Episode 9 Gegabah

Porsha tertidur di kursi kaptennya, ketika alarm kapal menyentakkannya ke alam mimpi. Ruang kemudi mendadak disinari lampu-lampu merah yang sungguh mengganggu. Gadis itu melirik ke arah Talvar yang masih terdengar erangannya, tetapi netranya terpejam.

"Ronas, ada apa?" Kapten itu baru menyadari bahwa mesin kapal juga mati.

"Aku baru memeriksanya, Leda. Sepertinya radar kapal menerima halangan beberapa meter di depan sana." Ronas yang masih terjaga sedang memeriksa layar monitor di depannya.

Porsha mengecek jarak antara dasar laut dan lambung kapalnya. "Ini masih aman," gumamnya. "Kita tidak sedang berada di perairan rendah."

Jika lambung kapal atau bagian bawah benda itu menabrak dasar laut, butuh waktu lama untuk menyeretnya kembali ke tengah laut.

Gadis itu segera mematikan alarm, kemudian memindai semua kemungkinan yang terjadi. Mesin tidak ada masalah. Mereka sedang dalam jarak aman dari ketinggian air laut. Yang paling mencurigakan, ombaknya tidak seganas tadi.

Tangan Porsha segera menarik teropong yang berada di atas kursi kapten, kemudian memeriksa keadaan luar kapal. "Levida, cek monitormu, aku akan berbagi pemindaian teropong." Jemarinya lincah menekan sebuah tombol, yang memindahkan gambar yang dilihatnya melalui benda berbentuk silinder itu ke monitor wakilnya.

"Itu ... tidak mungkin kan, Leda?" Ronas tertegun. Ia mundur dari layar monitor dan mengucek matanya.

"Aku juga ... ragu, Ronas. Ketinggiannya ... apapun yang di sana itu, sepertinya mengambang di atas laut." Porsha mengecek jamnya, yang menunjukkan bahwa sudah lewat beberapa jam dari matahari terbenam.

"Saya tak ingin berasumsi tapi ... bisa saja itu daratan, Leda."

"Secepat ini?" Porsha berseru tapi kemudian ia membekap mulutnya. "Tapi kita bahkan tidak berada di perairan rendah. Maksudku, jika menilik data dari bumi, daratan itu setidaknya tidak mengambang di atas laut. Melainkan ia  berada tegak lurus dengan dasar laut." Gadis itu berdecak.

"Perlukah saya menyalakan lampu kapal untuk penerangan dek?" Ronas meminta izin. Sebelumnya, ia mematikan lampu agar tidak silau memantau perairan, dengan sumber cahaya yang berasal dari lampu sorot yang mengarah ke depan.

Talvar yang masih bergelung di kantong tidur yang dibawakan oleh Minna, mendadak duduk dan mengamati tayangan monitor yang menjadi kebingungan Porsha dan Ronas.

"Akhirnya, apakah kita sudah sampai?" tanyanya dengan linglung. Namun tidak  ada yang merespon perkataannya.

"Aku tidak yakin ini daratan, Ronas. Biar kuperiksa." Porsha meraih senjata, juga menyematkan benda mungil berwarna hitam yang berfungsi sebagai alat komunikasi di kerahnya. "Nyalakan semua lampu dek."

"Saya akan mendampingimu, Leda." Ronas juga ikut bangkit dan hendak meraih busur panahnya.

"Jangan. Harus ada yang berjaga di sini, lagipula kita tidak mau kecolongan ..." Porsha menoleh ke arah kantong tidur yang kosong. "Dasar Balenji, ke mana lelaki itu pergi?"

Balenji

Ronas terkejut lalu menoleh ke arah layar monitor yang memperlihatkan Talvar sedang berteriak kegirangan di atas dek.

"Akhirnya ... akhirnya, aku bisa mencium tanah lagi. Aku terbebas dari perjalanan penuh derita ini, yeah!! Aku datang algapa-ku, aku datang dan memelukmu!"

"Sialan!" Porsha berlari ke dek mengejar Talvar yang sepertinya sudah kehilangan akal sehatnya.

"Oh, astaga, tak kukira kapal laut itu bisa membunuhku pelan-pelan. Baiklah, aku datang, algapa!" seru Talvar dan meloncat ke dalam air.

"Talvar!" seru Porsha yang baru sampai ke arah dek. Matanya memindai sekitar, mencari keberadaan lelaki yang sering bertingkah absurd itu.

Tak lama, mata Porsha menangkap tamunya sedang gelagapan di dalam laut. Talvar mencoba untuk tetap berada di darat, kedua tangannya melambai-lambai, meminta pertolongan.

"Ini dalam sekali lautnya! Bukan daratan! Laut yang dekat daratan hah! Harusnya rendah! Hah! Tolong!" Lelaki itu semakin meronta di atas permukaan air.

"Kau tidak bisa berenang?" tanya Porsha yang kini bersiap melempar pelampung yang tergantung di kapal bagian depan. "Tangkap ini!"

