First Landing
Reinya merasakan tubuhnya mati rasa. Gemetar, merasakan ketakutan. Tergugu. Dia diam tanpa suara. Hanya hatinya berteriak merapalkan doa untuk keselamatannya. Bayangan Mommy dan Daddy yang berkelebat, begitu pun Kakak tercintanya yang selalu mencium sayang keningnya. Membuatnya menghamburkan air matanya tanpa berpikir lagi.
Menyesal. Mungkin kata itu terlambat untuk saat ini. Dirinya kini entah berada di mana. Sejauh matanya memandang, hanya pepohonan yang tinggi menjulang yang dilihatnya.
" Oh My God. Dimana aku?" Lirihnya sambil menatap ke arah bawah.
Posisi parasutnya yang tersangkut di pohon, membuatnya dengan sangat leluasa menatap sekitarnya.
" Hutan." Desisnya tercekat.
Lalu mata cantik gadis itu membulat sempurna. Ketika melihat sesosok tubuh tinggi di bawah sana datang mendekatinya. Sebuah Dessert Eagle mengarah kepadanya. Sebuah senjata yang mempunyai pamor mendunia akan kemampuan mematikannya. Kalau biasanya pistol lain hanya seperti menusuk saja, Desert Eagle mampu membuat obyeknya tertusuk dan meledak. Reinya memang hapal betul berbagai macam jenis senjata. Dia belajar banyak tentang itu dari Daddy.
" Oh my God." Geram Reinya sambil memejamkan matanya.
" Hei, siapa kau?" Teriak lelaki bertopi di bawah sana.
" Tolong aku." Reinya balas berteriak.
" Jawab dulu, siapa kau?" Tanya lelaki itu lebih keras berteriak. Reinya berdecak kesal.
" Tolong turunkan aku. Kau tidak lihat aku lelah tergantung di sini."
Bukannya menjawab apa yang ditanyakan oleh lelaki itu. Reinya malah berucap dengan nada keras.
Lelaki itu menatap lekat Reinya yang kakinya mulai bergerak gerak tak karuan. Perlahan lelaki itu mulai menurunkan senjata yang sedang diarahkannya ke Reinya. Matanya lekat menatap sosok yang tampak gelisah itu.
" Kau bisa membuka harness itu."
" Lalu aku terjatuh?" Teriak Reinya memotong saran yang diberikan oleh lelaki yang tampak gagah dengan kaos putih dan celana loreng itu. Tangan gadis itu memegangi harness, sabuk yang mengikat tubuhnya dengan parasut yang tergantung.
" Kalau terjatuh pun akan ke bawah. Dari pada terus tergantung di situ. Sebentar lagi gelap dan pasti akan ada binatang buas yang berkeliaran." Ucap lelaki itu membuat Reinya menggedikkan bahunya.
" Tidak bisakah kau mencarikan bantuan untuk menurunkanku?" Tanya Reinya dengan nada suara yang mulai melunak. Lelaki itu langsung menggeleng.
" Oh my gosh. Poor me." Gumam Reinya sambil menengadahkan wajahnya dan memejamkan matanya.
" Hei, hei. Mau kemana. Tolong jangan pergi." Teriak Reinya yang begitu membuka matanya melihat lelaki itu membalikkan tubuhnya dan siap untuk beranjak pergi.
" Aku harus kembali ke pos. Mereka pasti khawatir karena aku pergi terlalu lama." Ucap lelaki itu dengan nada tenang.
" What, terus aku gimana?" Teriak Reinya hampir menangis kesal. Kakinya terus bergerak gerak tak beraturan.
" Kau kan tadi tidak mau turun." Lelaki itu kembali berbalik dan menatap Reinya dengan wajah tenang. Reinya sangat kesal melihatnya.
" Okay, okay. Aku akan membuka harness ini, tapi tolong kau berjaga di bawah sana agar aku dapat mendarat dengan baik. Ehm, maksudku tidak jatuh.."
" Tersungkur?"
" Ya, tidak jatuh tersungkur." Ketus Reinya menanggapi pertanyaan menyebalkan lelaki yang seenaknya memotong ucapannya barusan.
" Bukalah cepat lalu melompatlah ke hadapanku." Ucap lelaki itu dengan suara tegas. Reinya mengangguk.
" Okay. Aku siap siap. Ehm,.."
" Cepat. Lama sekali." Teriak lelaki itu mengagetkan Reinya yang sedang mempersiapkan diri. Gadis itu berdecak kesal.
" Sabar. Okay. Aku buka."
Dengan cepat Reinya membuka harness itu lalu melompat sesuai arahan lelaki itu. Reinya berharap dapat mendarat tepat dihadapan lelaki itu. Tapi perkiraannya meleset. Gadis itu mendarat mulus, tepat di tubuh lelaki itu. Dengan tangan yang melingkar di lehernya dan kaki yang memeluk seputar pinggang lelaki itu.
Reinya memejamkan matanya dan merasakan benturan yang terjadi lalu ketika matanya perlahan membuka. Wajahnya berhadapan langsung dengan wajah bermata sedikit sipit, bermanik biru dengan hidung mancung, berkumis dan pipinya berbulu seperti Daddy.
" Turun." Ucap lelaki itu dengan nada ketus. Reinya seolah baru tersadar. Dengan pipi merona merah, segera saja Reinya melompat turun.
" Ikut aku." Ucap lelaki itu lagi. Reinya terpaksa mengikuti lelaki itu, yang berjalan tergesa di depannya.
" Apa tidak bisa pelan sedikit jalannya?" Tanya Reinya dengan ketus. Lelaki itu hanya meliriknya lalu suara datarnya terdengar.
" Jika kau mau kemalaman di sini dan dimakan oleh binatang buas, silahkan saja."
Reinya bergidik, segera saja dia melangkah cepat, setengah berlari mengikuti langkah lebar lelaki di depannya.
" Semua prajurit sama saja." Gumam Reinya yang membuat lelaki itu meliriknya lagi tanpa menghentikan langkahnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top