Sixteenth Landing

Reinya menunduk sedih. Gadis itu menatap Daddy yang duduk lesu dihadapannya. Lelaki kesayangannya itu hanya sendirian, tidak ada Ryu bersamanya. Mommy hanya bisa menghela napas.

" Aku tidak bisa membawanya." Ucap Daddy sedih.

" Dia tidak mau ikut?" Tanya Reinya dengan mata berkaca kaca. Daddy mengangguk. Reinya berdecak.

" Jahat, dia tidak mencintaiku." Rutuk Reinya kesal. Gadis itu mulai terisak.

" Tidak, dia sangat mencintaimu." Ucap Daddy tenang.

" Tapi dia tidak mau datang." Ketus Reinya. Tatapannya sinis menatap Daddy dan Mommy yang malah tersenyum.

" Dia ingin kau yang menjemputnya." Ucap Daddy sambil tersenyum. Reinya membulatkan matanya, menatap Daddy.

" Iya, dia mau gadis nakal Daddy ini yang menjemput." Ucap Daddy sambil menjawil pipi Reinya yang terlihat sekali wajahnya tidak percaya.

" Daddy." Desisnya sambil menepis tangan Daddy. Mommy hanya tertawa pelan.

" Aku tidak mau menjemputnya." Ketus Reinya sambil beranjak menuju kamarnya.

" Ya sudah, kalau tidak mau. Biar saja bayi di perut itu tumbuh besar tanpa Ayahnya." Ucap Daddy dengan nada sedikit berteriak.

Reinya tidak peduli. Gadis itu terus saja melangkah, masuk ke dalam kamarnya dan membanting pintunya dengan keras. Daddy dan Mommy tertawa pelan.

" Kalau kau mau menjemputnya, dia ada di apartemant. Lotus apartemant yang dekat Rumah sakit." Teriak Daddy yang membuat Reinya kembali membulatkan matanya.

" Anak gadismu itu, dear. Membuatku pusing." Gerutu Maxwell sambil memeluk tubuh Fanny.

" Dia itu nakal sepertimu." Lanjut Maxwell sambil terkekeh. Fanny tertawa pelan.

" Tapi kau mencintai gadis nakal ini kan." Ucap Fanny sambil mencium pipi Maxwell yang dengan cepat mengangguk.

" Tentu saja." Ucap Maxwell lembut lalu balas mencium pipi Fanny.

Sementara itu, Ryu tampak duduk dengan gelisah di apartemantnya. Dia menimbang nimbang ponsel yang ada di tangannya.

" Aku harus menghubunginya." Ucapnya sambil mendial nomer gadisku di ponselnya tapi kemudian di batalkannya.

Ryu tertawa pelan, menahan gejolak yang merambati hatinya. Bertalu ramai memberi irama di dadanya.

" Gadis nakal itu harus diberi pelajaran." Gumamnya dengan wajah masih diliputi tawa dan binar terang kebahagiaan.

" Gadis nakal yang kucintai." Cetus Ryu sambil menggeleng pasrah.

Lalu ketika suara ketukan di pintu terdengar begitu nyaring dan tidak sabaran. Ryu membuka pintunya dengan cepat. Lelaki itu mengulas senyum samar begitu mendapati siapa yang berdiri di depan pintu dengan wajah cemberut dan bibir berkerut.

" Minggir." Suara ketus terdengar dari bibir yang mengkerut judes itu. Ryu sedikit terhuyung ke belakang karena di dorong dengan keras oleh gadis yang kini dengan seenaknya duduk di sofa panjang dengan kaki selonjoran santai.

Ryu menghampirinya lalu duduk di ujung, dekat kaki gadis itu. Kaki itu dengan ringan terangkat dan jatuh di pangkuan lelaki itu. Ryu menatap wajah cemberut dengan bibir yang kini mengerucut.

" Menggemaskan." Desia Ryu. Gadis itu mendelik galak.

" Kenapa tidak mau ikut ke rumah?" Ucapnya dengan nada keras setelah beberapa detik terdiam.

" Aku ingin kau yang memintaku." Jawab Ryu ringan.

" Kau tidak mencintaiku." Teriak Reinya sambil tubuhnya sedikit mendekat. Gadis itu menekuk kakinya.

" Kau nakal, meminta Daddy menjemputku dengan alasan kau hamil." Ucap Ryu tenang.

" Kalau tidak seperti itu kau tidak akan datang, malah akan ke luar kota." Tukas Reinya kesal. Gadis itu telah merapat begitu dekat. Dia kini bertumpu pada lututnya.

Ryu menggeleng, begitu Reinya merapatkan tubuhnya. Gadis nakal itu naik kepangkuannya dengan posisi menghadapnya. Lalu dengan cepat mencium bibir Ryu yang berusaha menghindar.

" Kau jahat, Ryu. Kau membuatku kesal dan marah." Ucap Reinya sambil memegang kedua belah pipi Ryu yang berbulu. Berusaha menahan wajah lelaki itu yang menggeleng geleng. Reinya mendaratkan ciuman ringan di bibirnya. Terus menerus. Sampai Ryu tergelak dan menyerah.

" Kau juga jahat, sayang. Membuat Ayahmu memarahiku karena dia mengira aku menghamilimu." Ucap Ryu lembut dengan senyum. Gadis itu sejenak saja menatapnya lalu kembali mencium bibir Ryu.

" Kau. Ya Tuhan. Kau nakal, sayang." Ucap Ryu ditengah ciuman ringan Reinya yang belum juga berhenti.

" Okay. Baiklah, sayang. Aku akan benar benar menghamilimu." Ucap Ryu sambil menangkup wajah Reinya yang kini terlihat kaget. Mata gadis itu membulat lucu. Ryu kembali tergelak. Lalu melumat bibir nakal yang tadi tidak henti menciuminya.

" I love you, so much." Lirih Ryu ditengah lumatannya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top