Episode 18 Badai

Talvar menelan saliva, merasa gugup dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Porsha. Lelaki itu bahkan merasakan jantungnya berdetak terlalu kencang, sampai ia bisa mendengarnya sekarang. Apa yang harus ia katakan kepada sang kapten?

Lampu di layar monitor Porsha berkedip, membuat gadis itu mengalihkan perhatiannya. Sementara lelaki yang sedari tadi gugup, mulai bisa bernapas lega. Telunjuk sang kapten segera menyentuh tombol berwarna merah dan memunculkan Orion, sang pengajar, di layar.

"Leda, pagi ini aku tak bisa menemukan Talvar. Apakah ada kemungkinan ..."

"Dia di sini. Katanya ada yang hendak ia diskusikan denganku. Mengapa? Apa ini saatnya dia mengajar?" tanya Porsha, seolah mengabaikan fakta telah mengobrak-abrik pertahanan Talvar yang sekarang melirik ke arahnya dengan gelisah.

"Bukan, tetapi ia bersikeras mengikuti pelajaran berenang, jadi aku ingin memastikan saat kapal berhenti dua hari lagi, dia tidak berubah pikiran." Orion mengatakan dengan nada geli yang samar. "Dia bilang dia ingin mengesankan seseorang."

Talvar yang mendengar perkataan Orion itu segera tersentak dan memalingkan wajahnya, sementara sang kapten kini melirik ke arahnya. "Oh, mengesankan seseorang. Baiklah. Setidaknya, kali ini tidak ada yang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan lagi. Dia tidak akan berubah pikiran. Aku menjaminnya. Karena kalau dia nanti tidak mau menceburkan diri ke air, aku yang akan menendangnya."

Orion menahan tawanya kemudian berpamitan kepada sang kapten.

"Eh, Leda, kurasa aku sebaiknya kembali dan ..."

"Silakan." Porsha menatap lurus ke arah Talvar, bibirnya menampilkan seulas garis lengkung yang teramat samar. Dengan ekspresi tersebut, lelaki itu merasakan bulu kuduknya meremang. Seolah, ia berhadapan dengan pemangsa, bukannya gadis jelita yang telah mencuri hatinya. "Dan jangan lupakan les renangmu dua hari lagi, Talvar."

⛴️⛴️⛴️

"Leda, aku minta maaf karena menjadi sangat melankolis akhir-akhir ini." Ronas menyampaikan salamnya, ketika ia muncul di ruang kemudi sore itu. "Paa sudah menasehatiku, aku sungguh merasa bersalah padamu."

Kapten itu hanya mengangguk dan tersenyum tipis. "Tak masalah, Levida. Tak banyak yang dikerjakan beberapa hari ini. Kamu butuh liburan."

"Anda tidak pernah libur." Ronas duduk di kursinya, menangkap pergerakan radar yang sepertinya menangkap sinyal dasar laut yang mulai naik.

"Ah, ketika kapal berhenti, aku libur, Ronas. Tak usah menganggapku heroik. Aku juga suka bersenang-senang makan gurita kemarin. Namun, sepertinya arah barat laut ini, tidak menunjukkan gejala yang siginifikan. Bagaimana menurutmu?"

Porsha segera mengamati radar yang mulai menunjukkan bahwa beberapa kilometer ke depan, arusnya sedikit lebih tenang. Tangkapan kamera yang menyorot kondisi luar juga tampak tidak ada yang mencurigakan.

"Benar. Berbeda dengan wilayah lain yang memiliki sesuatu yang membahayakan, sepertinya perairan kali ini lebih tenang. Tak ada kraken, tak ada gunung radioaktif, yang dihuni oleh balenji. Mungkin Anda benar. Kita hanya harus bertahan pada impian kita sejak lama."

"Sebentar, Levida. Kondisi luar tampak terlalu tenang. Bahkan ombaknya pun, terasa kalem sekali. Tidakkah kau pikir ini mencurigakan?" tanya Porsha yang kini menggunakan teleskop untuk mengamati situasi di luar.

"Radar tidak menunjukkan adanya sesuatu yang menghalangi laju kapal kita, Leda." Ronas memegang dagunya. "Tapi sepertinya, ada titik-titik arus yang mencurigakan di sebelah tenggara."

"Tenggara?" Porsha mengarahkan teleskop ke arah yang dikatakan Ronas.

"Saya akan memasukkan koordinatnya."

"Sialan, Ronas! Itu pusaran air!" seru Porsha yang kini merasakan kapalnya mulai terseret oleh gelombang besar air yang mulai besar. "Mengapa radar kita semakin lemah daya tangkapnya?"

