Episode 3 Tamu Rahasia
Ronas mengetuk ruang pengobatan yang letaknya satu lantai di bawah ruang pusat kendali. Letaknya memang di atas ruang di mana para penduduk Astral tinggal, sehingga tak banyak orang berlalu lalang di sana.
Pintu terbuka, lalu muncullah seraut wajah yang lembut dan manis. Bibirnya melengkung ke atas ketika menatap wajah lelaki yang ada di hadapannya sekarang, tetapi hanya sesaat.
"Liveda, selamat datang. Apa yang bisa kubantu?" tanya Minna, gadis yang bekerja di bidang pengobatan.
"Aku membawa perintah rahasia dari Leda. Kuharap kamu bisa dipercaya," ujar Ronas dengan wajah dingin.
Minna segera menampakkan mimik profesionalnya, lalu membuka pintu lebar sebelum akhirnya melihat sesosok lelaki asing yang berada di belakang Ronas. "A-astaga!"
"Wah, ada perempuan lain di kapal ini? Woah ... kalian benar-benar sesuatu!" seru Talvar dengan suara yang keras, lengkap dengan seringaiannya yang lebar.
Ronas dengan sigap membekap mulut Talvar dan berkata kepada Minna, "Tim Pemancing menemukannya terapung. Leda meminta kamu untuk mengecek apakah orang ini terluka atau tidak. Karena kemungkinan dia terbawa badai kemari."
Minna
"Manusia ... lain?" Minna tak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya. Namun tatapan dingin Ronas membuatnya segera beralih dengan ekspresi datar. "Saya akan memeriksanya."
"Penyembuh, leda ingin semuanya dirahasiakan. Biarkan dia beristirahat di kamar pasienmu yang tertutup. Aku akan memanggil Jongha untuk menjaganya."
"Ya, Liveda."
Ronas berpaling ke lelaki tengil itu. "Di sini kami punya aturan, dan tolong hormati aturan kami selagi kamu menjadi tamu kami. Jangan berkeliaran sembarangan sebelum leda mengizinkan."
Talvar
"Leda? Siapa leda?" tanya Talvar.
"Pemimpin kami yang kamu temui di atas." Ronas membelalakkan mata ke arah Talvar. "Jangan sembarangan menyebutkan namanya. Jadi kamu harus memanggilnya leda."
"Oh, leda itu jabatan ... hem. Ya sudah. Aku harus apa di sini, aku ... " Talvar menggaruk hidungnya dengan cuek. "Lapar. Bisakah kausuruh leda-mu itu mengantarkan makanan kemari?"
"Saya akan menyiapkan makanannya, Talvar. Anda tidak boleh kemana-mana sebelum leda kami mengizinkan," sahut Minna dengan lembut.
"Oh, baiklah. Baiklah."
"Kau yakin bisa menanganinya selama Jongha dalam perjalanan kemari?" tanya Ronas dengan sangsi. Minna mengangguk. Ronas mendengkus lega, sebelum menarik kerah baju Talvar yang ternyata sedikit keras. "Jangan ganggu siapa pun yang ada di sini. Atau kami tak segan menghukummu."
Talvar mengangguk cepat meskipun wajahnya masih tampak meremehkan. Namun, Ronas harus segera menemui Porsha sehingga ia bergegas ke ruangan bagian keamanan. Jongha adalah pemimpin keamanan di sana, yang biasanya nyaris tak punya pekerjaan, karena situasi di Astral nyaris minim kejahatan.
Jongha
Dengan cepat, Ronas bertukar informasi kepada Jongha yang antusias dengan adanya tugas baru yang menantang itu. Lelaki itu segera ke ruang kesehatan demi memuaskan penasarannya dengan wujud manusia baru.
Sementara Ronas menuju ruang pusat kendali yang letaknya di sebelah ruang kemudi. Mereka memang memisahkan ruangan itu demi efisiensi ruang kemudi, sebab di ruang kendali banyak tersimpan arsip maupun database mengenai sejarah bumi beserta isinya, juga data mengenai planet baru ini yang ditambahkan seiring dengan berjalannya waktu.
Ronas
Porsha menatap gambar benua yang tampil di layar monitornya, dahinya berkerut-kerut saat membaca tentang kandungan tanah dan bagaimana mereka bisa berada di atas lautan atau samudera.
"Leda, saya datang menghadap." Ronas memberikan salam, yang ditanggapi dengan anggukan samar Porsha.
"Bagaimana? Apakah manusia itu bisa dipercaya?" tanya Porsha tanpa berbasa-basi.
"Saya sungguh tidak bisa menjawab, Leda. Situasi ini ... sungguh baru bagi saya. Bagi kita semua."
Porsha manggut-manggut. "Kamu benar. Aku sudah membaca ulang mengenai daratan. Dan tetap saja aku tak bisa mendapatkan informasi lebih. Namun, mungkin saja bentuknya sama dengan gunung Triga, yang ada di bagian selatan."
"Namun, gunung tersebut sungguh tak bisa ditinggali. Saya ragu bahwa daratan akan sama dengan Triga."
Ilustrasi gunung Triga
Triga adalah gunung yang berada di tengah laut, yang laharnya berupa zat yang sama dengan nuklir yang dipakai untuk bahan bakar kapal mereka. Karena wilayah tersebut mengandung zat berbahaya, maka mereka tidak bisa tinggal di sana. Sepuluh tahun sekali, kapal Astral akan melabuh ke sana untuk mendapatkan bahan bakar.
