Episode 4 Interogasi
"Aku memanggil kalian semua kemari, untuk membicarakan sesuatu yang penting." Porsha memandang orang-orang penting yang berada dalam kapalnya, yang menampilkan mimik muka sama tegangnya dengan dirinya. "Tentu kalian semua tahu akan hal itu karena kalian berada di atas saat kejadian itu terjadi, juga Jonghaーyang telah mengawal lelaki itu. Kita hanya butuh satu orang lagi, yang juga memiliki pengaruh di kapal ini. Terutama karena dia pemimpin penduduk di bawah."
Ronas, Raga dan Jongha mengangguk. Sejak kemarin, suasana kapal menjadi tegang dan gelisah, terutama membungkam tim dua dan tim pemancing yang dikepalai Raga bukan hal yang mudah. Tentu saja, penduduk yang tinggal di bagian bawah juga gelisah karena kapal mereka jarang berdiam di tempat untuk waktu yang lama.
Terdengar ketukan di pintu. "Masuk," ujar Porsha. Tak berapa lama, muncullah lelaki paruh baya, berjalan penuh wibawa dan menghampiri gadis itu.
Ron
"Salamku untukmu, Leda. Apa yang bisa aku bantu?" Ron, yang dulu menjabat sebagai wakil kapten saat ayah Porsha yang bertugas sebagai pemimpin kapal.
Porsha menoleh ke arah lelaki itu, sosok ayah yang menggantikan Por dalam kehidupannya. "Ron, duduklah. Aku sedang menghadapi masalah yang cukup genting. Tidak, kita semua sedang memiliki masalah yang sangat genting."
Dahi Ron berkerut, saat lelaki itu duduk di samping Porsha, berhadapan dengan Ronas, putranya.
"Begitu gentingkah, sampai kita menunda keberangkatan kapal, Leda?"
"Benar," jawab Porsha seraya menatap mata lelaki itu dengan bersungguh-sungguh. "Aku tak bisa memutuskan kemana kita akan berlayar, sebelum aku mendengar kesepakatan dari kalian semua."
Porsha kalo nggak jadi kapten 😅😅
"Ah, Anakku, Leda Porsha, sudah kukatakan bahwa kamu adalah leda kapal ini. Apa pun keputusanmu, aku akan ikut," ujar Ron dengan senyumannya yang hangat.
"Tunggu sebentar, Ron. Aku ingin menunjukkan sesuatu." Gadis itu kemudian menyalakan tombol interkom yang terhubung dengan ruang kesehatan. "Penyembuh Minna, bisakah kaubawa pasienmu ke ruang pusat kendali? Langsung masuk saja, kami menunggu."
Menit demi menit berlalu, tak ada seorang pun yang bersuara. Ron yang penasaran pun membungkam mulutnya, karena sekalipun ia berusia lebih tua, tetapi ia sangat menghormati leda-nya.
Ketika akhirnya Minna masuk membawa pasiennya, Ron tak bisa menutup mulutnya. Mata lelaki itu terbelalak, jantungnya mencelus nyaris keluar dari rongga dadanya.
"Kau menemukan manusia lainnya, Leda?"
Porsha mengangguk.
⛴️⛴️⛴️
Minna menggandeng Talvar masuk dan menyuruhnya duduk di kursi di hadapan para petinggi kapal yang memandanginya dengan takjub. Setelah itu, sang penyembuh segera berlalu dari sana.
"Baiklah, Talvar. Ceritakan dari mana asalmu dan bagaimana kamu bisa terdampar kemari." Porsha menatap lurus ke arah lelaki itu, ekspresinya merupakan gabungan penasaran dan kejengkelan yang kentara.
"Ya ampun, sudah kukatakan namaku bukan ...."
"Hei, kau dengar perintah sang Leda! Jawab saja!" potong Ronas dengan tegas.
Talvar menggaruk rambutnya yang berdiri seperti sapu ijuk yang biasa digunakan di bumi, kemudian mendecih. "Baiklah. Sebut saja aku sesuka kalian. Mentang-mentang kalian pemilik kapal ini ... seenaknya saja memperlakukan aku seperti sampah..."
"Kamu menghabiskan nyaris persediaan makanan dua orang untuk satu hari di kapal ini, penyembuh terhebat kami telah menangani dan mengobatimu. Setidaknya kami sudah memperlakukanmu dengan baik. Berhenti mengeluh dan jawab saja pertanyaanku," ujar Porsha yang mulai menampakkan aura seramnya ketika sedang jengkel.
Talvar mengangkat tangannya. "Oke, oke. Aku kan cuma ..." Lelaki itu berhenti mengomel ketika mata indah Porsha mendelik ke arahnya. "Baiklah. Leda. Begitu kan mereka memanggilmu? Aku berasal dari daratan. Ya, di darat. Sebutannya Algapa. Di sana kami mendirikan rumah, menanam di ladang, memelihara hewan untuk dimakan, juga untuk membantu pekerjaan kami. Kehidupan yang biasa saja, tidak ada yang istimewa."
Sepanjang penuturan Talvar, para pemimpin itu saling bersahutan dengan gumaman bingung.
"Berarti di planet ini ada daratan! Itu sungguh kabar yang menggembirakan, Leda!" Ron tak mampu menyembunyikan mimik mukanya yang berseri-seri.
