EMPAT-LAQUETA
Empat
Keenam teman Meesam hanya bisa diam mendengar ucapan Laqueta, tidak membantah ataupun membenarkannya. Hanya Aliza yang tampak santai dengan memakan satu tusuk sosis. Menurut Aliza, kepergian Meesam dan pikiran buruk Laqueta tidak berarti.
Tidak beberapa lama kemudian Meesam datang membawa sebuah nampan, ternyata isinya ayam, sosis, bakso, kerang dan juga ikan yang sudah dibakar, kali ini tidak ada saus yang melengkapi.
Setelah duduk di sebelah Laqueta, Meesam meletakkan nampan itu di hadapan gadis itu. Laqueta masih diam, tidak menyangka bosnya akan melakukan ini.
"Ini, makanlah dulu," ucap Meesam. "Tidak ada saus," lanjutnya.
"Terimakasih," ucap Laqueta, sebenarnya Laqueta tidak mau makan, saus hanya sekedar alasan meskipun sebenarnya ia juga tidak menyukainya.
Laqueta mengambil satu tusuk sosis bakar kemudian memakannya dengan pelan, isi nampan itu sangat banyak dan tidak mungkin ia menghabiskan semuanya sendiri.
Aliza mengajak Bara pergi dengan alasan sudah mengantuk, padahal sebenarnya Aliza ingin meninggalkan Laqueta dengan Meesam. Tidak lama kemudian Dairah dan Dino pergi dengan alasan menemui karyawan yang lain.
Well, Meesam sudah bisa menebak isi hati teman-temannya, awas saja mereka jika membuat dirinya menjadi canggung dan semakin menjauh dari Laqueta.
Tidak ada yang menyadari raut wajah Laqueta yang berubah, untuk sesaat ia merasa senang, ia merasa dianggap. Tetapi setelah Aliza, Bara, Dairah dan Dino pergi, Laqueta menyadari satu hal. Mereka pergi karena kehadiran dirinya, teman-teman Meesam tidak menyukai keberadaan dirinya di antara mereka.
Dada Laqueta terasa sesak, ada sesuatu yang mendesak ingin keluar dari matanya, kenapa orang-orang jahat kepadanya? Memangnya apa salah Laqueta?
Meesam melirik Laqueta, ia pikir Laqueta akan canggung tetapi dugaannya salah, gadis itu terlihat sedih. Ada apa sebenarnya?
Ketika Khansa dan Hans pamit pergi, Laqueta semakin murung dan Meesam dapat melihat dengan jelas mata gadis itu berkaca-kaca. Apa Laqueta begitu tidak suka keberadaannya, sehingga menangis seperti itu? Apa Meesam seburuk itu?
"Laqueta, lo nangis?" Pertanyaan penuh perhatian membuat Laqueta tersadar, di sini masih ada orang. Meesam. Bosnya. Apa Meesam juga akan pergi? Dia juga tidak menyukai keberadaan Laqueta?
"Tidak." Setetes air mata langsung jatuh membasahi pipi putih Laqueta, Meesam tersentak dan langsung menghapus air mata itu. Meesam sangat tidak menyukai air mata yang turun dari mata orang yang disayanginya.
"Ini apa?"
"Maaf." Meesam mengernyit, maaf untuk apa? Apa karena Laqueta sudah berbohong kepada Meesam tentang ini?
"Untuk apa?" tanya Meesam dengan lembut, sepertinya Laqueta tidak menangis karena kehadirannya di sebuah gadis itu.
"Karena gue, teman-teman lo pergi, mereka pergi karena gue. Maaf," ucap Laqueta pelan, Meesam tidak mengerti, kenapa gara-gara Laqueta?
"What? Karena lo?" tanya Meesam tidak mengerti, sungguh pikiran Laqueta tidak bisa dipahami oleh orang seperti Meesam.
Laqueta mengangguk dua kali. "Biasanya kalau kalian lagi ngumpul, nggak ada yang pergi seperti tadi, kalian akan pergi bersama-sama. Tapi kali ini tidak, mereka pergi seolah-olah tidak ingin ada orang lain berada di sini. Dan orang lain itu gue," urai Laqueta. Meesam tidak percaya dengan ucapan yang baru saja didengarnya, kenapa Laqueta berpikiran buruk tentang dirinya sendiri?
"Laqueta, lihat gue. Mereka bukan pergi karena lo." Well, Meesam berbohong. Teman-temannya itu memang pergi karena kehadiran Laqueta, tetapi bukan karena tidak menyukai gadis itu, tetapi mereka ingin mendekatkan Meesam dan Laqueta.
