat atau meringis jijik saat mendengarnya, barusan itu Sasuke berkata dengan suara pelan.
Hening.
"Laki-laki yang menyukai laki-laki lain."
"Tak perlu kamu jelaskan, Sasuke. Aku sudah tahu apa artinya." Shikamaru melintas cepat. Kiba masih mematung saja.
"Yang aku tidak tahu, kenapa kamu memberi tahu tentang hal itu pada kami." Shikamaru melanjutkan.
"Memangnya, masih ada yang begitu?" Kiba belum sadar dari syoknya.
Sasuke memandang bergantian Kiba dan Shikamaru, lalu menghela nafas panjang.
"Kalian saja yang terlalu naif." katanya. "Naruto itu gay, aku tahu karena sering mengantarnya ke sebuah tempat."
"Huh?"
Berdecak sekali, lalu Sasuke berjalan meninggalkan kedua temannya itu tanpa jawaban pasti. Kali ini lebih cepat, akan Sasuke buat mereka berlari mengejarnya.
Terkabul. Shika dan Kiba berlari mengikuti, lalu menyamakan langkah saat tiba di samping Sasuke. Langkah yang lebar dan cepat. Sulit di imbangi.
"Lalu?" suara Shikamaru di distraksi derum motor dan mobil yang melaju cepat. Tiba-tiba Sasuke berbelok memasuki gang kecil pas motor saja.
Berbelok ke kiri satu kali, lalu total berhenti tepat di depan sebuah bangunan tak terurus yang berdiri kokoh dengan cat yang mulai memudar.
"Tempat apa ini?" Kiba menyembunyikan setengah tubuhnya di balik punggung Shikamaru.
Sasuke tidak menjawab. Dia sedang memikirkan sesuatu.
"Bagaimana caranya kita masuk?" yang ini pertanyaan agak lebih berbobot dari Shikamaru. Rupannya tidak percuma sekolah mengakui si Nara ini sebagai presiden sekolah.
"Itu yang kupikirkan," Sasuke mengusap dagunya, menyelidik setiap sudut bangunan itu.
Jika saja Kiba sedikit jeli di pengelihatannya, dia akan menemukan lambang medis untuk laki-laki di permukaan pintu besinya. Walau agak memburam dan sebagian cat-nya mengelupas.
Jangan abaikan pula coretan abstrak di salah satu bagian dindingnya, yang di tulis memakai piloks. Salah satunya ada yang bertuliskan Bar. Jika di satukan, Gay Bar yang di tangkap oleh Shikamaru dalam waktu beberapa detik.
Belum dapat ide bagaimana cara masuk kedalam gedung, gay bar itu. Mereka di kejutkan suara seseorang dari belakang mereka.
"Kenapa tidak masuk?"
Kiba yang pertama menoleh, sikap was-was dan antisipasi berlebih membuat orang yang baru datang mengernyit heran.
Sasuke berbalik menghadap pada seorang lelaki dewasa di depannya. Rasa-rasanya dia pernah melihat pria ini saat dia mengantar Naruto ke tempat ini. Walau sudah beberapa minggu lalu, tapi seakan masih segar dalam ingatannya.
"Ah, permisi, maaf," tak urung bukan hanya Kiba saja yang nervous datang ke tempat seperti ini untuk pertama kalinya, Shikamaru juga. Sejak kapan dia mulai memboros kata-kata seperti barusan.
Akhirnya Sasuke berdeham, mengalihkan perhatian si lelaki dewasa dengan suaranya.
"Sepertinya aku pernah melihatmu," memang tidak bernada interogasi akut seperti polisi menanyai penjahat, tapi Sasuke mungkin lelah hingga suaranya terdengar lebih kaku.
"Kau kenal seseorang bernama Naruto?" Sasuke bertanya formal, "aku pernah mengantarnya kemari,"
Sangat berharap jawaban positif yang akan mereka dengar, walau jelas terlihat si lelaki dewasa itu seperti enggan untuk berkata-kata.
"Pergilah. Bukan tempat kalian disini." pria bertato Ai di dahinya itu mengusir cepat.
Saat Kiba ingin melanjutkan interogasinya, Shikamaru menarik tangannya. Lalu Sasuke mengawali berjalan meninggalkan tempat itu.
Sedikit tak terima Kiba menyempatkan menoleh sejenak ke belakang hanya untuk mendapati pria itu masih berdiri disana sambil menyilangkan tangannya angkuh.
Shikamaru harus ekstra sabar menggeret temannya itu menjauh dari sana.
"Jangan gunakan insting anjingmu di sini." kata Shikamaru.
"Lalu apa. Rusa pemalas." Kiba menarik tangannya, tidak mau di pegang lama-lama oleh teman sesama lelaki.
"Ular." celatuk Shikamaru yang diam-diam menunjuk punggung Sasuke yang kini bergerak memutari gedung, masih belum menyerah mencari cara agar dapat masuk tempat itu.
Sebelum menuju alamat yang dia hapal dari secarik kertas pemberian Karin, pemuda raven itu ingin memastikan sesuatu dulu di tempat ini.
"Kemari." Sasuke melambai melalui bahunya. Kiba dan Shikamaru mengendap mengikuti Sasuke.
Pintu lain menuju gay bar terpampang suram di depan mereka.
Bersambung,
Narto mana Narto?
Namanya juga anak hilang.
SasuNaru moment-nya belum nongol ya, jelas. Kan si Narto masih ilang, belum ketemu. Ada yang tahu dimana bang Narto?
Semoga penjelasan ABO nya tidak mengecewakan, masih ada penjelasan kok di tiap chapternya nanti..
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top