Bagian dua

"Apa kau sedang menulis surat? Wow surat cinta!"

Satu jitakan mulus mendarat di atas kepala Ryeowook yang menyebabkannya mengaduh. Kyuhyun-lah pelakunya. Saat ini sedang istirahat, dan dia memilih tetap berada di dalam kelas. Melanjutkan menulis surat balasan untuk Donghae.

"Kalau itu bukan surat cinta, lalu apa?" tanya Ryeowook. "Sedikit konvensional, tapi kau romantis."

Kali ini Ryeowook berhasil menghindari tangan Kyuhyun yang teracung. Sudah barang tentu akan kembali mendaratkan jitakan di atas kepalanya. Tak ingin mendapatkan hal yang serupa karena telah menggoda temannya ini, Ryeowook pun mundur beberapa langkah.

"Pergilah. Kau hanya menggangguku." Kyuhyun menatap tajam pada Ryeowook yang hanya membalasnya dengan sebuah cengiran.

"Aku akan menemanimu di sini," ucap Ryeowook yang menfokuskan matanya pada kertas di hadapan Kyuhyun. Sungguh dia penasaran dengan apa yang ditulis temannya ini.

Kyuhyun mendesah. "Wookie, kumohon."

Cengiran di wajah Ryeowook pun berangsur hilang. Dia menghela. Dan menyadari kalau Kyuhyun serius dengan ucapannya. Kehadirannya di tempat ini tidaklah diharapkan, hanya dianggap sebagai pengganggu.

"Kyu, kita berdua sudah berteman sejak lama. Apakah kau masih tidak memercayaiku? Kapan kau mau membagi suka dan dukamu?"

Tak ada yang jawaban yang Ryeowook dapatkan. Dia kembali menghela. Kemudian mulai berjalan menuju pintu ke luar kelas. Namun, di ambang pintu langkah kakinya terhenti. Ryeowook menoleh ke arah Kyuhyun yang kembali menekuni kertas di hadapannya.

"Setidaknya kau menemukan orang yang mengerti dirimu, Kyu." Ryeowook pun melanjutkan langkahnya ke luar dari kelas.

Sepeninggal Ryeowook, yang Kyuhyun lakukan hanya duduk diam menatap secarik kertas di depannya. Ada banyak kata-kata yang ingin dia tuliskan, tetapi tangannya terasa berat. Kyuhyun pun meletakkan kembali pulpen yang sudah dipegangnya. Kemudian menarik napas dalam-dalam.

Tangan kanan Kyuhyun merogoh ke dalam saku celana, mengambil poselnya. Dia membuka akun sosial medianya. Kemudian menelusuri pencarian—mencari akun sosial media Donghae. Kyuhyun mengembuskan napas perlahan. Tidak ada unggahan terbaru dari temannya itu. Dia pun mengetikan sebuah pesan untuknya. Meski Kyuhyun tidak tahu kapan pesan tersebut akan dibaca Donghae.

Sejujurnya, Kyuhyun ingin segera pergi ke Jeju. Namun, ujiannya tinggal 3 hari lagi. tidak mungkin dia meninggalkan ujian ini. Kyuhyun harus sedikit bersabar karenanya. Rasa penasaran yang kian menumpuk, akan hilang saat dia bertemu dengan sosok sahabat penanya ini. Jemari tangan kanannya kembali meraih pulsen dan mulai menggoreskan di atas kertas.

Tak ada teman yang mengerti aku. Dan aku tak ingin dimengerti juga. Tapi ... kadang dalam sendiri aku merindukan kehangatan kasih sayang sebuah keluarga. Aku rindu masa kecilku. Apa masa kecilmu menyenangkan?

Ada satu cerita yang ingin kubagi denganmu, Hae. Ini mungkin terdengar menggelikan atau malah kau akan mengasihaniku kala itu terjadi.

Kyuhyun pun mulai menuliskan kejadian di masa kecilnya dulu. Ketika dia dan keluarganya berlibur ke Jeju. Waktu itu Kyuhyun berumur 5 tahun. Ada satu kenangan yang tidak akan pernah dia lupakan. Tatkala Kyuhyun terpeleset dan masuk ke dalam sebuah selokan yang berada di pinnggir jalan.