"Bohong!" Kali ini Laqueta mengeluarkan tangisannya dengan keras, membuat Meesam panik dan tanpa sadar merengkuh badan Laqueta, mencoba menenangkan gadis itu.
Tangisan Laqueta menarik perhatian orang-orang yang berada di sekitar mereka, berbagai macam pikiran melekat di benak mereka, apa yang dilakukan bos besar sehingga gadis pendiam seperti Laqueta menangis?
"Sstt, lo nggak salah. Trust me, mereka pergi bukan karena lo." Meesam tidak tau bagaimana cara membuat Laqueta mengerti, gadis itu harus percaya bahwa Laqueta tidak bersalah sama sekali.
"Jadi karena apa?" tanya Laqueta, ketika menatap Meesam, pria itu melihat dengan jelas wajah Laqueta yang basah oleh air mata. Pipi putihnya sudah memerah begitu pun dengan hidung peseknya. Well, Laqueta memang pesek tetapi justru terkesan imut.
"Mereka mau berduaan dengan pasangannya," jawab Meesam acuh, kedua tangannya kini mengusap pipi Laqueta agar air mata itu hilang. Mereka berdua tidak sadar dengan kondisi mereka saat ini, untuk pertama kalinya mereka sedekat ini.
Laqueta terdiam, apa memang seperti itu? Ya, ini memang tempat yang bagus. Jadi, Laqueta salah paham?
Ketika Laqueta tersadar, gadis itu langsung menjauh dari Meesam membuat pria itu tersentak, Meesam kaget dengan apa yang Laqueta lakukan.
"Ma-maaf, Pak," ucap Laqueta penuh sesal, tidak seharusnya ia mengeluarkan isi hatinya di hadapan Meesam, bagaimana pun juga pria itu adalah bosnya. Apa yang harus Laqueta jelaskan nanti?
"Tidak masalah," balas Meesam.
Meesam sedikit mengerti tentang Laqueta, gadis itu selalu berpikiran negatif tentang dirinya sendiri, apa itu yang membuatnya selalu menjauh dari keramaian dan selalu menghindari orang lain?
"Laqueta," panggil Meesam pelan. Ketika Laqueta menoleh, Meesam memberikan piring yang berisi makanan yang sudah dibakarnya tadi, meminta Laqueta memakannya.
Laqueta mengambil satu tusuk sate kerang lalu memakannya, Meesam tersenyum karena Laqueta tidak menolak.
"Laqueta, lo jangan berpikir jika suatu masalah itu terjadi karena lo, pikiran lo itu tidak selalu benar. Jatuhnya lo malah su'udzon," ucap Meesam, setidaknya Meesam mencoba untuk membuat Laqueta tidak selalu berpikir buruk.
"Sikap setiap orang memang berbeda, ada yang baik dan ada juga yang buruk. Baik atau buruknya sikap mereka, bukan berarti karena lo, kan?" lanjut Meesam.
Laqueta tidak tau harus membalas ucapan Meesam dengan apa, yang dikatakan bosnya itu memang benar. Tetapi, Laqueta tidak bisa percaya semudah itu. Bagi Laqueta, tidak ada yang menyukainya, Laqueta selalu berpikir bahwa dirinya tidak pernah dianggap orang-orang. Entah itu benar atau tidak, pikiran itu sudah menjadi temannya sejak ia sekolah.
Laqueta yang pendiam dan tidak pandai bergaul membuatnya merasa terasingkan, Laqueta mengalihkan semua itu dengan membaca apa pun yang ada, mengalihkan pikiran buruknya dan juga membuat dirinya sibuk agar orang-orang tidak menganggapnya aneh.
"Laqueta, lo tidak seburuk itu. Memangnya apa yang membuat orang-orang nggak suka sama lo? Apa lo pernah berbuat salah kepada mereka? Tidak kan? Lalu kenapa mereka nggak suka sama lo?" Pertanyaan itu menampar Laqueta, ia tidak pernah berpikir seperti itu.
Laqueta selalu tidak peduli dengan alasan dibalik pikirannya itu, entah pikirannya benar atau tidak, Laqueta tidak peduli.
Bagi Laqueta, sifat pendiamnya membuat orang lain tidak menyukainya.
🦋🦋🦋
Kamis, 7 Januari 2021
Revisi: Minggu, 9 Juli 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top