LIMA-LAQUETA

Lima

"Lo serius? Ini bukan akal-akalan lo aja kan?" tanya Aliza.

Meesam menghela nafas pelan, untuk apa ia membuat alasan seperti itu. Laqueta memang menangis karena teman-teman Meesam ini.

"Gue serius, Laqueta nangis gara-gara kalian, dia pikir kalau kehadiran dia membuat kalian tidak nyaman," jelas Meesam lagi.

Aliza hanya diam, memikirkan ucapan Meesam dengan serius. Atas dasar apa Laqueta berpikir seperti itu?

"Laqueta sering berpikiran buruk tentang dirinya sendiri?" Pertanyaan ini datang dari Dairah, seperti yang diceritakan Meesam tadi, ia menyimpulkan bahwa Laqueta suka berpikiran buruk tentang dirinya sendiri.

"Gue nggak tau pasti, tapi kayaknya begitu," jawab Meesam pelan.

"Gue nggak percaya, bisa aja ini tuh cuma akal-akalan Meesam aja. Dia ngasih alasan palsu, padahal dia yang udah buat Laqueta nangis," tutur Aliza. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Meesam tadi.

"Gue nggak bohong," tekan Meesam, lelah juga kalau memiliki teman seperti Aliza, orang yang selalu curigaan.

"Bisa aja itu benar, Liz." Bara menggenggam tangan istrinya untuk menenangkannya, kalau tidak sudah pasti Aliza akan menyerang Meesam.

"Kalau lo memang temannya Laqueta, seharusnya lo tau gimana sifatnya," ujar Meesam pelan, takut kalau Aliza terbawa emosi. Bukannya Meesam takut pada Aliza, tetapi Aliza itu adalah sahabatnya ditambah lagi suaminya itu juga sahabat Meesam, tidak mungkin bagi dia untuk melawan wanita itu.

"Lo pikir Laqueta mau cerita sama gue?" tanya Aliza kesal. Tanpa sadar Meesam tertawa, itu memang benar, Aliza adalah teman yang tidak dianggap oleh Laqueta.

"Kasian," cibir Dairah.

"Diem lo!" bentak Aliza, entah mengapa Aliza dan Dairah jarang sekali akur tetapi menjadi sahabat.

"Malah ribut, jadi ini gimana? Bantuin Meesam," ucap Khansa mengalihkan topik pembicaraan, kalau tidak begitu maka perdebatan Aliza dan Dairah tidak akan ada habisnya.

"Udah terlanjur gini, deketin aja lah," ucap Aliza santai, seolah melupakan perselisihannya barusan.

Meesam tersentak, mudah sekali Aliza mengatakan itu, apa dia tidak memikirkan bagaimana Meesam menghadapi Laqueta nanti? Bagaimana kalau Meesam ditolak ... lagi?

"Udah deh, gue nggak mau buat Laqueta nggak nyaman. Biarin aja lah," balas Meesam, karena ia tau kalau Aliza sudah menginginkan sesuatu pasti teman-temannya yang lain juga akan ikut bersekongkol dan membuat hidupnya menjadi lebih ribet.

"Nggak bisa, lo suka sama Laqueta, jadi perasaan lo itu harus diperjuangkan," tutur Khansa. Lihat, pikiran mereka sudah sama.

"Betul, lagian kami itu kasihan sama lo. Lihat, di sini cuma lo yang sendirian." Teman-temannya tertawa mendengar ucapan Aliza, menertawakan Meesam yang tidak pernah memiliki pasangan di saat mereka berkumpul seperti ini.

"Berhenti ngeledek gue," desis Meesam kesal.

"Mau taruhan? Gue pasti berhasil bikin Laqueta jadi milik lo." Bara menatap istrinya dengan pandangan bingung, apa lagi yang akan direncanaka istrinya ini?

"Aliza, jangan ngelakuin hal yang nggak disukai sama Laqueta. Udah cukup kalian buat Laqueta nggak nyaman kemarin," ucap Meesam mencegah Aliza melakukan sesuatu yang tidak baik. Ya, tidak baik bagi Meesam.

Aliza berdecak sedangkan Dairah dan Khansa menggelengkan kepalanya, Meesam bersyukur karena temannya yang memiliki sifat lancang hanyalah Aliza, bagaimana jika semua temannya bersikap seperti Aliza? Bisa-bisa Meesam terkena serangan terus-menerus.

"Kami bikin Laqueta nggak nyaman? Justru kami ngasih kalian kesempatan, seharusnya lo memanfaatkan kesempatan itu dengan baik, bukannya malah bikin Laqueta nangis," cerca Aliza. Memang yang sering mendebat Meesam adalah Aliza, sepertinya gadis itu masih menaruh dendam pada Meesam.

