Chapter 11
Rigel tampak begitu bahagia ketika Kav kembali menemuinya, bocah itu langsung menghambur kepelukan Kav. Piyi berdiri di samping Kav yang sedang berjongkok memeluk Rigel, perasaan Piyi menghangat ketika melihat ayah dan anak itu terlihat begitu akrab.
"Dia anak saya, Piy, dia...dia adalah anak saya,"
Piyi memalingkan wajahnya ketika mendengar penjelasan Kav, matanya mulai mengabur karena air mata kembali menggumpal di pelupuk matanya. Ternyata dugaannya benar. Itu adalah anak Kav dengan mantannya yang bernama Gita.
Tapi kenapa Kav tidak pernah jujur saja sebelum lelaki itu menikahi dirinya? Rasanya terlalu---
Kav meraih dagu Piyi agar perempuan itu menatapnya. "Dia anak angkat saya," kata Kav tenang membuat perkataan dalam batinnya yang sudah berburuk sangka pada Kav musnah seketika. Lalu tergantikan oleh tatapan terkejut.
What... apa katanya?
Jadi, jadi.. bocah itu hanyalah anak angkat suaminya?
Kening Piyi berkerut, bingung masih tidak mempercayai ucapan Kav. "Maksud .. kamu apa? Dia .. dia hanya anak angkatmu?" tanya Piyi memastikan kalau telinganya tidak salah mendengar.
Kav menarik tangan Piyi membawa istrinya itu untuk duduk di salah satu kursi panjang yang tersedia di rooftop, Piyi menurut saja karena ia ingin segera mendengar penjelasan Kav.
"Namanya Rigel, dia anak angkat saya yang sudah saya anggap seperti anak kandung saja sendiri," ujar Kav. Ada rasa senang dan tenang ketika ia mendengar kalimat yang baru saja Kav katakan karena itu berarti praduga dan pikiran buruknya tentang Kav tidak menjadi nyata.
Tapi suaminya itu sedang tidak berbohong, kan?
"Jadi dia benar hanya anak angkatmu?" Piyi kembali mempertanyakan dan Kav mengangguk, Piyi menghembuskan napasnya lega tapi seketika dia kembali mengingat tentang perempuan yang bersama Kav di mall tadi
"Lalu bagaimana dengan perempuan yang bersama Taun?" Piyi melontarkan pertanyaan yang masih membuat hatinya mengganjal.
"Dia Gita, mantan kekasih saya yang pernah saya ceritakan ke kamu. Dia baru kembali dari Jerman, saya tidak berpikir kalau Gita akan datang disaat saya ingin mengajak Rigel jalan-jalan ke mall. Karena Rigel menganggap Gita Mamanya, mau tidak mau saya harus pergi bersama Gita disaat Rigel sendiri yang memintanya," jelas Kav panjang lebar menjelaskan permasalahan kenapa ia bisa bersama Gita tadi? Ini memang bukan kemauan Kav. Tapi menolak keinginan Rigel, Kav jelas tidak akan bisa. Bagaimana juga Rigel masih kecil dan belum mengerti tentang permasalahan orang dewasa. Tentang putusnya hubungan ia dan Gita.
Piyi diam mencerna kalimat penjelasan dari Kav, melihat hal itu Kav kembali menjelaskan yang mungkin masih menjadi tanda tanya besar di dalam kepala istrinya itu. Tentang Rigel.
"Empat tahun yang lalu, saya dan Gita baru pulang dari luar kota. Saat itu saya ingin mengantar Gita pulang ke rumahnya. Tapi di perjalanan kami melihat seorang bayi yang sedang merangkak di pinggir jalan. Saya bersama Gita menyelamatnya, dan ketika saya ingin melaporkan tentang bayi itu kepada polisi Gita bersikeras ingin merawat Rigel..." Kav menjeda kalimatnya sejenak, ia menatap Piyi yang tampak serius mendengarkan ceritanya.
