Day 20 - Naraya Kirana

"Bu, Fatih lagi deket sama seseorang."

"Kamu pacaran lagi? Atau mau diajak serius ini?"

"Kalau nggak serius nggak mungkinlah Fatih ngomong gini ke Ibu."

Ibu tersenyum lebar mendengar suara keluhku. Bagi Ibu berapapun usiaku, aku tetaplah anak lelaki kecilnya yang manja. Lantas aku mulai bercerita tentang Nara. Bagaimana aku mulai akrab dengannya satu tahun yang lalu sebagai rekan kerja lantas mulai menjajaki pendekatan dua bulan terakhir.

"Cahaya harapan. Ibu suka namanya. Dan kalau apa yang kamu ceritakan barusan benar, Le. Cocok kalian, udah."
Komentar Ibu membuatku tersenyum semringah. Ibu tampak tertarik dengan sosok Nara seperti dugaanku sebelumnya.

"Kapan-kapan ajak main ke Jogja, sini. Biar tahu rumah kita."

Aku mengangguk antusias. Lalu kembali bercerita tentang piknik Andalusia kami kemarin.

"Kemarin Bapakmu ngomong apa, Le?"

"Ya, biasa Bu. Kayaknya Bapak masih kecewa sama Fatih karena lebih milih merantau daripada langsung terjun ke bisnis Bapak."

"Kamu penginnya gimana?"

"Yah, Fatih masih ingin berkarir di bidang yang Fatih sukai, Bu. Bulan depan malah Fatih bakal dapet promosi, bisa jadi leader di proyek-proyek besar. Bukannya Fatih mengabaikan tanggung jawab. Fatih cuma belum siap."

Ibu tak menanggapi perkataanku. Beliau hanya mengelus puncak kepalaku dengan sayang. Ibu paling tahu seberapa besar passionku di bidang IT yang tengah kujalani saat ini. Ibu juga yang paling mengerti bagaimana usahaku untuk bisa meraih semua yang kugenggam hari ini. Aku memejamkan mata. Menikmati ketenangan yang ditawarkan Ibu saat aku berada di sisinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top