ENAM-LAQUETA
Enam
Lagi-lagi Laqueta hanya bisa menahan kekesalannya karena kedatangan Aliza, Laqueta memang menganggap Aliza sebagai teman, tetapi apa perlu sampai seperti ini? Laqueta tidak suka didatangi terus-menerus. Kalau tau begini, lebih baik Laqueta tidak ikut liburan ini.
"Yaudah, ayo!" desak Aliza. Temannya itu meminta Laqueta untuk ikut dengannya, katanya dia ingin pergi berenang, lalu kenapa harus mengajak Laqueta? Padahal Aliza memiliki Dairah dan juga Khansa.
"Gue nggak bisa berenang, Liz," ucap Laqueta, mencoba membuat Aliza mengerti.
"Gue ajarin, lo tenang aja. Cepat siap-siap!" Aliza sangat keras kepala, tidak peduli dengan penolakan Laqueta. Yang jelas, keinginannya harus terpenuhi.
"Nggak mau," tolak Laqueta untuk kesekian kalinya.
"Oh gitu, oke fine. Gue di sini aja, nggak akan pergi dari kamar lo sampai kita semua pulang." Laqueta mengumpat pelan, Aliza benar-benar membuatnya emosi.
"Oke!" balas Laqueta setengah membentak, tetapi Aliza tetaplah orang yang tidak peduli dengan bentakan, yang terpenting keinginannya tercapai.
"Mau ganti baju atau enggak? Udah kelamaan nih," ucap Aliza tanpa memikirkan respon yang diberikan Laqueta.
Tanpa menjawab pertanyaan Aliza, Laqueta mengambil jaketnya yang terletak di tempat tidur dan langsung memakainya, tidak peduli dengan setelan, Laqueta sedang sangat kesal.
"Ayo!" ajak Aliza, Laqueta merengut sambil mengikuti temannya itu. Setelah ini Laqueta tidak akan membuka pintu jika Aliza yang mencarinya. Tidak akan.
Setelah keluar dari kamar dan mengunci pintu, Laqueta berjalan dengan sangat pelan, tidak peduli dengan Aliza yang sudah berada cukup jauh darinya. Kalau bisa Laqueta ingin kehilangan jejaknya saja.
Aliza bukannya tidak tau apa yang dilakukan Laqueta. Aliza memang sengaja, ia ingin menghubungi Meesam sehingga Laqueta harus sedikit berjarak dengannya.
Aliza mengeluarkan ponselnya diam-diam agar tidak dilihat Laqueta, lalu menghubungi Meesam.
"Hallo?" Suara Meesam tersebut menandakan sambungannya sudah terhubung.
"Gue lagi sama Laqueta, mau ngajak dia berenang, tapi Laqueta nggak bisa berenang. Lo tau gue, kan? Jadi mau nyusul ke sini atau enggak?" Setelah mengucapkan itu Aliza memutuskan sambungan telepon dan berbalik untuk menatap Laqueta.
"Ayo, cepet! Lo jalannya lama banget." Laqueta mendengus lalu mempercepat jalannya.
🦋🦋🦋
Meesam tidak menyangka jika liburan yang disiapkannya ini akan menjadi liburan yang buruk, apalagi jika bukan karena ulah Aliza? Bisa-bisanya dia mengancam Meesam melalui Laqueta.
Meesam yang semula duduk santai di tempat tidurnya langsung bangkit dan keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. Bahkan Meesam tidak mengunci pintu kamarnya. Sekarang Meesam sadar, ini pasti ulah Aliza agar temannya itu bisa memenangkan tantangannya sendiri.
"Lo mau kemana?" Pertanyaan dari Bara tidak dihiraukan Meesam, ia masih terus berlari agar sampai lebih dulu daripada Aliza dan Laqueta.
Sejenak Meesam menyesal karena mengabaikan Bara, padahal Bara bisa membujuk istrinya itu agar tidak macam-macam kepada Laqueta.
"Aliza!" teriak Meesam ketika sudah berada di tepi pantai, untung saja dia tepat waktu. Aliza belum memaksa Laqueta untuk berenang.
"Oh, hai" balas Aliza seraya melambaikan tangannya membuat Meesam mendengus melihat itu.
"Lo di sini? Ngapain?" Jika saja Aliza bukan temannya maka sudah pasti Meesam akan melemparnya ke laut. Tapi sayang, Aliza temannya sekaligus istri sahabatnya.
"Gue nyari lo," jawab Meesam jujur, Aliza mengangkat alisnya dengan senyum meledek.
