Second Landing
Reinya manatap berkeliling tempat yang dituju oleh lelaki yang kini menatapnya tanpa senyum. Wajah datar dan kakunya seolah manatap tidak suka ke arah Reinya.
" Kenapa, kau bingung dengan keadaan di sini?" Tanya lelaki itu ketus. Reinya menggeleng tegas.
" Lalu?" Tanya lelaki itu lagi sambil melangkah ke dalam sebuah ruangan sempit yang di dalamnya tersedia sebuah tempat tidur kecil. Lalu ada sebuah kursi panjang yang terlihat telah usang di sana. Lalu ada meja dan sebuah kursi. Di mana di atas meja tersebut terdapat peralatan komunikasi, peta dan juga kertas yang berserakan.
Tanpa diminta, Reinya langsung saja mendudukkan dirinya di atas kursi panjang itu. Gadis itu seenaknya saja menyenderkan tubuh lelahnya sambil menghembuskan napasnya.
" Kau boleh beristirahat dulu di sini, sampai ada yang menjemputmu atau ada yang akan keluar dari sini. Kau bisa ikut bersama mereka." Ucap lelaki itu sambil duduk di atas tempat tidur.
" Nanti aku akan meminta anak buahku untuk meminjam pakaian wanita dari penduduk kampung ini." Ucapnya lagi tanpa menatap Reinya sedikit pun.
" Aku minta kau tuliskan nama, alamat juga pekerjaanmu di kertas. Biar nanti aku.."
Ucapan lelaki itu terhenti, begitu dia menoleh dan menatap Reinya yang ternyata telah tertidur. Lelaki itu berdecak kesal sambil menggeleng.
" Merepotkan saja. Kenapa aku harus bertemu masalah seperti ini. Aku lebih senang diminta membereskan seribu musuh musuhku atau juga melenyapkan masalah yang sedang dihadapi negara ini." Rutuk lelaki itu sambil melangkah mendekati tubuh Reinya yang terkulai di kursi.
Lelaki itu dengan sangat perlahan mengangkat tubuh itu. Merebahkan tubuh itu di atas tempat tidur. Dia menatap wajah damai dengan mata terpejam itu. Ada perasaan lain yang bermain main nakal, menggelitiki hatinya. Lelaki itu meringis. Merasa takut. Lebih takut dari pada harus berhadapan dengan musuh terkuat dan tersadis.
" Kenapa model terkenal seperti dirimu sampai harus berada di sini. Kau tahu, aku sangat bingung harus bagaimana." Gumam lelaki itu sambil terus menatap lekat wajah cantik yang terlelap itu. Tangannya perlahan membersihkan luka parut di pipi dan tangan gadis itu.
Lalu lelaki itu melangkah keluar dari ruangannya. Beberapa prajurit seolah telah menunggunya di depan pintu. Lelaki itu menatap satu persatu prajuritnya yang kemudian terlihat berbalik dan segera saja melangkah menjauhinya.
" Eric, tolong pinjamkan pakaian wanita ke penduduk atau kau pinjam ke dokter Amy saja." Perintahnya cepat. Seorang prajurit bernama Eric berbalik dan mengangguk patuh.
Lama lelaki itu berdiam diri di teras rumahnya. Duduk termenung sambil menatap kegelapan yang akan datang perlahan. Melihat awan yang tersaput mega merah yang kemilau. Senja temaram yang tadi menyapa mulai beranjak perlahan.
" Putri Jenderal Maxwell." Gumam lelaki itu sambil menatap ponselnya. Lama dia menatap wajah cantik yang terpampang di sana.
" Ryu, kau akan mengabari Orang tuanya?" Tanya sebuah suara berat mengagetkannya. Lelaki itu menatap pemilik suara tersebut.
" Sudah. Tapi malah menjadi dilema." Ucapnya sambil menyerahkan ponsel yang ada di tangannya.
" Berat." Ucap lelaki bersuara berat itu.
" Sarannya, Greg. Bukan bisanya cuma berkata berat." Ucap Ryu kesal. Lelaki bernama Greg itu tergelak.
" Saranku, kau suruh dia berganti pakaian dulu dan obati luka lukanya." Ucap Greg santai masih dengan tawa.
" Dia tidur dan luka lukanya telah kuobati." Ketus Ryu sambil menatap sinis Greg.
" Ya sudah. Nikmatilah kebersamaan kalian." Ucap Greg sambil berlalu meninggalkan Ryu yang terbengong menatapnya.
" Dasar, sahabat sialan. Brengsek. Kurang ajar." Umpat Ryu sambil melangkah memasuki rumahnya.
Ryu menatap kaget kursi panjang dan tempat tidur yang kosong. Tidak ada gadis itu di sana. Lalu terlonjak kaget menatap pintu kamar mandinya terbuka dan menampakkan seorang gadis yang hanya memakai kemeja yang terlihat kebesaran di tubuhnya.
" Mengapa kau memakai kemejaku?" Ucap Ryu dengan nada tinggi. Gadis itu menatapnya tak acuh.
" Aku hanya menemukan kemeja ini tergantung di kamar mandi." Ucapnya sambil melenggang cantik lalu dia kembali naik ke atas tempat tidur. Menarik selimut perlahan kemudian memejamkan matanya.
" Damn." Geram Ryu sambil memukulkan tinjunya ke dinding.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top