Saat itu, Kyuhyun menangis dan menggigil kedinginan. Kakaknya, Siwon, tidak bisa menolongnya karena selokan itu cukup dalam. Dia hanya bisa meminta bantuan pada orang yang lewat. Kedua orang tuanya sendiri sedang sibuk berbelanja. Kyuhyun kecil sangat aktif. Dia senang berlari ke sana ke sini. Dan kejadian ini juga akibat dari tingkahnya sendiri. Kyuhyun dan Siwon asyik berkejar-kejaran hingga kaki kyuhyun terpeleset dan tubuhnya tercebur ke dalam selokan.

Satu senyuman terlukis di bibir Kyuhyun. Kejadian ini terasa lucu baginya. Dan dia menceritakan kembali pada Donghae. Orang yang bahkan belum pernah dia temui sekali pun. Padahal Kyuhyun paling tidak suka berbagi cerita kehidupannya dengan orang lain. Namun, pada Donghae, dia menemukan sebuah arti teman.

Teman yang sangat ingin Kyuhyun temui.

Aku berjanji akan segera menemuimu. Akan aku bawakan sundae* terenak di sini. Kau pernah mengatakan kalau suka sekali memakan itu saat sedang menonton TV. Atau aku bawakan tteokbokkie* yang terkenal di Myeongdong?

Kalimat yang Kyuhyun tulis hanya sampai di situ, karena suara bel tanda masuk telah berbunyi. Dia pun memasukkan kertas tersebut ke dalam buku, lalu menyimpannya ke dalam tas.

"Kyu, hari ini kau tidak akan bolos kelas tambahan, kan?" tanya Ryeowook ketika dia sudah duduk di sampaing Kyuhyun.

"Tidak," jawab Kyuhyun singkat.

Menyadari lawan bicaranya tak ingin melanjutkan pembicaraan, Ryeowook pun mengatupkan mulut. Padahal ingin sekali dia bertanya tentang apa yang Kyuhyun lakukan tadi. Untuk siapa dia menulis surat? Mungkin terdengar seperti ingin mencampuri kehidupan temannya ini, tetapi sungguh Ryeowook hanya ingin hubungan pertemannya dengan Kyuhyun kembali seperti dulu. Kala mereka berada di sekolah dasar.

"Kyu—"

"Bisakah kau diam sebentar? Aku tidak ingin mendapat hukuman karena ketahuan mengobrol di kelas."

Ryeowook merutuki dirinya yang kembali membuka mulut, dan menyapa Kyuhyun. Ucapan datar dari teman sebangkunya ini cukup membuat Ryeowook menekuk wajah karena merasa sedih. Namun akhirnya dia kembali menatap ke depan. Mulai memperhatikan guru yang sedang mengajar.

Jarum jam terus berputar hingga sampai di angka 10 malam. Kelas baru saja usai, dan Kyuhyun masih harus mengambil kelas tambahan selama 70 menit. Dia hanya mengambil satu kali saja. Rasanya ini sudah cukup.

"Akhirnya, kau ikut kelas tambahan juga." Ryeowook menepuk punggung Kyuhyun sembari memamerkan senyum terbaiknya.

Kyuhyun mendelik. Memangnya sejak kapan dia tidak mengambil kelas tambahan? Kalau hanya bolos sekali saja mungkin tak mengapa. Itu juga karena dia merasa terlalu lelah, sehingga tidak mempunyai tenaga untuk berpikir lagi.

Mereka bedua pun—Kyuhyun dan Ryeowook mulai memasuki ruang kelas tambahan. Di sana murid-murid yang lain sudah menunggu. Setelah itu kelas pun segera dimulai.

Setelah kelas tambahan selesai, Kyuhyun pun segera pulang. Rasa lelah, kantuk, dan tidak sabar untuk kembali menulis surat pun bercampur aduk. Langkah kakinya yang lebar dan cepat membuat Ryeowook setengah berteriak protes padanya.

"Yak! Tunggu aku." Ryeowook berlari mengejar Kyuhyun. "Kita pulang bersama. Hari ini aku dijemput."

"Baiklah." Sebuah kalimat singkat yang keluar dari bibir Kyuhyun sebagai jawaban atas ucapan Ryeowook.

