Day 6 - Hutan Mangrove

Aku mengedarkan pandangan pada hamparan hijau pepohonan mangrove di hadapan. Hampir tiga tahun di Jakarta, aku bahkan baru menginjakkan kaki di salah satu hutan kota yang terletak di kawasan elit ini. Jangan heran begitu. Hidupku selama bekerja di Jakarta hanya bersiklus kantor-apartemen-andalusia.

Ya, kadang-kadang masih nongkrong juga sih. Itu pun cuma di coworking space langganan. Atau sesekali hangout dengan teman-teman sekantor. Bagiku, kalau ingin berlibur sekalian saja ke Puncak atau Bandung. Bayang-bayang kepadatan Jakarta pasti lenyap seketika.

Suara shutter kamera membuatku menoleh. Senyum yang terukir di raut manis gadis berambut sebahu di sampingku mau tidak mau ikut membuatku tersenyum.

"Gimana, sekarang percaya kan ada hutan kota di Jakarta?" tanya Naraya dengan nada meledek.

Aku tertawa kecil. Lalu ikut melihat hasil jepretan Nara sejak kami menginjakkan kaki di sini. Bisa dibilang, ini adalah 'antimainstream date' kami yang kedua. Setelah Jum'at lalu aku mengajaknya ke Andalusia, panti asuhan tempatku melepas lelah setelah seminggu penuh bekerja.

"Tapi kamu nggak kepaksa kan, aku ajak hunting foto di tempat begini, Tih?"

Aku tersenyum tipis. Maunya sih menjawab sedikit chessy seperti "asal kamu bahagia, aku seneng aja kok." Tapi jelas, itu sama sekali bukan gayaku. Alih-alih romantis, jangan-jangan pendekatanku dengannya yang sudah berjalan hampir sebulan bisa bubar seketika.

"Hmm, selagi lokasi hunting fotonya seadem ini. Aku nggak kapok kok kamu ajak," jawabku dengan senyum menghiasi wajah.

Nara tampak mengulum senyum geli mendengar jawabanku. Gadis di sampingku menarik napas panjang. Raut wajahnya tampak rileks dan bahagia. Sepertinya, aku takkan bosan mengamati garis wajahnya di sisa usia. Oke, aku mulai terdengar chessy lagi.

"Pernah kepikiran buat ngajak anak-anak Andalusia main ke luar nggak, Tih? Piknik ke mana gitu."

Usulan Nara yang tiba-tiba agak mengagetkanku.

"Pernah, sih. Tapi belum tahu mau kemananya."

"Estimasi biayanya bakal lumayan, kayaknya. Tapi worth-lah ya. Kalau ke Dufan gimana? Atau Ancol gitu?"

"Boleh, coba kita diskusiin bareng Bunda Dyah minggu depan," jawabku menanggapi tawarannya.

Menatap wajah manis yang kini sedang memejamkan mata, aku bertekad segera menceritakan sosoknya pada Ibu di kampung halaman.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top