5. Anak Itik Menjawab
"Good afternoon, hello boy, come here, boleh kah minta itu kerupuk sama kacang?" Kata pak Jamal dosen mata kuliah Mesin Perkakas pada seorang mahasiswa bernama Yayan yang makan kerupuk dan kacang dikelas beliau.
"Dai Nippon! Banzai!" Teriak para mahasiswa pada Yayan yang minta maaf sambil menunduk kaya orang lagi sholat posisi rukuk.
"Oke boy, you no ngemil lagi di kelas I,tolong ya boy, what you understand boy?"
"Full yes sir," mendengar jawaban Yayan para mahasiswa pun tertawa.
"Mahasiswa Britan totok!"
Tito sedang duduk dikelas, hari itu dosenya Mr.Jamal Van Flinkrus, Mr.Jamal berasal dari Suriname, "oke saudara-saudara, coba jelaskan itu aerodinamis? Coba kamu yang main hp terus itu, jelaskan tolong, kalau tidak bisa nilai F, oke."
Riki mahasiswa yang sejak tadi selfie-selfie sendiri pakai hp Ari, "eh awas ya kalau hpku diambil, sialan benar kau Ki!" Kata Ari marah.
"Iye dasar si Air," Riki yang cengengesan memcoba menjawab, "Aerodinamis itu anu pak, eee itu anu, anu itu pa, anunya itu," jawab Riki sambil garuk-garuk kepala.
"Anunya Riki pak," jawab Tito.
"Bangsat," bisik Riki pada Tito.
"Hus! Ngaur kamu Tito, tidak boleh anu Riki kausebut, porno," kata Mr.Jack. "coba yang lain tolong itu jawab?"
"Aerodinamis itu mungkin pemindahan tekanan kesegala arah yang sama besar dengan suatu cairan," jawab Ari.
"Dosa besar itu, itu perinsip alat hidrolik, bisa ditempeleng pak Habibi kau nanti. Ada lagi, ada yang mau nilai dikelas."
"Peralatan yang merubah tenaga termis, menjadi bahan bakar tenaga mekanis melalui peroses pembakaran pak,"kata Riki sambil senyum-senyum.
"Kau lagi, tapi kau masih berdosa. Bapak tanya aerodinamis malah dijawab pesawat polar, ngaco kalian, bisa disuruh salto sama James Watt. Aerodinamis itu..." tiba-tiba alaram kebakaran berbunyi, "ya sudah kita keluar dulu, tak mau aku mati bersama kalian."
Maka berhamburan para dosen dan mahasiswa di kelas-kelas terori, "kebakaran dimana?" Tanya seorang dosen.
"Tidak ada kebakan," kata salah satu petugas keamanan kampus.
"Apa alaramanya rusak?"
"Tidak tau juga pak, mungkin ada yang tekan-tekan itu tombol alaram di dinding."
"Bah! Bangsat!"
"Kebakaran! Kebakaran!" Kata salah satu mahasiswa.
"Di ruang mana kebakaran?" Tanya mahasiswa lain.
"Di neraka."
"Ah! Postdam!" (Postdam kata lelucon yang berati ada-ada saja, namun bila ditinjau dalam artian sebenarnya postdam adalah nama perjanjian diperang dunia II, entah siapa biang kerok menyalah artikan Postdam, dosa besar untuk si pelaku.)
Setelah insiden alaram, dosen jadi malas masuk kelas lagi, malah membahas masalah Arcenal Vs Manchester United tadi malam, lalu obrolan para dosen berubah menjadi mahalnya harga cabe dan daging sapi, lalu berubah lagi kemasalah Freeport, berubah lagi kerencana pemda tentang penutupan lokalisasi, dan yang terakhir berubah menjadi masalah LGBT.
Tito sedang membolak-balik blue prin rancangan mesin pemotong kayu bansaw dikantin, "mau buat itu ya?" Tanya Ati baru datang.
"Disuruh memodip ini mesin sinting, eh, si Badri mana?"
"Katanya tadi mau keluar dulu, mau beli pulsa."
"Begitu."
"Rencananya di modip bagaimana?"
"Ini mesin boros listrik Ti, jadi mau dikurangi dayanya."
"Kalau dayanya dikurangi, mesinnya jadi lemahkan To, bagaiman pakai bahan bakar minyak saja."
"Bisa, jenius itu, nanti dicoba, seperti mesin pemotong rumput itukan."
Jam 11:00 jam kuliah Tito dan Ati sudah tidak ada lagi hari ini, jadi mereka pulang, saat lagi asik berjalan, sebuah mobil merah lewat didepan Ati dan Tito, kaca mobil itu terbuka terlihat dua orang mahasiswin didalamnya sedang bercanda.
Tito dan Ati saling pandang lau tertawa, "Ti kalau sudah lulus rencana kamu apa?"
"Aku mau kerja, mengumpulkan uang buat biyaya S2, aku pengen jadi dosen To. Kalau kamu To?"
"Aku mau kerja diperusahan kayu."kata Tito, "Ti, coba liat itu," Tito menujuk kearah tembok bangunan pabrik batu bata usang betuliskan 'Tembok Ratapan, Yang Jomlbo Biar Dapat Jodoh Jedotin Kepala Lo Ketembok Ini Sampai Pecah, Oke Boy!'
"Lho, tembok ratapan, dicoba saja To, jedotin kepala kamu," kata Ati sambil tertawa.
Tito tertawa, tapi sebenarnya Tito tadi bukan bermaksut menujuk tembok malinkan menujuk sebuah tanaman, ada bunga anggrek tumbuh ditembok itu, Ati masih tidak sadar, masih saja dia menertawakan tulisan ditembok itu, sementara itu Tito hanya senyum-senyum saja.
Mereka melanjutlan perjalanan untuk pulang, Tito bersiul, siulannya menyerupai lirik sebuah lagu, lagu als de orchideen bloeie.
Bunga anggrek mulai timbul,
Aku ingat padamu,
Waktu kita masih kumpul,
Kau duduk disampingku,
Dibawah sinar rembulan,
Sinar bulan purnama,
Didalamnya taman bunga,
Dengan saling mencinta,
* Tetapi kau kini jauh,
Sudah ada yang punya,
Hatiku sedih dan pilu,
Bila ingat dulunya,
Bunga anggrek mulai timbul,
Aku ingat padamu,
Terkenang yang sudah lalu,
Waktu kau mencintaku.
*Maar ne baar je van een ender,
Vo orbij is de romantiek,
Kom toch terug bij mij weder,
Jou wergeten kan ik niet,
Als de orchideen bloeien,
Dan denk ik terug aan jou,
Denk toen die zoete tijden,
Toen je zei: ik hou van jou.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top