"Sepertinya kita harus melakukan pembaruan sistem, Leda. Sudah dua tahun kita tidak memeriksa kapasitas mesinnya." Ronas mengerutkan dahinya.

"Matikan moda autopilot, pegang kendali kemudi. Aku akan memberi pengumuman." Porsha segera berpindah posisi ke kursi Ronas, begitupun dengan lelaki itu. Ronas mematikan fungsi autopilot, lalu tangannya bersiap pada kemudi. Ia menaikkan kecepatan kapal agar bisa keluar dari pusaran air tersebut.

"Pengumuman, warga Astral, di sini Leda kalian berbicara. Saat ini kita sedang menghadapi badai ombak terganas, sehingga kemungkinan kita akan mengalami goncangan hebat. Berkumpullah di aula, pegangan dengan apa pun yang bisa kalian raih, jangan ada yang bersembunyi di kamar tertutup."

Porsha segera menghubungi tim pemancing serta tim penyelam, yang biasa membantunya untuk menangani badai. "Raga, suruh anak buahmu menenangkan para binatang super kita, mereka akan gelisah, serta akan memberontak. Jangan lupa jika dalam kondisi terdesak, lepaskan mereka semua dari kandang, lalu arahkan ke ruang terbuka yang jauh dari penduduk."

"Para kappi yang mulai tidak sabaran, Leda. Sementara mero hanya bergelung di ujung kandang!" seru Raga melalui interkom. "Jungmin sudah berada di sana!"

"Baiklah. Aku butuh kamu untuk ke bawah, bersama tim pekerja kasar. Siapkan bahan bakar lebih banyak daripada biasanya." Porsha cekatan menekan tombol yang terhubung dengan interkom masing-masing pejabat pentingnya. "Jongha, aku butuh kamu serta Ron dan Orion untuk menenangkan warga, suruh mereka berkumpul di ruang terbuka. Jika situasi makin buruk, segera berkumpul ke atas! Lakukan dengan tertib dan jangan panik!"

Segera setelah Porsha meneriakkan instruksi, ia kembali mengambil alih kemudi. Kapal sudah mulai terseret ke dalam pusaran tersebut, membuat ruang kemudi bergoncang lebih keras. Lampu kabin bergoyang-goyang dengan kencang, seolah hendak lepas dari peraduannya.

"Ronas, cek apakah semua baling-baling kita berfungsi normal!" seru Porsha yang mulai kewalahan menarik kemudi demi menyeret kapalnya menjauh.

"Baling-baling tidak ada masalah! Tapi kita tidak bisa melawan arusnya, Leda. Ini terlalu kuat!" teriak Ronas.

"Tidak, ini sepertinya pusaran air yang biasa saja. Tidak ada lubang di dasar lautnya, Ronas." Porsha merasakan adrenalinnya terpompa sampai ke seluruh aliran darahnya. "Kita masih bisa keluar dari sini!"

"Leda, Talvar menyuruh para warga untuk berlindung di kamar mereka! Sebagian warga mulai panik dan kebingungan!" Jongha berteriak ke interkomnya, yang bergema di seluruh ruang kemudi.

"Apa? Balenji sialan! Bisakah dia tidak membuat gara-gara kali ini?" Porsha mempertahankan tangannya pada kemudi. "Ronas, nyalakan interkom pengumuman ke ruang aula!"

Sang wakil kapten berjalan dengan cepat, sekalipun harus terhambat dengan lantai ruang kemudi yang tidak stabil. "Siap, Leda!"

"Perhatian, para warga! Jangan berkumpul di ruang tertutup! Ikuti arahanku! Karena jika ada kerusakan kapal akibat hantaman badai, air akan masuk ke lambung kapal, kalian tidak akan bisa keluar tepat waktu! Patuhlah pada Leda-mu!" Pada akhirnya, Porsha mengucapkan semboyan kapal Astral yang sudah lama tidak ia ucapkan. "Tetap di ruang terbuka, sementara aku berusaha mengeluarkan kapal dari badai sialan ini!"

"Bahan bakar maksimal, Leda!" Raga berseru dari ruang mesin.

"Ronas, tingkatkan kecepatan sementara aku memutar arah!" seru Porsha. "Badai sialan! Balenji sialan! Aku akan membunuhnya setelah selamat dari badai ini!"

*episode18*

Nah, baru aja tenang, udah bikin gara-gara lagi nih si Talvar. Bisakah mereka selamat dari badai?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top