Episode 13 Keributan
Talvar tak menyangka bahwa ia akhirnya bisa sampai turun ke bagian ruangan, di mana para penduduk Astral tinggal. Lelaki itu terpesona dengan tatanan ruangan di sana, seolah mereka berada dalam gedung yang dibangun di atas tanah, bukannya kapal laut. Sentuhan modern dan futuristik menjadi tema desain interior di dalamnya.
Ilustrasi kapal Astral
Kakinya seakan lebih ringan daripada biasanya. Ia bertekad menjelajahi setiap sudut ketika ia menemukan tulisan 'SEKOLAH' serta anak panah yang berada di sisi kanan ruangan tersebut. Talvar tersenyum lebar, tak memedulikan orang-orang yang kebetulan melintas dan melihatnya, ternganga saking kagetnya.
"Siapa itu?"
"Apa penduduk baru?"
"Apa aku pernah melihatnya? Sepertinya tidak."
"Lihat rambutnya! Aneh sekali. Tapi pakaiannya mirip dengan pakaian kita!"
"Itu orang asing!?"
"Siapa dia itu?"
Talvar tersenyum dan terus melangkah, menerobos masuk ke ruangan yang cukup besar dengan penuh percaya diri. Baru kali ini lelaki itu melihat, puluhan anak dari berbagai ragam usia berkumpul, duduk dalam barisan meja dan kursi yang teratur. Seorang lelaki yang berada di depan, menatapnya dengan rasa ingin tahu.
"Selamat siang semuanya!"
"Selamat siang," jawab para murid serempak.
Setelah itu kasak-kusuk mulai berdengung seperti kawanan lebah. Lelaki ituーTalvar mengasumsikan bahwa dia adalah gurunyaーmendekati Talvar dan bertanya, "Tapi siapa Anda?"
"Aku?" Talvar menyeringai lebar, kedua tangannya bersedekap. "Aku orang dari daratan."
⛴️⛴️⛴️
"Tapi, mengapa Anda tidak memberitahuku sama sekali, Leda. Aku sangat terkejut ketika lelaki asing ini tiba-tiba datang dan memperkenalkan diri sebagai orang daratan. Aku sudah berpikir bahwa aku sudah gila!" Orion, sang pengajar di kapal Astral itu segera melayangkan protesnya.
Porsha tersenyum tipis, meskipun pelipisnya mulai berkedut. "Sebenarnya, aku belum tahu pasti mengenai hal ini, Pengajar Orion. Karena itu aku merasa tidak ingin Talvarーorang asing yang menerobos masuk sekolah tadiーturun ke bawah dulu. Namun, dia sepertinya punya ide mengenai mengenalkan daratan kepada para murid. Aku minta maaf jika itu mengganggu kelasmu."
Mereka sedang berada di luar ruangan sekolah, sementara Talvar di dalam sedang menerangkan daratan secara geografis.
Porsha berhasil menyusul Talvar, tetapi lekaki itu sudah bersemangat menjelaskan daratan kepada para murid yang antusias dengan orang baru yang datang di kelas mereka. Karena itu, demi mencegah keriuhan lebih parah lagi, Porsha segera memperkenalkan Talvar kepada murid yang ada di sana dan meminta pengajarnya keluar untuk bicara.
"Benarkah dia dari daratan, Leda?" tanya Orion, yang juga memasang wajah penuh harap.
Gadis itu menghela napas. "Aku berharap, bisa menjawab pertanyaanmu itu dengan yakin, Orion. Sayangnya, aku juga ... tidak yakin."
Anehnya, sebagai orang yang mengaku pekerjaannya adalah petani, Talvar sangat mahir bercerita. Porsha mengawasinya dari jendela kaca yang transparan, di mana lelaki itu suka sekali menggerakkan tangan dan anggota tubuhnya untuk memperagakan ucapannya.
"Struktur tanah algapa, tidak semuanya gembur atau subur. Ada beberapa wilayah yang tandus sama sekali. Namun, kandungan mineralnya cukup tinggi. Tanah yang banyak mengandung hara, berwarna merah. Ini sedikit berbeda dengan tanah yang ada di bumi, yang mayoritas berwarna cokelat." Talvar bahkan mengambil sebuah stylus dan menggambarnya di layar monitor besar yang berfungsi sebagai papan tulis.
Para murid memandangi lelaki itu dengan sorot mata kagum. Apalagi, pembawaannya yang santai, juga sering melontarkan candaan, membuatnya tampak mengagumkan. Porsha menyadari sisi Talvar yang lain, yang mulai mencairkan keraguannya tentang lelaki itu.
"Mungkin, dia memang benar-benar dari daratan. Tidak. Dia memang berasal dari daratan," gumam Porsha, matanya sedikit berkaca-kaca. Sebentar lagi, mereka akan benar-benar mendarat setelah 150 tahun.
"Maaf? Apa yang Anda katakan, Leda?" tanya Orion.
Porsha tersentak, menyadari bahwa Orion masih berada di sebelahnya. "Oh, tidak apa-apa. Aku akan kembali ke ruang kemudi. Setelah kelas usai, bisakah Anda menyuruh Talvar ke ruanganku secepatnya? Anda bisa berdiskusi dengannya nanti."