Akhirnya, Kyuhyun pun masuk ke dalam mobil Ryeowook ketika mereka berdua sudah di parkiran. ini cukup membuat Kyuhyun mengatakan kalimat terima kasih untuk teman sebangkunya. Setidaknya malam ini dia tidak perlu berjalan menuju stasiun subway terdekat untuk pulang ke rumah. Jauh di dalam hatinya, Kyuhyun merasa beruntung memiliki teman seperti Ryeowook. Namun, dia terlalu enggan untuk menyatakannya.

***

"Akhirnya ...." Kyuhyun menatap sebuah tiket pesawat yang berada di atas meja belajarnya.

Ya, hal yang paling Kyuhyun nanti telah tiba. Besok dia akan berangkat ke Jeju untuk menemui Donaghae. Tiket pesawat pada penerbangan pertama pun sudah didapat, keperluan selama di sana pun telah diurus. Kyuhyun hanya tinggal berangkat ke sana.

Ujian telah selesai dan libur setelah ujian pun telah dimulai.

"Tiket apa ini?" Tanpa terduga, Siwon mengambil tiket tersebut. Tentu saja kehadirannya yang tiba-tiba membuat Kyuhyun kaget.

"Kembalikan!" Kyuhyun berdiri dan meminta kembali tiket pesawat yang ada di tangan Siwon.

"Kau mau pergi ke Jeju?"tanya Siwon. Dia masih memegang tiket pesawat milik Kyuhyun.

"Bukan urusanmu."

Kyuhyun menyambar tiket pesawat tersebut dari tangan kakaknya. Namun, apa yang terjadi? Tiket tersebut sobek menjadi dua. Mulut Kyuhyun menganga. Kemudian, dia meremas potongan tiket yang berada di tangannya.

"Kenapa kau selalu ingin ikut campur?" Dada Kyuhyun turun naik. Rahangnya mulai mengeras. Kepalan tangannya pun kian kuat.

"Tidak bisakah kau bicara lebih sopan padaku? Aku ini kakakmu!" Siwon menekankan suaranya di akhir kalimat.

Kyuhyun mendesis, "Kakak? Sejak kapan kau mengakuiku sebagai adik? Bukankah selama ini kau hanya mengaggapku sebagai batu sandungan, Hyung*?" Dia menjeda. "Ah, kau pasti senang karena aku memanggilmu dengan sebutan Hyung. (*Kakak laki-laki yang diucapkan saudara laki-laki)

Siwon menatap Kyuhyun dengan tajam. Kemudian dia melamparkan potongan tiket yang berada di tangannya tepat ke wajah Kyuhyun. Lantas berbalik menuju pintu keluar kamar. Dia tidak ingin bertengkar dengan adiknya ini.

"Kau selalu saja menghindariku. Apa sekarang kau puas dengan apa yang telah kau dapatkan?!"

Kalimat Kyuhyun ini telah berhasil membuat Siwon menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu. Sejenak Siwon hanya berdiri mematung. Sampai akhirnya dia kembali berbalik ke arah Kyuhyun.

"Kyu, apa kau masih menyalahkanku atas meninggalnya appa*?" lirih Siwon. "Semua itu di luar kehendakku. Tidak tahukah kau? Betapa aku merasa berslah smpai hari ini." Suara Siwon melemah di akhir kalimat. (*Ayah)

"Jika kau menurutinya, appa mungkin masih hidup. Dan eomma tidak akan pernah menjadi seperti ini. Kau pasti tahu apa maksudku. Bahkan lebih paham dariku." Kyuhyun menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menundukkan kepala. Menyembunyikan bendungan di matanya yang hampir saja runtuh.

Hati Siwon seakan tercabik melihat Kyuhyun yang seperti itu. Ada setetes cairan bening yang lolos dari ujung matanya. Dengan cepat Siwon pun menghapusnya. Dia tidak ingin terlihat lemah, meski jauh di dasar hati terdalamnya teramat hancur. Kenangan masa lalu itu seakan menghantui malam-malamnya. Hampir setiap malam Siwon bermimpi buruk.

"Aku minta maaf. Semua memang salahku. Andai waktu bisa diputar kembali, pasti ini tidak akan terjadi. Maafkan aku ...."

Ingin rasanya Siwon merengkuh tubuh Kyuhyun. Dia tahu kalau saat ini Kyuhyun sedang menangis dalam diam. Dia tahu pula apa yang tengah dirasakan adiknya. Siwon ingin seperti dulu. Kakak sekaligus teman bagi adiknya. Dia rindu Kyuhyun yang tertawa gembira. Kyuhyun yang senang bercanda. Bukan sosok penyendiri dan sulit untuk didekati.