Menarik napasnya panjang, Kav mulai kembali melanjutkan cerita. "Gita membawa Rigel untuk tinggal di rumahnya. Gita hanya tinggal berdua dengan Bibi, seorang yang bekerja di rumahnya karena orang tuanya sudah meninggal. Bersama Bibi, Gita merawat Rigel. Tapi karena saya juga menyukai kehadiran Rigel sesekali saya membantu mereka merawat Rigel. Saya sering mengunjunginya, mengajaknya bermain. Semua berjalan baik sampai ketika dua tahun kemudian hubunganku dengan Gita renggang." Kav menatap mata Piyi dalam-dalam mencoba menebak apa dan bagaimana ekspresi istrinya saat mendengar penjelasan darinya.
Adakah perasaan cemburu dan tidak senang. Tapi wajah Piyi begitu tenang. Tidak seperti yang Kav duga, Kav bernapas lega jika Piyi mudah bersikap dewasa dengan cerita masa lalunya. Setelah merasa tenang dengan respon Piyi yang begitu baik, Kav kembali melanjutkan ceritanya.
"Gita meninggalkan saya tanpa alasan-- pergi ke Jerman, tidak lama kemudian saya akhirnya tahu alasan kenapa dia meninggalkan saya. Ternyata dia menduakan saya. Setelah Gita pergi, Rigel di rawat oleh Bibi, sejak saat itu saya jarang mengunjungi Rigel di rumahnya, saya selalu sibuk dengan pekerjaan saya. Dan maaf karena saya baru menceritakanya kepadamu setelah kita menikah." Kata Kav menyesal, Piyi mengangguk mengerti dan mulai dapat memahami permasalahan yang Kav hadapi selama ini.
"Tante!"
Teriakan itu membuyarkan lamunan Piyi tentang apa yang telah diceritakan oleh Kav tadi siang kepadanya. Piyi menunduk karena Rigel menarik lengan kemeja yang dikenakannya. "I..ya kenapa?" Piyi menatap bocah kecil itu, iba. Ada rasa kasihan yang ia rasakan pada Rigel. Bocah sekecil itu bisa ditemukan di pinggir jalan? Orang tua mana yang tega membuang anak selucu ini?
"Nama Tante siapa?" tanya Rigel dengan logat khas anak kecilnya, terlihat begitu menggemaskan di mata Piyi.
Piyi berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Rigel, mengulurkan tangan lalu tersenyum lembut. "Nama Tante, Piyi Latusena. Panggil aja Tante Piyi." Piyi mengulurkan tangannya yang disambut Rigel dengan riang. "Kalau kamu? Siapa namamu, sayang?" Sambung Piyi bertanya pada Rigel.
"Nama Aku Rigel, Tante Yi." Rigel ikut memperkenalkan dirinya.
Piyi terkekeh mendengar panggilan yang diucapkan Rigel kepada dirinya. "Tante Yi sama Tuan Ai, uhh lucu ya." Piyi menatap Kav.
Kav tersenyum lalu beralih menatap Rigel. "Panggilnya jangan Tante Yi, tapi Mama, ya," kata Kav yang langsung mendapat gelengan keras dari Rigel.
"Tante Yi bukan Mamanya Rigel, Mamanya Rigel itu cuma satu, Mama Gita." Raut wajah Rigel nampak tidak suka, ia tidak terima ketika Kav menyuruhnya memanggil Piyi dengan sebutan Mama.
"Tapi Sayang--"
"Jangan dipaksa." Piyi memotong ucapan Kav.
Kav menghela napas, setelahnya mengangguk mengiyakan ucapan Piyi.
"Kita main yuk." Kav mengajak Rigel duduk di atas karpet di depan televisi. Sementara Piyi pamit ke toilet.
"Kenapa Papa nggak sama Mama? Kenapa Papa malah datang sama Tante Yi?" tanya Rigel.
"Rigel, dengerin papa." Kav membawa Rigel duduk di pangkuannya. "Mama Gita la--"
"Mama di sini!"
