Twentieth Landing
Cemburu. Seorang Ryu yang selalu terlihat kaku dan dingin ternyata punya rasa cemburu yang membuat Reinya jadi bingung. Gadis itu jadi kelabakan berlari ke sana ke mari mencari Ryu yang tiba tiba pergi meninggalkannya begitu saja. Ketika Reinya menanggapi ucapan Fabio. Model tampan yang semua orang tahu menaruh hati kepadanya.
" Aduh, ponselnya juga tidak aktif. Ryu, kemana sih." Gerutu Reinya kesal. Wajah cantiknya cemberut.
Gadis itu akhirnya terduduk di kursi dekat taman dengan peluh mengaliri wajah cantiknya. Matanya berkaca kaca. Rasa penyesalan menjalari hatinya.
" Kenapa juga aku harus menanggapi Fabio." Sesalnya dengan napas sesak.
" Sudah ngobrolnya?"
Sebuah suara yang teramat dikenal Reinya membuatnya menoleh. Mata gadis itu mendelik kesal, menatap lelaki yang dengan santai duduk disebelahnya.
" Ryu, kemana saja. Aku mencarimu." Teriak Reinya kesal. Ryu diam, hanya menatapnya dingin.
" Aku dari tadi mencarimu. Ponselmu juga mati. Kau kemana saja sih?" Suara tanya Reinya melengking nyaring. Ryu masih menatapnya.
" Aku tadi memberi waktu untukmu berbicara dengan lelaki dambaanmu." Ucap Ryu tenang. Reinya tambah cemberut.
" Tidak lucu, tahu." Ketus Reinya. Ryu hanya menggedikkan bahunya.
" Aku tidak melucu, bukankah kau memang menginginkan lelaki itu?"
Reinya mendengus menanggapi tanya dari Ryu. Lalu gadis itu bangkit dari duduknya dan dengan santai duduk diatas pangkuan Ryu. Tangannya melingkar di leher lelaki itu.
" Ya, aku dulu menginginkannya. Memimpikan memiliki seorang kekasih yang seperti Uncle Gael. Kemudian berubah semua ketika bertemu denganmu." Ucap Reinya tenang.
" Aku jatuh cinta. Jatuh cinta pada seorang Komandan dan aku tidak mampu menghindarinya. Komandan ini telah menguasai hatiku dan aku menginginkannya lebih dari apa pun." Lanjut Reinya dengan suara manja. Bahkan dengan nakalnya, gadis itu mencium dan menjilati telinga lelaki itu. Ryu masih diam.
" Aku bahkan menginginkannya menikahiku. Menjadikan aku Istrinya dan Ibu dari anak anaknya. Aku ingin menjadi miliknya. Selamanya." Kali ini gadis itu berbisik nakal di telinga Ryu. Lelaki itu melenguh dan Reinya tersenyum puas. Ryu menatapnya.
" I love you, forever. I promise, Ryu." Ucap Reinya sambil mengecup bibir Ryu dengan sangat lembut.
" Oh my God." Gumam Ryu.
Lelaki itu terlihat tidak lagi menahan dirinya. Matanya menyiratkan rasa yang tidak lagi mampu ditutupinya. Binar cerah tampak berkilau menatap penuh cinta kekasih manjanya.
" Kau selalu saja mampu membuatku tidak kuasa untuk menahan diri, Rei." Gerutu Ryu pelan dengan nada putus asanya.
" Maka jangan kau tahan, sayang." Ucap Reinya dengan senyum genit menggoda kekasihnya itu. Lelaki itu menggelengkan kepalanya.
Lalu dengan satu gerakan cepat, Ryu menggendong Reinya dan melangkah cepat menuju mobilnya.
" Hey, hey. Ryu, kenapa ke sini. Kita akan menonton." Jerit Reinya protes. Ryu diam, lelaki terus saja berjalan.
" Ryu, sayang. Aku mau menonton." Rengek Reinya manja tapi tetap tidak membuat lelaki itu menghentikan langkahnya.
" Aku sudah tidak bernapsu untuk menonton lagi." Ucap Ryu dengan suara datar.
" Lalu, lalu kita akan kemana?" Ucap Reinya sambil menatap Ryu yang menempatkan dirinya di mobil lalu memasangkan sabuk pengamannya.
" Ryu, aku bicara denganmu." Ucap Reinya dengan suara sedikit tinggi. Gadis itu kesal lelaki itu tidak mengacuhkan dirinya.
" Diam dan duduk saja." Ucap Ryu sambil sekilas melirik Reinya. Gadis itu jadi gemas.
" Aku baru tahu kalau kau marah seperti ini." Gerutu Reinya sambil dengan sangat santai menyandarkan tubuhnya di dada Ryu.
" Geser." Ucap Ryu datar. Reinya bergeming.
" Tidak mau." Jawab Reinya ketus. Ryu berdecak.
" Geser, aku susah nih." Ucap Ryu lagi yang memang terlihat kesulitan menggerakkan tangannya untuk memutar kemudi. Reinya cepat menggeleng.
" Tidak mau. Sebodo amat." Ucap Reinya keras kepala.
" Rei.."
" Tidak mau, sebelum kau mencium bibirku dan tidak marah lagi." Teriak Reinya manja yang membuat lelaki itu menggeleng.
Lalu Ryu menoleh dan lelaki itu tidak jadi menjalankan mobilnya, dengan ringan mengangkat tubuh Reinya dan mendudukkan dipangkuan dengan posisi menghadap dirinya. Lelaki itu menatap lekat wajah cantik yang kini cemberut itu. Dengan sangat ringan mendaratkan ciuman di bibirnya.
" Aku tidak marah, sayang. Aku hanya kesal. Rasanya sakit jika melihat kau berbincang akrab dengan lelaki lain. Apalagi lelaki itu orang yang punya hati untukmu." Ucap Ryu sambil mengusap pipi Reinya.
" Kau cemburu, Ryu. Kau cemburu." Ucap Reinya sambil balas mengusap pipi lelaki itu.
" Ya, aku memang cemburu karena aku mencintaimu. I love you very much, dear." Ucap Ryu pelan. Bibir lelaki itu cepat meraup bibir gadis yang langsung menyambutnya dengan perasaan senang.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top