Episode 14 Kehilangan

"Talvar, berhenti. Kamu mau ke mana?" Porsha berlari mengejar lelaki berambut seperti ijuk itu.

"Berhenti mengikutiku. Aku memang orang yang bodoh sekali." Talvar mengucapkan kalimat itu tanpa menoleh.

"Ta-tapi, kamu tamu kami sekarang dan aku hanya tidak mau kamu melakukan hal yang boー" Porsha membekap mulutnya.

Talvar menoleh dan menatap sang kapten dengan pandangan terluka. "Lihat kan? Aku terlalu bodoh sampai tak menyadari semua fakta yang sudah terlihat jelas."

"Tidak, Talvar. Kamu bukan orang bodoh!" Gadis itu berteriak, lalu merasa menyesal mengatakannya. Dia adalah kapten yang disegani oleh semua penduduk Astral, tapi tidak bisa mengucapkan sesuatu yang lebih baik kepada Talvar.

⛴️⛴️⛴️

Kapal masih berlayar dengan kecepatan standar, sehingga Porsha bisa memanfaatkan waktunya untuk memberikan pengumuman.

"Selamat siang, para warga Astral. Di sini Leda kalian yang berbicara. Tentu kalian sudah menyadari kehadirannya, juga sudah banyak desas-desus yang tersebar, jadi kali ini aku bicara untuk meluruskan semuanya. Beberapa hari yang lalu, tim penyelam menyelamatkan seseorang yang terdampar di lautan. Lelaki itu bernama Talvar dan berasal dari daratan. Namun karena kami ingin mengetahui kebenaran mengenai itu, kami sengaja tidak memberitahu kalian. Namun, tentu kalian tahu bahwa Talvar telah mengajarkan materi tentang daratan di sekolah, maka kami memutuskan untuk mengijinkan lelaki itu untuk turun dan bersosialisasi bersama kalian, warga Astral. Aku harap kalian tidak akan membuatnya tidak nyaman atau mengganggu ketenangannya. Mengenai daratan, sesuatu yang kita semua impikan bersama, kita akan segera mendapatkannya. Walaupun mungkin tidak akan semudah yang kita bayangkan, aku harap kalian mau bersabar untuk menantikan prosesnya. Terima kasih dan salam hangat dariku. Porsha."

Gadis itu mengakhiri pemberitahuannya lalu menghela napas. Pengumuman itu akan ditayangkan di beberapa layar yang ditempatkan secara strategis di kapal, hingga semua orang akan mampu melihatnya. Ia sebenarnya ingin menunda perkenalan Talvar, tapi setelah insiden sekolah kemarin tentu tak dapat  dibiarkan begitu saja. Warga Astral pasti akan menuntut jawaban.

Saat gadis itu kembali menekuni layar monitor yang menampilkan keadaan laut di luar kapal, barulah ia merasakan keheningan yang luar biasa.

"Eh? Situasi ini sangat tidak biasa? Tapi mengapa?" gumamnya, lalu ia menoleh ke arah kursi wakil kapten yang kosong. Sepertinya Ronas belum ingin bekerja lagi. Namun, mengapa ia harus membuat keributan seperti itu kemarin? Porsha sungguh tak mengerti.

Lalu ia kembali bekerja dan merasakan situasi yang hening dan tidak seperti biasa. Sebelumnya, ketika Ronas sedang tidak bekerja, keheningan seperti ini sudah biasa. Namun, hari ini rasanya mengapa ada sesuatu yang kurang?

Porsha menoleh ke belakang dan menemukan Talvar yang duduk di meja belajar Ronas, sedang menulis sesuatu di atas tablet yang memang diberikan oleh sang kapten kemarin. Gadis itu menghela napas. Lelaki itu sedari tadi bersamanya, tapi sama sekali tak ada suara yang muncul dari bibirnya. Bukankah itu aneh?

"Em, Talvar, aku ... telah memberikan ijin untukmu mengajar, tapi nanti Orion akan mendiskusikan mengenai jadwal serta materinya. Kamu bisa kan turun ke bawah dan menemuinya nanti?" Porsha berkata dengan canggung. Tapi mengapa aku harus canggung begini?

Lelaki itu hanya mengangguk. Mimik mukanya sedatar permukaan laut yang tenang.

"Dan aku tak bisa mendampingimu seharian ini, jadi aku meminta Jongha untuk bisa menjadi pemandumu sampai kamu siap beradaptasi, apakah kamu keberatan?"

"Aku bukan anak kecil yang harus Anda kawal setiap saat. Leda." Talvar mendengkus, kemudian kembali memusatkan perhatiannya kepada tablet di hadapannya.

