Fourth Landing
Rame rame tentang hilangnya Model cantik ketika melakukan Paralayang, mengisi beberapa Media. Bahkan rekaman terakhir Reinya, ketika tertawa ceria dengan Ibu jari yang teracung tersebar dan menimbulkan banyak komentar. Beberapa teman menangisi kehilangannya, beberapa lagi hanya diam tapi ada juga yang malah tersenyum senang.
" Berkurang deh sainganku." Ucap salah satu yang tersenyum senang akan hilangnya Reinya.
" Dia kan jadi Model terkenal karena Grandma yang punya Brand pakaian mahal itu." Ketusnya dengan senyum puas tersungging di bibirnya.
Tapi keadaan ini seolah dianggap biasa saja di keluarga besar Reinya. Mereka seolah tidak sedikit pun berusaha mencari atau pun khawatir.
" Biarkan saja dia belajar banyak di sana." Mommy dengan senyum cantiknya berkata begitu tenang.
" Biar dia mengetahui luasnya dunia dan bagaimana hidup di luaran sana." Timpal Ryker sambil terkekeh.
" Kalian ini keterlaluan. Cucuku itu seorang gadis." Grandma menatap sinis mereka semua.
" Mom, cucu manjamu itu juara Taekwondo. Jangan khawatir. Lagi pula ada Ryu di sana." Sanggah Mommy dengan wajah menatap lekat Grandma.
" Si manja yang genit itu pasti akan membuat Ryu kerepotan." Ucap Daddy dengan senyum samarnya.
" Apa Ryu itu bisa dipercaya untuk menjaga Reinya?" Tanya Grandma seolah tidak yakin. Daddy segera mengangguk.
" Maxwell yakin, Mom. Ryu seorang Komandan yang dapat dipercaya dan sangat bertanggung jawab." Ucap Daddy dengan nada tegas. Grandma mengangguk. Mommy menatap Daddy dengan sorot mata penuh cinta.
" Seperti kau dulu." Gumam Mom.
" Ehm, drama dimulai. Grandma, ayo aku antar. Kita harus dengan cepat meninggalkan dua pemeran amatir telenovela ini." Ucap Ryker dengan tawa pelan.
Ryker segera beranjak dan menarik perlahan lengan Grandma yang langsung mengerti. Wanita tua itu mengikuti Cucunya keluar dari ruangan dengan diiringi tawa pelan Maxwell. Sementara Fanny hanya tersenyum kecut.
Sementara di dalam hutan belantara yang jauh dari hingar bingar kota. Tampak begitu hening di siang hari yang berangin basah. Reinya menatap cemberut makan siangnya. Sepiring nasi dengan lauk alakadarnya tersaji dihadapannya. Tidak sedikit pun membuatnya berselera. Beberapa kali gadis itu menghela napas kemudian menghembuskannya dengan cepat.
" Kenapa, kau tidak mau makan?" Ketus Ryu sambil menatap Reinya yang menyilangkan kedua tangannya di dadanya. Gadis itu diam.
" Tidak ada pizza, burger atau pun fried chicken. Mau dibuatkan mie instant?" Suara bernada mengejek itu membuat Reinya berdecak.
" Makanlah, nanti kau sakit." Ucap Ryu dengan suara datar. Lelaki itu beranjak menyimpan piringnya lalu beralih duduk di sebelah Reinya.
" Atau kau mau kusuapi?" Tanyanya sambil mengangkat piring Reinya dan mengarahkan tangannya yang berisi nasi ke hadapan wajah gadis itu. Dengan sedikit salah tingkah gadis itu menerima suapan yang diberikan padanya.
" Manja. Makan sendiri." Ucap Ryu kemudian sambil menyimpan piring dan berdiri lalu melangkah pergi.
" Dasar gadis manja. Ayo cepat makan, kalau sakit nanti aku yang repot." Ucap Ryu dengan sedikit berteriak. Lelaki itu keluar dari rumah dan entah pergi ke mana. Reinya mendengus kesal.
" Dasar, lelaki menyebalkan. Datar, ketus. Edan. Ganteng juga enggak. Tampangnya saja tidak terurus begitu. Heeuh, kesel." Gerutu Reinya sambil menyuap nasi dan lauk yang dia sendiri tidak tahu, apa namanya. Mulutnya berdecap decap merasai masakan itu.
" Enak juga, masakan apa sih. Aku rasa Mommy juga belum pernah membuatnya." Ucapnya sambil kembali menyuap makanan itu.
Ryu yang sebenarnya tidak pergi kemana pun tapi berdiri dibalik pintu tersenyum samar. Lelaki itu perlahan membawa langkahnya keluar dari halaman rumah, melewati lapangan rumput dan menuju ke bangunan kecil. Sebuah Posko kesehatan yang berjarak kira kira seratus meter dari rumahnya.
" Komandan, apa gadis itu baik baik saja?" Tanya dokter Deasy dengan senyum seperti biasanya. Ryu segera mengangguk.
" Tolong minta Vitamin untuk gadis itu." Ucap Ryu dengan wajah datar.
Dokter Deasy menatapnya lalu segera mengangguk. Tangannya segera sibuk mencari Vitamin yang diminta lalu menyerahkan kehadapan Ryu dengan senyum manis menghiasi bibirnya.
" Terima kasih." Ucap Ryu sambil melangkah pergi.
" Perhatian sekali kau pada gadis itu. Tadi kau begitu repot mencarikannya makan siang, sekarang Vitamin." Ucap dokter Deasy pelan sepeninggal Ryu. Seorang perawat yang mendengar itu tersenyum.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top