Suara itu memotong kalimat Kav, Kav menoleh sementara Rigel langsung beranjak dari duduknya. Bocah itu berlari riang ke arah Gita yang kini tengah tersenyum ceria.
"Selamat malam Sayang." Gita mengecup pipi gembul Rigel lalu memeluknya.
"Ma, ikut main sama Rigel yuk." Rigel menarik tangan Gita membawa perempuan itu ikut duduk di karpet bersama Kav.
"Kav." Gita tersenyum, Kav langsung berdiri lalu menempatkan diri di atas sofa. Tidak ingin Piyi salah paham jika ia malah duduk berdampingan dengan Gita.
Sekembalinya dari toilet, Piyi mematung sejenak, matanya fokus menatap perempuan yang kini sedang asik bermain bersama Rigel, jadi itu yang bernama Gita? Entahlah tiba-tiba Piyi merasa canggung berada di tempat ini. Ia seperti sedang menganggu kemesraan sebuah keluarga kecil.
"Sini Sayang!"
Piyi melanjutkan langkah ketika Kav memanggilnya.
Gita berdiri dari duduknya, senyuman manis ia suguhkan untuk Piyi. "Hai, aku Gita, kamu pasti istrinya Kav." Gita tiba-tiba saja mengulurkan tangannya ketika Piyi berdiri di samping Kav yang sedang duduk.
Piyi balas tersenyum walaupun masih merasa canggung, ia pikir Gita tidak akan suka dengan kehadirannya tetapi malah sebaliknya perempuan itu menyapa dirinya dengan ramah. "Piyi." Piyi menyambut uluran tangan Gita.
"Dia istri saya," kata Kav.
Gita mengangguk sebelum tersenyum ramah--menatap Piyi. "Kamu cantik, dan kamu beruntung bisa memikat hati seorang Ai Kavyar Adiyaksa Syarief, kamu tahu hati Kav beku seperti batu." Gita terkekeh pelan menyindir Kav.
Piyi hanya tersenyum, bingung harus merespon seperti apa?
"Piy, kamu bisa bikin kue nggak?" tanya Gita.
"Bisa sih, sedikit."
"Kita bikin kue yuk. Cup cake, kesukaan Rigel." Gita mencoba mencairkan suasana, berusaha lebih akrab dengan Piyi.
Piyi menatap Kav, lelaki itu mengangguk pelan.
"Ayo," kata Piyi seraya tersenyum menatap Gita.
"Rigel, Mama mau bikin cup cake dulu ya. Kamu main sama Papa." Kata Gita.
"Asik! Bikin yang enak ya, Ma." Rigel bertepuk tangan riang, tampak ceria sekali bocah itu. Mungkin karena ia pikir keluarganya telah lengkap.
"Ashiap." Gita mengangkat jempolnya, perempuan itu mengucapkan jargon seorang youtuber yang akhir-akhir ini tengah booming.
"Ayo, Piy." Gita merangkul Piyi, layaknya seorang sahabat.
Piyi bisa merasa tenang sekarang, rasa takut akan sosok Gita yang ia pikir akan mengganggu rumah tangganya lenyap seketika ketika menerima sikap ramah yang perempuan itu tunjukan kepada dirinya.
Di dapur, Piyi, Gita dan Bi Mirna mempersiapkan bahan untuk membuat cup cake. Sementara Kav asik bermain bersama Rigel. Lelaki itu membiarkan Piyi lebih akrab dengan Gita, pasalnya Kav tahu bahwa Gita perempuan baik dan ramah, ia tidak mungkin berbuat jahat pada Piyi. Setidaknya itu yang ada di dalam pikiran Kav saat ini karena sejauh ini ia mengenal Gita dengan baik.
#######
#######
To be continued...
Sabtu, 24 agustus 2019
Karya aslamiah02
Guys sama seperti a good purpose, annoying boss juga akan libur up dulu ya selama 3 minggu. Hehe paham kan kesibukan eike 😣🙈🙈
Selamat menunggu,
See you 3 minggu lagi ❤
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top