Sejenak suasana kamar ini menjadi hening. Hanya terdengar suara detak jarum jam yang tergantung di dinding kamar. Kyuhyun masih menunduk, sedangkan Siwon tak beranjak dari tempatnya. Sampai satu suara mobil terdengar berhenti di halaman.

Satu helaaan napas terdengar. Siwon menoleh ke arah jam dinding. Sudah pukul 11 malam. Dan ibunya baru saja pulang. Dia pun segera melangkah ke luar kamar Kyuhyun. Melirik sebentar pada sang pemilik kamar, kemudian melangkah kembali.

"Eomma. Pria mana lagi yang mengantarmu kali ini?" Siwon menatap ibunya yang baru saja menutup pintu rumah.

"Aku tidak ingin berdebat. Ini sudah larut malam." Ibunya mengabaikan Siwon. Dia melangkah menuju kamar tidurnya yang berada di lantai atas.

"Apa Eomma tidak tahu kalau kami ini sudah bosan dengan gunjingan orang lain?" ucapan Siwon telah berhasil membuat ibunya berbalik kembali ke arahnya.

"Cukup! Aku seperti ini demi kalian berdua. Satu hal yang perlu kau tahu, ibumu ini masih punya harga diri." Ibunya menatap Siwon dengan tatapan kecewa, kemudian setengah berlari menaiki tangga menuju lantai atas. Menuju kamar tidurnya.

Namun, langkah perempuan berusia empat puluhan ini terhenti, ketika matanya melihat sosok anak bungsunya yang berdiri tegak di ujung tangga.

"Kyu, kau belum tidut?" tanya ibunya dengan suara lemnbut.

"Eomma, apa kau harus pulang selarut ini setiap malam?" Kyuhyun malah balik bertanya.

Ibunya memejamkan mata, kemudian menghela napas dalam. "Aku capek. Kita sudah sangat sering membicarakan ini. Tidak perlu dibahas lagi."

Dengan cepat, ibunya kembali melangkah menaiki anak tangga. Dia menghiraukan kedua anaknya yang sedang menatapnya dengan tetapan berbeda. Malam ini dia tidak ingin bertengkar. Tubuhnya sudah cukup lelah.

"Eomma, kapan kau punya waktu untukku? Apa kau tidak jengah dengan kata-kata semua orang tentangmu?" pekik Kyuhyun yang tidak mendapat gubrisan dari ibunya.

Akhirnya Kyuhyun pun berjalan menuju kamarnya dengan langkah gontai. Malam ini mungkin akan terasa panjang baginya. Malam yang mungkin akan Kyuhyun lewati di atas balkon kamar dengan memandang bintang di langit.

Dan itulah yang kini Kyuhyun lakukan. Duduk terpekur dengan kedua kaki ditekuk. Matanya basah dan mulai sembab. Hanya di balkon inilah Kyuhyun menemukan kedamaian. Memandang bintang yang berkerlap-kerlip di langit. Membiarkan embusan angin malam menerpa wajahnya. Dingin. Namun, begitu tenang.

"Donghae, apa kau tahu rasanya terabaikan? Sendiri, sakit hati, kecewa, dan mulai kehilangan arti hidup?" Kyuhyun bergumam sembari menatap bintang. "Kapan kau akan membalas suratku lagi? Kau tahu, tulisan tanganmu itu sangat jelek. Kadang kau salah menuliskan huruf. Jika aku seorang guru bahasa, kau pasti sudah kuberi nilai E."

Gumaman dan gumaman terus keluar dari mulut Kyuhyun. Seolah-olah dia sedang berbicara dengan Donghae. Kyuhyun pun menuliskan sebuah status di akun sosial medianya.

Jika bintang bisa berkumpul dengan bintang lagi, membuat sebuah gugusan yang terlihat indah memesona. Apa aku pun bisa menemukan kembali arti dari sebuah keluarga?    

Tbc

Last Letter © 2019, pureagiest
All right reserved | 8 Januari 2019

Tinggal satu chapter lagi. Semoga besok bisa selesai.

Tengkyu buat yang sudah mampir dan ngasih review.

Love u all ❤

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top