Episode 1 Sebuah Penemuan

Badai akhirnya berakhir dan menyisakan permukaan air laut yang tenang. Langit pun bersih, tiada kabut yang menutupi gaia yang bersinar terang. Ini akan menjadi permulaan yang sempurna, setelah tiga hari berturut-turut, ayunan ombak membuat kapal Astral terambang tanpa tahu arah.

Porsha

Porsha, sang kapten, menatap layar monitor dengan tekun. Di sebelahnya, seorang lelaki yang berambut panjang, mencatat pergerakan kapal mereka yang terbawa jauh dari titik awal mereka sebelumnya.

"Kita kembali ke bagian tenggara, Leda. Jadi kita bisa memutar kembali dan menghindari pusaran angin yang selalu terjadi di wilayah itu tepat pukul dua siang."

"Hmm. Baiklah, tapi kurasa sebaiknya hari ini kita berhenti dulu. Radar ini menunjukkan ada banyak ikan di bawah  sana, sedangkan persediaan makanan kita mulai menipis," ujar Porsha dengan tegas. "Ronas, perintahkan tim pemancing untuk bersiap."

Ronas

"Baik, Leda." Ronas, sang wakil leda, segera berbicara melalui microphone yang tersambung ke kamar para pemancing.

"Hei, ini terlalu mendadak, menyiapkan jaring tak semudah mengikat rambutmu, kau tahu!" Omelan Raga, sang kepala pemancing terdengar keras melalui speaker di ruang kemudi itu.

Bola mata Porsha berputar. Tangannya cekatan merebut mic dari wakilnya dan balas berteriak, "Hei, jaga bicaramu, kau pemancing sialan! Sopan sedikit jika bicara dengan Ronas! Dia ini juga wakilku, jangan karena dia pendiam lalu kau bisa bicara seenaknya! Siapkan saja jaring sialanmu itu dan bawakan kami ikan-ikan segar! Badai telah membawa kita ke tempat bagus dan jangan kausiakan karena kemalasanmu, ngerti?!"

"Ya, baiklah, baiklah! Sialan, bagaimana mungkin Leda mendengarnya ... "

"Aku masih mendengar ucapanmu, dasar bodoh!" Porsha memaki dan panggilan itu terputus.

"Leda, tolong lembutlah sedikit kepada para pekerja. Mereka telah bekerja keras untuk membuat kehidupan kita nyaman selama ini," tegur Ronas.

Perempuan itu melirik kesal, "Kau ini wakilku, tegaslah sedikit. Mereka itu harus bersikap hormat kepadamu juga. Jangan menjadi lembek seperti repu menjijikkan di dalam laut!" Repu adalah binatang laut yang berbentuk seperti cacing yang besar dan memiliki badan yang gembur.

Ilustrasi repu

"Bersikap sedikit lembut, takkan membuatmu menjadi lemah, Leda." Lelaki itu menghela napas. Meskipun perempuan di hadapannya itu lebih  muda darinya, tetapi keahlian dan kecerdasannya jauh lebih unggul, sehingga ia diangkat menjadi leda di usia lima belas tahun.

"Sudahlah, Ronas. Jangan menggangguku dengan hal yang tidak penting. Hari ini cerah, tanpa kabut. Bahkan gaia di atas sana bersinar terang .... Kukira aku akan berjemur dan sedikit berenang menikmati hari." Porsha memandang riang ke arah jendela yang menampilkan pemandangan di luar kapal. Wajah sumringah kapten memang jarang terlihat, meskipun perempuan itu tidak pernah benar-benar tersenyum atau tertawa.

"Baiklah. Sepertinya hari ini tidak akan ada banyak gangguan. Aku akan menambah beberapa koordinat baru kita ke dalam peta," ujar Ronas.

"Oh, tambahkan di catatan bahwa titik ini sepertinya memiliki ikan yang banyak sekali. Kita bisa kembali kemari jika sumber persediaan makanan kita menipis." Porsha mengikat rambutnya dengan potongan kain yang terbuat dari serat ganggang laut. "Aku akan keluar dan semoga hari ini aku tidak akan mendapatkan gangguan .... "

"LEDA! Kami menemukan mayat!"

Wajah Porsha segera berganti dengan ekspresi gusar. "Apa, apa, apa?!" Rasanya tidak sekali pun dia merasakan ketenangan sejak menjadi kapten.

"MAYAT, Leda! Ulangi, kami menemukan mayat!" seru Raga dengan panik.

"Hei, dia ini ngelindur atau apa, apa dia salah mengirai bangkai paus sebagai mayat?" Porsha mendelik kesal ke arah wakilnya yang juga memasang wajah kebingungan.

"Aku akan menanyakan kebenarannya, Leda." Ronas segera mengambil mic dan berkontak dengan sang kepala pemancing.

