Episode 2 Harapan akan Daratan

"Wah, apakah aku sudah berada dalam firdaus, sehingga sekarang bidadari yang cantik berada di depan mataku?"

Lelaki itu tersenyum lebar sekali, sampai Porsha mengira ia sudah gila. Tangan gadis itu melambai ke arah wakilnya.

"Hei Ronas, berapa bahasa bumi yang kamu kuasai?" tanya sang kapten, tanpa melepas tatapannya dari lelaki aneh yang masih saja tersenyum. "Orang ini bicaranya aneh."

"Ya, Leda. Saya ... juga tidak memahami bahasa orang itu. Lagipula ada jutaan bahasa yang pernah dipakai di bumi, Leda. Saya tidak menguasai semuanya," jawab Ronas menundukkan kepala.

Porsha menggumam, kemudian ia mencondongkan badan dan menggunakan ujung pedangnya untuk menyentuh lelaki itu. "Hei, hei, kau! Bangun!"

"Ya ampun, tak hanya wajahnya yang cantik, suaranya pun merdu .... Ah, surga. Sini, marilah Sayang, datanglah ke pelukanku," gumam lelaki itu merentangkan tangan dan memeluk Porsha seketika.

"Serangan kepada Leda!" teriak Ronas yang memicu seluruh awak kapal yang ada di sana menodongkan senjata mereka dan memukuli lelaki itu.

Porsha yang terkejut menendang selangkangan lelaki itu dengan lututnya, hingga ia terbebas dari pelukan orang asing tersebut. "Dasar Balenji!"

Balenji, binatang yang suka membuat mimik memelas untuk kemudian mencuri dari hewan lain

Awak kapal masih memukuli lelaki itu sampai ia mengaduh, "Tolong, ampuni aku ... Katanya ini surga kenapa rasanya sakit sekali .... "

Mata lelaki itu benar-benar terbuka dan mendadak saja ia terbangun dan mundur menjauhi gerombolan yang marah itu.

"Kamu telah menyerang Leda kami. Tak ada ampun buatmu!" Raga berbicara lantang, tangannya mengacungkan senjatanya yang seperti tombak tetapi bergerigi di ujungnya.

"Oh, astaga ... Tunggu, tunggu, sepertinya sepertinya .... Oh, kalian bicara bahasa hangul, tapi sedikit aneh, dan ... dan ... " gumam lelaki itu matanya fokus terarah kepada ujung senjata tajam yang mengarah padanya.

"Katakan kamu siapa dan dari mana asalmu!" Ronas menghardik lelaki itu, kemudian mengulangi perkataannya dengan bahasa yang berbeda, supaya ia tahu lelaki itu menggunakan bahasa yang mana.

"A-aku bisa sedikit hangul, ya, ya ...." Sang tamu asing mengangkat kedua tangannya. "Tapi, tapi aku .... "

"Oh, dia mengerti bahasa kita!" seru salah satu awak kapal dengan takjub.

"Namun, wajahnya, bajunya ... entah dari suku mana dia sebelumnya. Apa mungkin ini penduduk asli Nilakandi?"

Porsha merangsek maju dan menodongkan senjatanya ke arah lelaki itu. "Sebutkan saja nama dan asalmu!"

Lelaki itu berpaling, kemudian ia memunculkan senyuman lebarnya sekali lagi. "Oh, kamu si cantik yang memesona, apakah kamu juga ditawan oleh mereka? Jangan khawatir, ada aku di sini. Di tempat asalku aku jago talvar, jadi kamu akan aman bersamaku!"

Porsha

Melihat gelagat aneh lelaki di hadapannya, Porsha semakin kuat menodongkan senjata. "Jangan macam-macam denganku, Talvar. Mundurlah, atau domki ini akan mengggorok lehermu."

Seiring dengan ancaman yang diucapkan sang kapten, semua awak kapal pun bersiaga dan menodongkan senjata mereka. Lelaki itu mundur.

"Oh, ya ampun. Cantik-cantik tapi galak nian. Oke, oke. Aku, aku ..." Lelaki itu gugup dan menggaruk rambutnya. "Aku sepertinya tersesat. Em, aku sedang bekerja di ladang ... dan ada angin tornado yang wush ... membawaku terbang, pergi. Lalu sepertinya aku terbawa ke sini. Di mana ini sebenarnya?" Saat berbicara ia menggerakkan tangannya ke sana kemari, intonasi suaranya pun lebih tinggi dan tampak heboh.

"Ronas, apa kamu mengerti ucapannya?" Porsha melirik ke lelaki yang berwajah serius dan menodongkan anak panahnya ke arah tamu misterius mereka.

Ronas

Tanpa mengalihkan pandangannya, Ronas menjawab, "Ya, Leda. Hanya saja ada yang tidak saya mengerti. Seperti ladang, tornado, wush. Mungkin itu bahasa baru, Leda."

"Oh, bukan, bukan. Itu bukan bahasa baru!"

"Jangan bergerak, kataku!" hardik Porsha, menatap tajam ke arah lelaki. "Jadi, Talvar. Jelaskan pada kami tentang ladang, tornado dan wush itu secepatnya, lalu kami akan putuskan untuk mempercayaimu atau tidak."

Wajah lelaki itu melongo. "Talvar? Namaku bukan ... "

"Hei, lakukan saja yang diminta Leda kami. Atau kami akan menenggelamkanmu sekarang juga!" Raga mendelik ke arah lelaki asing.

