forteenth Landing

Ryu tidak ubahnya seperti Reinya yang mulai resah karena rasa rindunya. Lelaki itu malah lebih parah, hampir setiap menit dia mengecek ponselnya. Berharap ada pesan atau panggilan dari gadis tercintanya. Lalu jika dalam satu jam tidak ada pesan atau panggila, lelaki itu akan segera menghubunginya.

" Dear, where have you been. Aku tidak sabar menunggu suaramu." Ucap Ryu begitu hubungan itu tersambung.

" Sayang, aku sedang pemotretan." Jawab Reinya dengan tawa cerianya.

" Lagi, kau bilang sudah tidak mau menerima tawaran pemotretan." Ucap Ryu dengan wajah sedikit cemberut. Tawa renyah Reinya terdengar.

" Kau membayangkanku sedang pemotretan dengan swimsuit atau bikini, begitu?" Reinya berkata dengan nada manja. Ryu mendengus. Tawa Reinya kembali terdengar.

" Sebentar aku kirim fotoku. Sabar Komandan tercintaku. Salah kau yang belum juga datang menjemputku." Ucap Reinya sambil memutus begitu saja sambungannya yang membuat Ryu menggerutu kesal.

Sedikit lama Ryu menunggu kiriman foto dari gadis yang dirindukannya itu. Tapi sepertinya gadis itu sengaja membuatnya kesal. Ryu sampai menyumpahi ponselnya yang belum juga memunculkan foto cantik gadis itu.

" Komandan, kenapa kau terlihat begitu kesal?" Suara dokter Deasy yang berpapasan dengannya di ambang pintu posko, semakin membuat Ryu kesal. Lelaki itu mendengus.

" Kau pasti kesalkan dengan gadis nakal itu. Apa kubilang, jika dia sudah bertemu dengan dunianya. Maka dia akan melupakanmu." Ucap dokter Deasy dengan senyum menggoda. Ryu berdecak.

" Aku sedang bingung." Ucap Ryu ketus. Dokter Deasy yang serasa mendapat angin, begitu senang mendengar ucapan Ryu. Eric dan beberapa prajurit menatapnya.

" Kenapa Komandan, apa dia tidak lagi memperdulikanmu?" Tanya dokter Deasy dengan senyum terukir lebar di bibir penuhnya.

" Tidak, bukan seperti itu. Aku sedang bingung, kenapa dia belum juga mendapatkan tamu bulanannya." Ucap Ryu tenang. Membuat dokter Deasy melotot dengan mulut sedikit ternganga.

" Maksudmu?"

" Maksudku, kami memang sudah melakukannya beberapa kali. Aku menginginkannya dan dia juga tidak menolaknya. Aku bahagia jadi yang pertama untuknya." Cepat lelaki itu memotong ucapan dokter Deasy.

Ryu terkekeh senang, ketika dokter itu berlalu meninggalkannya dengan wajah memerah sambil mengumpat kesal. Eric dan yang lainnya tertawa pelan.

" Rasakan kau." Ucap Ryu sambil terus terkekeh. Lalu segera terhenti ketika ponselnya bergetar. Beberapa foto Reinya dengan dress panjang yang terlihat begitu santun dan elegan, mengembangkan senyum Ryu.

Lalu napasnya seakan tertahan begitu melihat foto berikutnya. Detakan jantungnya bertambah iramanya. Serasa marching band bertalu keras di dadanya.

" Foto terakhir itu spesial untukmu. Komandan tercintaku yang sangat kurindukan. Apa kau merindukanku juga?"

Suara manja dengan sedikit rengekan terdengar dari voice note yang dikirim Reinya setelah terpampang sebuah foto yang membuat Ryu mengatur napasnya. Eric dan para prajurit saling tatap dengan senyum.

" Kau nakal, sayang. Aku seakan tidak mampu lagi menunggu lebih lama lagi. Kau mengirimi foto yang membuatku pasti tidak akan bisa tidur semalaman. Kau menyebalkan." Ucap Ryu dengan napas terengah membalas Voice note gadis tercinta itu.

Lalu setengah gelagapan Ryu dengan tergesa berlari menuju rumahnya. Membuat beberapa pasang mata menatapnya sambil menahan tawa.

" Pasti Video call dari gadis tercinta dan gadis itu sedang berenang." Ucap Eric yang ditanggapi kekehan oleh beberapa prajurit.

Ryu segera masuk ke dalam rumah begitu menggeser tombol hijau di ponselnya. Seraut wajah cantik penuh binaran dengan tubuh terbungkus selimut yang sedang berguling guling diatas tempat tidur, terpampang di layar ponselnya. Tangan gadis itu melambai dengan senyum merekah begitu cantik yang membuat Ryu sejenak memejamkan matanya.

" Dengan siapa kau di sana, sayang?" Tanya Ryu dengan suara mendadak parau.

" Sendiri. Aku menunggumu. Kapan kau menemuiku?" Ucap Reinya dengan suara manja dan senyum genitnya. Ryu menggeleng menahan rasa yang muncul semakin tidak terkendali.

" Sayang, aku harus keluar kota dulu minggu depan. Sekitar tiga sampai empat hari. Lalu aku.."

" Dengar Komandan, aku akan menunggumu tapi tidak mau terlalu lama. Jika dalam satu bulan kau tidak datang juga, aku memutuskan untuk tinggal di Paris. Jadi jangan terlalu lama untuk memutuskan."

Ucapan galak Reinya yang memotong ucapan Ryu membuat lelaki itu jadi terdiam. Terlebih gadis itu memutus begitu saja sambungannya.

" Oh my God, dear. Ya Tuhan, aku harus segera menemuinya." Ucap Ryu dengan nada suara cemas.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top