"Maksudnya Bara yang nyari lo," lanjut Meesam, gawat jika Aliza menanyakan alasannya di depan Laqueta. Aliza benar-benar ratu drama.
"Ah, masa sih? Tadi gue udah bilang kalau mau berenang. Bohong aja," bantah Aliza seakan tidak tau apa-apa. Padahal sudah jelas alasan Meesam mencarinya untuk apa, Aliza hanya ingin melihat Meesam menjadi konyol karena itu menghiburnya.
Meesam gelagapan, dilihatnya Laqueta yang juga sedang menatapnya dengan raut wajah bingung. Keningnya berkerut membuat Meesam ingin mengusapnya.
"Mana gue tau, tanya aja sama suami lo sendiri," balas Meesam ketus. Sebenarnya Meesam gugup karena ditatap oleh Laqueta, dan Aliza yang bertanggungjawab untuk hal ini.
"Oh, oke. Tapi kalau gue pergi, Laqueta sama siapa? Masa gue tinggalin sendiri," tanya Aliza pelan dan Meesam yakin kalau itu hanya pura-pura. Sekali lagi, Aliza ini ratu drama.
"Gue bisa langsung ke kamar, nggak apa-apa kok, lo bisa nemuin suami lo," celutuk Laqueta dengan semangat, ini kesempatan bagus.
Aliza seolah berpikir dengan mengerutkan keningnya lalu menatap Laqueta dan Meesam bergantian.
"Nggak bisa gitu dong, mana mungkin gue lepas tanggungjawab gitu aja. Gini aja deh, lo sama Meesam aja nggak apa-apa kan?" Sudah Meesam duga jika Aliza akan mengatakan ini.
"Lo nggak ada acara apa-apa, kan?" tanya Aliza pada Meesam yang hanya diam.
"Ya." Hanya itu yang bisa Meesam katakan. Memiliki waktu dengan Laqueta? Tentu saja Meesam menginginkan hal itu, tapi bagaimana pendapat Laqueta?
"Nah, udah, ya. Gue pergi dulu, kalian mau kemana terserah aja sih, tapi jangan jauh-jauh," perintah Aliza, Meesam mengangguk tetapi Laqueta siap melayangkan penolakan.
"Lo jangan ke kamar, ya! Gue pasti akan nemuin lo lagi," potong Aliza ketika Laqueta sudah akan membuka mulutnya.
"Bye." Tidak ada yang membalas lambaian tangan Aliza, membiarkan wanita sesukanya saja.
Perlahan Meesam mengarahkan pandangannya kepada Laqueta, gadis itu hanya diam menatap pohon. Tanpa sadar Meesam mendengus, apa pohon lebih menarik daripada dirinya?
Sekarang apa? Mereka harus berdiri di bawah teriknya matahari? Menunggu Aliza datang yang dapat Meesam pastikan itu tidak akan terjadi.
"Lo nggak mau duduk? Nggak capek berdiri terus?" tanya Meesam mencoba membuka obrolan, manatau Laqueta tertarik.
"Iya." Hanya itu respon yang didapatkan Meesam, lagipula selama ini memang selalu begitu, Meesam tidak pernah mendapat respon yang bagus kecuali masalah pekerjaan.
Bahkan ketika Laqueta berjalan menjauh dari pantai, Meesam mengikutinya meskipun gadis itu tidak mengajaknya sama sekali. Sudah terlanjur Meesam berada di sini, sekalian saja mendekati Laqueta seperti keinginan Aliza.
"Maaf ya, lo jadi harus di sini. Kalau lo mau pergi, nggak apa-apa kok," ucap Laqueta pelan diiringi senyum manisnya yang dapat Meesam tebak kalau senyum itu dipaksakan. Laqueta ini, kalau tidak mau senyum ya tidak usah dipaksakan.
"Gue nggak apa-apa, lagian gue nggak ada kegiatan juga," balas Meesam santai, berbanding terbalik dengan jantungnya yang berdetak sangat kencang.
"Lo mau jalan-jalan? Di sekitar sini aja," tawar Meesam. Semoga saja diterima, jika Laqueta menerima ajakan Meesam maka pria itu berjanji akan memberi hadiah kepada Aliza. Ini tidak akan terjadi jika bukan karena rencana konyolnya itu.
"Aliza gimana?" tanya Laqueta tidak enak.
"Palingan dia lagi sama Bara, biarin aja lah." Meesam sudah berpikir jika Laqueta menolaknya. Tetapi ....
"Oke."
Meesam harus memeberikan Aliza hadiah sesuai dengan janjinya tadi.
🦋🦋🦋
Senin 11 Januari 2021
Revisi: Minggu, 9 Juli 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top