"Aku tahu, tapi itu adalah gambaran terdekat yang bisa kita dapatkan tentang daratan. Namun, jika si Talvar tadi bilang tentang menanam, mungkinkah kita punya harapan bahwa ada daratan yang seperti lempeng benua di bumi di planet ini, untuk bisa kita tinggali?"
"Bisa saja, Leda. Ini akan menjadi prospek yang cerah untuk penduduk Astral," jawab Ronas dengan antusias.
Namun, wajah sebaliknya ditunjukkan oleh Porsha. Ia menggelengkan kepala. "Aku masih tidak percaya bahwa kita akan sedekat itu dengan misi kita. Dan juga ... aku menaruh curiga kepada lelaki itu."
"Dengan Talvar?"
Porsha mengangguk, rambut ikalnya yang diikat dengan serat ganggang itu ikut bergoyang. "Tidakkah kamu merasa aneh ... dengan lelaki itu? Apakah kamu yakin bahwa dia tidak berbuat jahat?"
"Leda, yang kita hadapi adalah manusia, sesama kita. Bukan balenji atau kraken yang ada di tengah lautan dalam yang sering menyerang kita."
Ilustrasi kraken
Mata Porsha terpejam, kemudian ia menggelengkan kepalanya lagi. "Mungkin kamu benar. Manusia di Astral tidak punya niat jahat seperti kraken."
"Kita hanya harus mengenal lelaki itu, Leda. Mungkin juga ... kita bisa datang ke daratan yang ia tinggali."
"Daratan. Astaga. Hatiku masih mengira, rasanya ini impian yang datang terlalu cepat." Porsha mengutip pepatah yang sering dipakai di bumi. Ronas tersenyum. "Mengapa kamu senyum-senyum? Kau kira aku sudah gila, apa?"
Ronas menyembunyikan senyumannya. "Hanya saja, ini pertama kalinya, saya melihat Leda begitu ... bingung."
"Hei, jadi kau menertawakan kebodohanku begitu? Wakil macam apa kamu ini?" sembur Porsha, telunjuknya menuding lelaki yang usianya lima tahun lebih tua daripadanya.
"Porsha, aku mengatakan ini sebagai seorang teman. Harapan itu tidak selamanya berakhir buruk, mengerti?" Lelaki itu memegang wajah Porsha dengan kedua tangannya, seperti yang biasa ia lakukan ketika mengajari gadis itu sewaktu masih kecil.
Mata Porsha mulai mengembun. "Aku tidak pernah punya pengalaman baik dengan harapan, Ronas. Jangan buat aku melambung tinggi, lalu melemparkanku ke mulut kraken." Itu adalah peribahasa yang digunakan oleh para penduduk Astral. Kraken adalah sejenis monster di laut yang berbentuk seperti gurita raksasa. Ia akan muncul ketika sedang ada badai besar di lautan dalam, menyerang siapa pun yang menghalangi jalannya.
Ronas tersenyum. "Percayalah, Porsha. Mungkin Tuhan yang dikatakan para tetua itu, memang nyata adanya. Mungkin ini adalah saat doa kita dijawab oleh-Nya." Di kapal Astral, kepercayaan terhadap Tuhan nyaris aus sama sekali. Sebab setelah generasi pertama habis, kepercayaan mereka tidak bisa diturunkan kepada generasi mereka berikutnya karena pondasi ajarannya sangat lemah dan sering terpatahkan dengan pengalaman hidup mereka selama bertahun-tahun ini.
"Lalu mengapa Tuhan tidak menjawab doaku, saat aku meminta paa-ku kembali?"
*episode03*
Dictionary
Levida : wakil kapten
Leda : kapten
Paa : ayah, papa
Karena sudah diteror jadi ku posting sekarang 😅😅😅
Oke, semua tokoh yang penting sudah muncul ya. Harusnya masih ada satu lagi tapi emang belum saatnya dia keluar 😅. Mungkin ntar kalo situasi genting.
Menulis cerita ini tuh aslinya nyenengin cuma emang risetnya emang harus kuat. Menata world building macam planet Nilakandi ini mayan sulit 🤭🤭🤭. Banyak yang harus dipikirin dan itu juga harus berdasarkan science bukan imaji pribadi 😵😵
Betewe, scene manis-manis Porsha udah muncul sama Ronas. Sama Talvar kapan ya? Apa nggak usah aja karena dia belum ada pendukungnya? 😂😂😂
#authormacamapaini
Oke. Hari ini kayaknya aku mau update dua episode ya. Semoga sempet posting yang satunya. Soalnya targetnya 30ribu kata selama dua hari, jadi aku ngerapel mungkin sehari dua. Secara per episode rata-rata 1000 kata.
Jadi please Keliners do your magic! 🤭
Senggol vote dan komen yang banyak gitu, aku suka soalnya baca komen kalian. Apalagi yang geregetan gitu 😂😂❤
Syukur-syukur nggak cuma komen tapi dikirimin takjilan 🤭✌
Oke, segitu dulu ya. Mau lanjut lagi. Terakhir, dapat salam dari Porsha yang bingung milih antara Ronas dan Talvar, eh salah, bingung karena munculnya Talvar di kapalnya 😂. Kira-kira cowok itu bisa dipercaya nggak ya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top