Raga

"Oke, oke, baiklah. Kalian ini sungguh tidak sabaran dan kasar sekali. Jadi, aku ini kerja di ladang. Mencangkul, membajak. Tahu tidak?" Lelaki itu menperagakan sedang menggunakan cangkul. "Menanam yaja, untuk dimasak lalu dimakan. Itu pekerjaanku."

"Menanam?" Sekelebat ingatan Porsha mengenai bunga-bungaan yang diceritakan moni-nya segera menyeruak. "Di tanah? Sungguh?"

"Tanah?"

"Dia bilang tanah? Menanam yaja?

"Apa itu yaja?"

"Tanah, dia bilang tanah!"

Awak kapal Astral saling bersahutan, mencerna fakta baru tentang planet yang telah mereka tinggali sejak kemusnahan bumi seratus lima puluh tahun yang lalu.

"Hei, Talvar. Kau bilang menanam, di tanah, kan? Kau ... kau ... " Porsha merasa sedikit kebingungan juga antusias mengenai informasi baru ini. "Kau dari daratan?"

"Nah, itu dia, Sayang! Daratan. Kami sebagian besar bekerja menanam yaja, tola, juga tanaman lain. Ada yang beternak doso, hewan yang besar sekali, tapi dagingnya sangat enak dibakar dengan api!" Lelaki itu mulai santai dan berkata dengan riang. "Kami bahkan suka memakan doso sambil bersantai memandang teyang yang tenggelam."

Mari kita sebut dia Talvar, meskipun entah siapa nama aslinya 😂

"Teyang?" Porsha mengerutkan dahi, semakin takjub dengan lawan bicaranya yang seakan memiliki banyak kosa kata baru.

"Itu lho, bintang yang memberi kita sinar di atas sana!" Lelaki itu menunjuk gaia dengan cengiran lebar di wajahnya.

"Oh, kami menyebutnya gaia."

"Ya baiklah. Terserah sajalah. Namun, apa yang kalian lakukan di sini? Aku sendiri baru tahu ada manusia lain seperti aku di sini. Sepertinya kalian perompak ya? Seperti hikayat bumi kuno? Perompak yang mencari harta karun, ya kan?"

Porsha berdeham, matanya menatap lelaki itu tajam. Ia sedikit antusias dengan informasi daratan yang berasal dari sesama manusia, tetapi ia tak boleh gegabah dan memercayai lelaki ini begitu saja. "Sudah cukup ngobrol dan basa-basinya." Tangannya memberi isyarat kepada para awak untuk menurunkan senjata mereka. "Ronas, bawa tamu kita ini ke ruang pengobatan. Namun aku tak mau dia sendirian. Tugaskan Jongha untuk mengawasi dia ke mana pun dia pergi. Kalian para pemancing, lanjutkan tugas kalian dan jangan menyebarkan berita apa pun kepada penduduk. Ronas, setelah menugaskan Jongha, temui aku di ruang pusat kendali."

"Baik, Leda." Serempak, seluruh awak menjawab perintah kaptennya. Kemudian mereka dengan patuh melaksanakan semua yang telah dititahkan. Melanggar atau melawan leda yang satu ini, akan mendapatkan hukuman fatal. Mereka sudah sering melihat kemarahan sang kapten, yang tidak bisa disepelekan.

Setelahnya, Porsha menuju ruang pusat kendali, menyalakan sebuah komputer peninggalan pesawat luar angkasa yang tersisa. Ia sungguh tak tahan untuk mencari tahu seperti apa daratan itu. Mungkin database bumi akan bisa memberikan sedikit pencerahan. Selama bertahun-tahun, pencarian mereka sama sekali tak membuahkan hasil, sehingga gadis itu nyaris putus asa.

Dua generasi kapten di atasnya, tak jua menemukan daratan hingga akhir hayat mereka. Lantas apa yang bisa membuat perbedaan untuk masa jabatan Porsha kali ini? Gadis itu melayangkan pandangannya ke jendela, mengingat bagaimana wajah lelaki itu serta pakaiannya yang sangat berbeda dengan yang dipakai oleh penduduk Astral.

Apakah Talvar bisa memberikan perbedaan kali ini demi masa depan seluruh manusia yang ada di kapal ini?

*episode02*

Dictionary
Hangul : bahasa Korea yang dipakai di bumi
Talvar : pedang (dalam bahasa yang dipakai oleh si lelaki asing, bukan oleh Porsha dkk)
Domki : senjata yang bentuknya mirip pedang tetapi bergerigi di ujungnya.
Leda : kapten
Moni : nenek
Yaja : sejenis sawi
Tola : sejenis kentang
Teyang : matahari (bahasa Talvar)
Gaia : matahari (bahasa Porsha)
doso : sejenis sapi

Hai, Keliners!

Bagaimana dengan episode kali ini? Makin bingung? Se bingung Porsha yang mendadak dipeluk si Talvar nggak? #ehm

Betewe, siapa ya nama aslinya Talvar? Ada yang bisa nebak? Atau biarkan dia bernama Talvar sampai ending? 😂😂😂

Jadi kira-kira, daratan yang dihuni Talvar itu seperti apa ya? Apakah seperti bumi kita?

Kita tunggu episode berikutnya ya 😄

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top