Mayat? Porsha mengerutkan dahi, yakin bahwa penduduk Astral tidak ada yang dalam kondisi sakit. Juga tidak ada laporan dari internal bahwa ada korban jiwa dalam badai kemarin. Perempuan itu duduk di kursinya, masih mencerna fakta itu. Mungkin itu bangkai makhluk baru, yang belum diidentifikasi oleh para pendahulunya dan itu wajar. Sebagai penghuni baru planet Nilakandi, tentu ada banyak spesies yang belum pernah mereka temui. Namun mayat? Di luar kapal ...?

"Leda, sepertinya Raga benar-benar menemukan sesosok mayat di arah utara kapal, tak jauh dari jaring yang ia tebarkan di laut. Perlukah ... kita terjunkan tim untuk mengambilnya?" tanya Ronas ragu-ragu.

Tentu lelaki itu juga memiliki keraguan yang sama. Selama seratus lima puluh tahun sejak Astral mendarat secara darurat di planet ini, mereka belum pernah menemukan adanya keberadaan manusia lain. Bahkan penduduk asli planet kebanyakan didominasi oleh spesies ikan dan hewan laut, juga beberapa spesies hewan yang mampu mengeluarkan kekuatan super. Namun para hewan ini tidak pernah memiliki komunikasi atau komunitas seperti manusia bumi. Karena itu, kata mayat yang terucap dari sang kepala pemancing pagi ini, sungguh membuat takjub.

Porsha melirik ke arah Ronas ragu-ragu. Namun setelahnya ia memberikan perintah, "Terjunkan tim dua. Mari kita periksa ke atas dek."

Lelaki itu mengangguk. Tanpa menunggu Ronas mengucapkan perintah kepada Raga, perempuan itu segera meraih senjatanya yang berbentuk seperti pedang dengan ujung bercabang dan runcing, berjaga-jaga dengan kemungkinan terburuk.

Ilustrasi senjata Porsha

Pikiran Porsha berkelana liar. Dalam hati kecilnya, ia meneriakkan kemungkinan yang selama ini ia inginkan, tetapi hal itu terasa mustahil. Tidak, perempuan muda itu menggeleng. "Lupakan saja, fokus pada misimu, Porsha."

Saat kakinya mencapai atap pesawat yang sudah dimodifikasi menjadi dek kapal, tim dua yang diperintahkan Ronas telah bersiap terjun ke dalam air. Tim dua itu telah menyiapkan mero, hewan yang mampu memberikan gelembung udara ketika tim tersebut menyelam. Butuh bertahun-tahun latihan untuk tim tersebut dalam melatih mero, tetapi sekarang hal itu menjadi sangat biasa.

Ilustrasi mero

Porsha berdiri di ujung dek, menatap benda panjang yang mengapung, tak jauh dari tebaran jaring milik tim Raga. Kepala pemancing itu juga menggigit bibir bawahnya, sementara tatapannya tak lepas dari obyek yang dilihat sang kapten. Ronas menyusul lima menit kemudian, berdiri di belakang Porsha, sesuai protokol yang ditetapkan oleh kapal tersebut.

"Menurutmu apa benar itu manusia, Ronas?" tanya Porsha, tanpa sadar memeluk erat gagang senjatanya.

"Mungkin saja, Leda."

"Apakah ini pertanda baik bahwa ada manusia lain yang juga menghuni planet ini selain kita?"

Pertanyaan itu sungguh membingungkan. Sampai akhirnya tim dua berhasil mengangkat benda tersebut dan membawanya ke hadapan sang kapten.

"Manusia!"

"Itu manusia!"

Mata Porsha membelalak. Rupanya itu benar-benar manusia. Seorang lelaki yang pakaiannya tampak aneh, juga rambutnya. Ragu-ragu, gadis itu menggerakkan ujung pedangnya untuk menyentuh mayat itu.

"Dia bergerak, Leda! Dia masih hidup!" pekik Raga sedikit histeris.

Porsha segera memberikan kode kepada tim dua untuk mengarahkan mero pada lelaki itu. Hewan kecil itu cekatan menghisap air yang masuk ke dalam paru-paru lelaki itu, hingga ia tersedak.

Mata lelaki itu membuka, saat Porsha menatapnya dengan dahi mengernyit. Bibir lelaki itu tampak kering dan pecah-pecah ketika terbuka seakan ingin mengatakan sesuatu.

"Wah, apakah aku sudah berada dalam firdaus, sehingga sekarang bidadari yang cantik berada di depan mataku?"

*episode01*

Bagaimana perkenalan pertama kali ini? Semoga nggak membingungkan ya. Sebenarnya ada beberapa istilah yang menggunakan bahasa lain yang digunakan dalam cerita ini, tetapi aku nggak jadi pake takutnya bikin nggak paham.

Aku mencoba memberikan ilustrasi mengenai hewan di planet Nilakandi maupun senjata yang dipakai oleh Porsha. Plus visualnya dong 🤭🤭🤭

Mohon maaf, aku kayaknya nggak nahan kalo nggak kasih visual buat karakternya, apalagi tadi dikomen namanya kurang jelas cewek dan cowoknya. Semoga dengan ilustrasi bisa menjawab ya.

Oke, sekian dulu. Mau marathon lagi, sebelum ditagih sama tim terornya 🤭

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top