Porsha tersentak. Ya ampun, sikap apa-apaan itu? Sang kapten berdiri dan menghampiri lelaki itu, "Hei, apa-apaan sikapmu ini?"

"Memangnya apa yang aku lakukan?" Pertanyaan yang diajukan oleh Talvar itu membuat Porsha kebingungan.

"Kau ... kau itu ... aku kan tidak menganggapmu anak kecil. Mengapa kamu harus berkata sedingin itu padaku?"

"Aku hanya berbicara fakta. Dan jika tidak ada yang dibicarakan lagi, silakan kembali ke tempat dudukmu, Leda. Aku butuh fokus sekarang."

Tangan Porsha terangkat tetapi ia urungkan niatnya untuk menuding lelaki itu. Segala sesuatu yang diucapkan Talvar benar adanya, tetapi mengapa ia merasa semuanya sangat salah?

Mengapa ada sesuatu yang hilang dari dalam hatinya, ketika lelaki itu menjauh darinya?

⛴️⛴️⛴️

"Orion mengatakan padaku, untuk meminta ijinmu." Talvar berkata keesokan harinya setelah ia selesai mengajar. Rambutnya masih seperti kain pel untuk membersihkan lantai, tetapi dengan pakaian pengajarーpasti Orion yang meminjamkan bajunyaーlelaki itu tampak rapih dan berbeda dengan yang biasa Porsha lihat.

Porsha mendongak dan mengerutkan dahinya. "Ijin untuk apa?"

"Aku dan dia akan tinggal bersama, sehingga kami lebih mudah berdiskusi dan tidak akan menghabiskan waktumu untuk mengawasiku di sini." Lelaki itu memasang tampang datar, seringaian yang sering ia tunjukkan kepada Porsha seakan lenyap begitu saja.

"Aku tidak menghabiskan waktuku!" sergah Porsha cepat, tetapi ia kemudian menggigit bibir bawahnya. Gadis itu berdeham. Ia merasa harus mengimbangi sikap dingin Talvar dengan respons yang sama. "Aku ... butuh data darimu tentang daratan ... agar aku ..."

"Orion akan melaporkan hasil diskusi kami, juga video saat aku mengajar kepadamu untuk kamu input ke data apalah itu namanya." Talvar mengucapkan kalimat itu, nyaris tanpa ekspresi.

Mata Porsha mengerjap beberapa kali, merasa ada sesuatu yang menempelkan sengat viper di sana sehingga rasanya sangat pedas. Karena mendadak saja, ia ingin menangis, entah karena apa. "Baiklah. Kau dapat ijinku. Jika Orion butuh tempat tidur tambahan untukmu ..."

"Aku biasa tidur di mana pun. Kantong tidur itu pun juga tak masalah." Talvar kemudian menghela napas kasar sebelum mengangguk samar sebagai kode berpamitan. Situasi terasa sangat tidak menyenangkan sekarang, sehingga kedua orang itu menjadi canggung dan salah tingkah.

"Baiklah. Pergilah." Porsha menelan saliva dan menundukkan kepalanya, tak mengerti dengan suara-suara yang sedang berdebat dalam kepalanya, yang seakan enggan membiarkan lelaki itu jauh dari pengawasannya.

"Dan Leda, jika kita bertemu lagi nanti, tolong jangan lakukan itu." Talvar memunggungi sang kapten, tetapi kepalanya menoleh ke arah gadis itu berada.

"Maaf? Melakukan apa maksudmu?" Porsha kebingungan dengan perkataan lelaki itu.

"Menatapku seolah kamu tak ingin aku jauh darimu. Permisi."

Langkah kaki lelaki itu menjauh dan pintu ruang kemudi segera menutup di belakangnya. Porsha tertegun sesaat setelah mencoba memahami perkataan Talvar.

"Apa sih maksud perkataannya itu? Huh!" seru gadis itu seraya berdiri dan meninju meja. Namun sejatinya, ia sendiri tidak tahu mengapa hatinya terus menerus diserang gundah ketika Talvar tak lagi berada di dekatnya. Ia kembali duduk dan tenggelam dalam kebingungannya sendiri.

*episode14*

Ehm, ada yang merasa kehilangan. Kayaknya Porsha kangen gombalannya Talvar nih.

Terus si Ronas ini habis mancing perkara, ngilang lagi kayak temen yang lagi ngutang.

Bakal gimana kisah mereka berikutnya?

Coba komen dulu buat puk puk si Porsha yang lagi galau

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top