"Gue nggak bikin Laqueta nangis, justru gue nenangin dia," balas Meesam tidak terima, enak saja Aliza menuduhnya, padahal sudah jelas kalau Laqueta nangis bukan karena dirinya.

Dino tergelak, merasa lucu dengan ucapan Meesam.

"Lo nenangin Laqueta? Are you serious?" Dino kembali tergelak diikuti teman-temannya yang lain, tentu saja tawa yang paling besar berasal dari Aliza.

"Berhenti ngeledek gue," tekan Meesam, telinganya sudah panas mendengar tawa dari teman-temannya yang jahat ini, seenaknya saja mereka menertawakan Meesam.

"Santai man," ucap Hans. "Lagipula lo memang pantas diejek," lanjutnya kemudian teman-teman Meesam itu kembali tertawa, bahagia sekali mereka melihat Meesam ternistakan.

Meesam tidak mempermasalahkan ejekan dari teman-temannya ini, karena Meesam tau kalau mereka peduli padanya. Ejekan yang dilontarkan hanyalah sebuah hiburan agar Meesam tidak terlalu memikirkan sikap Laqueta.

Tawa keenam temannya sudah berhenti, pasti mereka sudah merasa puas, terlihat dari raut wajahnya.

"Puas?"

"Kurang! Gue nggak akan puas sebelum lo sama Laqueta menikah." Meesam langsung menegakkan tubuhnya yang sebelumnya bersandar di sofa, Hans tersedak ketika sedang meneguk minumannya. Yang lain hanya melotot tak percaya.

"What? Menikah?" tanya Meesam tak percaya, apa yang akan Aliza lakukan agar Laqueta mau menikah dengannya? Awas saja jika Aliza mengancam Laqueta, Meesam tidak akan diam.

"Yup, gue pastiin kalian nikah sebelum Dairah dan Dino," ucap Aliza mantap, tidak ada ragu dalam ucapannya, seolah-olah hal itu memang akan terjadi.

"Dairah sama Dino menikah akhir tahun ini, kamu yakin?" tanya Bara, berharap Aliza berubah pikiran. Karena Bara tau, jika istrinya ini menginginkan sesuatu, dia pasti akan memperjuangkannya, dengan cara apapun.

"Yakin," jawab Aliza, mukanya serius menandakan ia sudah bertekat.

Meesam ingin menghentikan Aliza, tetapi hatinya tidak membiarkan hal itu, di hati Meesam ada sedikit harapan untuk menikah dengan Laqueta.

"Kalau hal itu nggak terjadi?" tanya Dairah remeh, padahal mereka sudah yakin kalau Meesam adalah orang yang paling terakhir menikah di antara mereka, jika Meesam lebih dulu menikah, berarti Dairah yang terakhir?

"Apapun yang lo inginkan," jawab Aliza cuek.

"Aliza," tegur Bara. Karena meskipun mereka berteman, Dairah tidak akan memakai hati jika membuat keinginan, tentu keinginan Dairah nanti akan merepotkan Aliza, dan jika Aliza repot maka Bara pasti juga ikutan repot. Huh.

"Kamu tenang aja deh," ucap Aliza tak suka, suaminya ini seolah-olah tidak mendukungnya. Suami macam apa ini?

Bara tidak merespon ucapan Aliza, karena jika dirinya membalas istrinya maka istrinya juga akan membalasnya lagi, dan hal itu akan terus terjadi, tidak akan ada yang mengalah. Jadi, untuk menghindari pertengkaran, lebih baik mengalah.

"Oke." Dairah sudah setuju.

Aliza tersenyum licik sebelum kembali bicara.

"Kalian berenam, gue sendirian. Jadi, kalau gue berhasil, kalian semua harus nurutin permintaan gue," tutur Aliza, dia merasa senang dengan hal ini.

Hans menggeleng, ternyata dia juga terjebak.

"Deal?" tanya Aliza karena tidak ada yang menjawab.

"Deal!" Meesam menjawab lebih dulu.

"Kalian?"

"Deal." Semuanya menjawab serentak.

"Oke, awas aja kalau kalian ingkar, karena gue udah ngerekam percakapan ini." Aliza langsung tertawa setelah mengucapkan kalimat tersebut.

Bara menatap istrinya dengan pandangan tidak percaya. Luar biasa. Aliza membuat bukti.

Untuk pertama kalinya, tidak ada yang setuju dengan pikiran Aliza, tetapi ini menjadi menarik untuk Aliza.

🦋🦋🦋

9 Januari 2021

Revisi: Minggu, 9 Juli 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top