"Aku! Tidak! Bisa! Mendengarmu!" Lelaki itu kian melawan arus air yang semakin menekannya ke bawah.

Porsha mencibir, "Ya ampun, aku benar-benar bisa gila! Hah! Ronas, siapkan mero sekarang, panggil Raga untuk membantu!"

"Leda, apa yang kaulakukan? Tunggu!" cegah Ronas yang menyadari bahwa sang kapten hendak menceburkan dirinya ke laut. Sesuai instruksi, ia segera memanggil Raga untuk membawa mero, binatang yang membantu mereka memancing dan di dalam air dengan meniupkan gelembung udara.

Di laut, Talvar mulai kehilangan tenaganya, hingga akhirnya ia benar-benar tenggelam.

"Aish, sialan!"

Porsha segera melemparkan senjatanya begitu saja lalu meloncat ke dalam air, berenang mencari keberadaan lelaki itu. Dengan bantuan lampu di dek, ia tidak terlalu bisa melihat dengan baik.

"Ronas, Ronas, arahkan lampu sorot ke arahku. Posisiku 45 derajat ke arah tenggara dari dek! Cepat!"

Ronas yang sedang berjalan ke ruangan tempat penangkaran mero, akhirnya harus berbalik ke ruang kemudi. Lelaki itu berlari dengan gesit, kemudian ia segera melakukan yang diperintahkan oleh kaptennya.

"Sudah saya nyalakan, Leda. Apa ini sudah cukup terang?" Ronas menggerakkan tuas dengan napas tersengal.

Lampu itu segera menerangi Porsha, yang mulai menyelam mencari Talvar. Namun, ia tak bisa menemukan lelaki itu. Sang kapten menyelam lagi ke arah yang berbeda, tetapi ia segera kembali ke permukaan karena lelaki itu tak ada di mana pun.

"Talvar! Talvar! Jawab aku!" teriak Porsha dengan kencang. "Kemana dia sih?"

Pantang menyerah, gadis itu kembali menyelam, matanya mulai mencari-cari Talvar yang entah berada di mana. Ia akhirnya menyeruak ke permukaan.  Porsha mengusap rambutnya yang menghalangi pandangan, merasa kesal karena tak mampu menemukan lelaki daratan itu.

"Ronas, terjunkan tim dua, dengan penerangan yang lengkap. Juga beberapa mero. Jangan lupa katakan pada Raga untuk memeriksa benda yang membuat kapal kita berhenti. Sekarang!" Porsha meneriakkan perintah, yang disahuti oleh Ronas.

Namun, menyiapkan orang-orang itu tentu butuh waktu. Bisa saja Talvar tidak tertolong. Porsha mendecih dan kembali menyelam.

"Berani sumpah, dia tadi di sini!" Gadis itu mulai panik. "Talvar, katakan sesuatu jika kamu mendengarku!"

Porsha bertekad untuk segera menemukan Talvar. Nyawa manusia tidak boleh hilang lagi dalam pengawasannya. Tidak, tidak lagi.

"Jangan mati dulu, Talvar. Jangan mati selagi aku masih hidup untuk menyelamatkanmu!" Gadis itu kembali menyelam, kali ini ia masuk lebih dalam ke lautan, meski pun dengan penerangan minim, karena jangkauan sinar lampu sorot tidak mencapai kedalaman sepuluh meter.

Porsha kembali ke permukaan demi mencari oksigen, karena tanpa bantuan mero, ia tak bisa menyelam lebih lama. Laut kembali tenang, seolah ingin membuat Porsha semakin panik, karena itu berarti ia tak bisa mendeteksi gerakan Talvar.

Gadis itu sudah merasakan tangan dan kakinya mulai berat, sementara tak ada tanda-tanda keberadaan Talvar. Di mana lelaki itu sekarang?

*episode09*

Dictionary
Leda : kapten
Levida : wakil kapten
Mero : binatang seperti kura-kura yang mampu menciptakan gelembung seperti oksigen yang dipakai untuk menyelam
Balenji : sejenis kucing yang menipu lawan dengan wajah imutnya, sebelum menggondol apa pun dari lawan. Secara umum juga bisa berarti pencuri.
Algapa : daratan

Ah elah, Bang Talvar. Baru juga mau dikasih adegan sweet, pake tenggelam segala. Kan jadi nggak romantis ini 🤦‍♀️🤦‍♀️

Udahlah, ini Porsha masih suntuk nyariin, semoga Talvar bisa segera ketemu. Kalau kalian liat orangnya, cepet lapor ya, Kels. Kasian kalo lama-lama di laut, ntar malah nggak jadi genre romance ini ceritaku tapi jadi horor atau thriller (Hayo, DhiAZ, jangan kumat. Jiwa thriller masukin dulu ke kotak.)

See ya nanti ya Kels, kalo Bang Talvar udah ketemu 🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top