Namun, Porsha tetap tak bisa menyingkirkan kegundahan yang ada dalam hatinya. Rasanya semuanya itu terlalu indah untuk menjadi kenyataan. "Sudah berapa lama kamu ... manusia-manusia yang lain itu tinggal di sana? Apakah kalian juga kelompok yang menyelamatkan diri sewaktu Bima Sakti musnah?"
"Bima Sakti? Maksudnya bumi? I-iya. Nenek moyang kami mendarat ra-ratusan tahun yang lalu. Ya. Sejak itu kami tinggal di Algapa. Be-begitulah."
Talvar kalo rambutnya lagi waras 😅
Mata elang Porsha menangkap perubahan mimik Talvar yang seakan gelisah. Sepertinya lelaki itu menyembunyikan sesuatu. Sayangnya, euforia menemukan daratan membius anak buahnya yang lain, sehingga mereka berseru dan bergumam dengan gembira. Porsha tidak menyalahkannya. Siapa yang tidak bahagia, jika impiannya sudah berada tepat di depan mata?
"Ratusan tahun? Apa nenek moyangmu itu ... pergi ke sini jauh sebelum kiamat?" selidik Porsha, yang berambisi ingin menguliti kepalsuan lelaki ini dan menangkap niat jahatnya.
"Eh? Eh ... eh ... mungkin saja. Aku tidak tahu pasti, kan itu sudah lama sekali. Tapi aku benar-benar tinggal di darat. Tanahnya berwarna merah dan tidak semua bisa ditanami. Air, ada air terjun dan danau di sana. Aku terkejut bahwa ada perairan sebesar ini. Aku belum pernah melihatnya." Talvar bercerita dengan gerakan tangannya yang kesana kemari, seolah ingin menggambarkan apa yang ia katakan.
"Ada ... ada berapa orang yang tinggal di sana? Banyakkah?" tanya Ron.
Talvar menggaruk rambutnya sementara matanya melirik ke sana kemari. "Ti-tidak banyak. Mungkin seratus atau seribu. Ya."
"Itu banyak sekali!" Ron terkesiap, takjub. "Leda, jumlah itu berkali lipat daripada penduduk Astral."
Porsha masih menyipitkan matanya, curiga dengan pernyataan tamu asing di kapalnya.
"Baiklah. Jika kita ke sana, apakah mereka akan menerima kita?" tanya Raga yang benar-benar antusias. "Akhirnya kita akan menetap! Wah, aku sudah tak sabar mencium aroma tanah itu! Katakan, Talvar, apakah baunya lebih segar daripada air?"
"Jelas! Jelas sekali itu!" Talvar tertawa terbahak. "Begini saja. Ayo kita pergi ke Algapa. Akan kutunjukkan secara langsung bagaimana kami hidup dan lain-lain. Daratan itu tempat yang luas sekali, pasti bisa menampung semua orang di sini. Hanya saja ..."
"Hanya saja apa? Apa kami harus memberikan hadiah untuk leda-mu? Katakan apa yang disukainya?" tanya Ron yang sudah tak sabar ingin melihat daratan.
"Ron, tunggu sebentar. Kita tidak bisa sembarangan ke sana!" Porsha berkata dengan nada panik.
"Anakku, ini adalah sesuatu yang kita impikan. Mengapa kita tidak mencoba dulu ke sana, untuk bernegosiasi dengan pemimpin mereka?"
"Nego ... siasi?"
"Ah, itu istilah bumi tentang merumuskan kesepakatan antar kedua belah pihak, sehingga bisa mencapai tujuan yang diinginkan," jelas Ron sabar. "Maafkan aku, sepertinya kita terlalu lama berhadapan dengan kraken, sehingga kita bahkan tak bisa menyambut tamu kita dengan benar."
Porsha berdeham. "Anda benar, Ron. Mungkin itulah sebabnya, aku tak bisa benar-benar percaya dengan orang ini," ungkap sang kapten, terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya.
"Jadi bagaimana menurutmu, Leda? Apakah kita bisa datang ke daratan tamu kita ini, kemudian mencoba bernegosiasi dengan pemimpinnya?" Ron kembali mendesak. Begitu pun dengan tiga lelaki lainnya yang sepertinya sudah tak sabar mencicipi rasanya daratan.
Talvar, di sisi lain, menggigit bibir bawahnya, berusaha menghindari tatapan Porsha yang seakan ingin membunuhnya.
"Minna, bawa pasien ini kembali ke ruang pengobatan." Porsha segera memerintahkan Minna melalui interkom. Setelah Talvar dan Minna keluar dari ruang pusat kendali, Porsha segera berkata, "Baiklah, ini hanya di antara kita saja sekarang. Mari kita diskusikan dengan kepala dingin."
⛴️episode04⛴️
Nah lho, ada yang curiga sama Talvar juga nggak? Kenapa ngomongnya kayak cowok lagi diinterogasi setelah ketahuan ngirim chat mesra ke cewek lain ya? 🤭🤭
Sebelum makin bingung sama cerita ini, mari kita kenalan sama kru Astral, yang penting dan bakal ada sepanjang cerita 😅
Disini Ron udah muncul ya. Berarti semua tokoh utama sudah keluar semua. Bakal ngapain aja mereka? Tunggu kelanjutannya ya 😅
Salam sayang dari Talvar (yang belum diketahui juga nama aslinya) kalo udah kenal catok dan mandi 😍😍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top