"Ah, ya. Tentu saja, Leda. Terima kasih atas pengalaman terbaru yang menyenangkan ini."
Gadis itu tertegun. "Mungkin Anda bisa menyampaikan terima kasih itu kepada Talvar. Dia membuat kelas Anda menjadi sangat menyenangkan."
⛴️⛴️⛴️
"Apa hukuman yang akan kau berikan padanya, Leda?" Ronas menghadang langkah sang kapten yang baru saja memasuki ruang kemudi.
"Levida, kau sudah siap bekerja?" tanya Porsha, merasa senang karena akhirnya wakilnya sudah keluar dari kamar.
Wajah Ronas tampak sangat marah. "Anda sudah memerintahkan dia untuk tetap di ruang kemudi, sampai keputusan berikutnya. Namun dia malah keluar tanpa ijin Anda, Leda. Lelaki itu sudah bersikap seenaknya."
"Dengar dulu, Ronas. Dia tadi ..."
"Aturan di kapal kita sungguh tegas, Leda. Bukankah itu yang sering Anda katakan?" Ronas kembali mendesak.
Atmosfir di ruangan itu sungguh terasa tidak nyaman. Porsha merasa aneh dengan respon Ronas yang kelihatan sekali membenci Talvar. Padahal sebelumnya, sang wakil kapten selalu melarang Porsha untuk melukai tamu mereka. Namun mengapa sekarang sikap lelaki itu berubah?
"Kita tidak akan membunuhnya, Levida." Porsha mengucapkan itu dengan suara bergetar. "Kita bersumpah akan melindungi setiap nyawa yang ada dalam kapal ini sampai semaksimal mungkin."
Ronas membuang muka dengan angkuh. "Aku tidak meminta Anda membunuhnya."
Kini giliran Porsha yang dirundung amarah. "Lantas apa maksud perkataanmu itu, Ronas? Dia sudah sering berbuat kurang ajar dan kamu selalu melindunginya, lantas sekarang apa-apaan ini? Mengapa kamu begitu ingin menghukum orang yang sudah berperan penting bagi pendidikan generasi keempat?"
"Anda membela lelaki itu? Talvar?" Lelaki itu berdecak kesal.
"Aku tidak membela siapa pun. Talvar menjadi pengajar yang baik di bawah sana, meski pun sikap kurang ajarnya melanggar aturan. Namun itu bukan suatu hal besar," ujar Porsha, wajahnya merah padam.
Tak lama, Talvar datang ke ruang kemudi dan merangkul bahu sang kapten dengan santai. "Apa kataku, Leda. Mereka jauh lebih antusias dengan kelas yang kuajarkan. Seharusnya kamu lebih cepat menyuruhku mengajarkan semua yang kutahu tentang daratan ke semua wargamu. Kini si pengajar itu ingin tahu apakah kamu akan memberikanku ijin mengajar lagi pada pertemuan berikutnya." Lelaki itu tetap dengan cengiran lebarnya, bercerita tentang kelasnya.
"Dan itu membuatmu boleh seenaknya menyentuh tubuh Leda, Talvar? Bukankah itu adalah sikap kurang ajar bagi seorang tamu yang sudah diselamatkan dari maut?" Perkataan Ronas terdengar sangat sinis.
"Ronas!" tegur Porsha.
"Hei, jangan terlalu kaku dan tegang. Lagipula aku tidak melakukan hal yang mengancam nyawa. Mengapa kamu harus bersikap segetir itu?" Talvar mendorong gadis itu ke belakangnya, lalu berdiri menantang Ronas.
"Kemarin kamu telah membuat nyawa Leda kami terancam karena kebodohanmu," ucap Ronas dengan angkuh.
"Sudahlah, Ronas. Kita akan bicarakan ini dengan kepala dingin, ingat?" Porsha berusaha mendekati wakilnya, tetapi tangan Talvar mencengkeram pergelangan tangannya, mencegah gadis itu menerima kemarahan Ronas.
"Sebagai wakilnya, tidakkah sikapmu yang lebih keterlaluan? Kau berkata kurang ajar kepada kaptenmu!"
"Kamulah yang bersikap kurang ajar. Apalagi kamu sudah bersikap seenaknya dan menyentuh tubuh tunanganku sesuka hatimu." Kedua mata Ronas menatap tajam wajah Talvar.
"Apa maksudmu? Tunangan?" Raut wajah Talvar mendadak berubah sendu. Ia menoleh ke arah Porsha yang hanya bungkam.
"Benar. Aku dan Porsha sudah bertunangan."
*episode13*
Episode ini pasti akan menjadi berita gembira untuk kubu PRonas 😄😄😄
Bagaimana, bagaimana? Sudah puas dengan berita gembira ini? Gimana menurut pendapat kalian?
Oke, karena semua tim terorojingku udah pada posting nyuruh aku untuk update, ya sudah. Aku sudahi dulu sampai sini. Lanjut lagi di episode berikutnya.
Betewe, mungkin kalian bisa komen buat menghibur si Talvar, yang syok karena mendengar kabar gembira di atas 🥲
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top