Tambahan Day 5th

Eeh... Di chapter ini bakalan ada 4 pemberhentian, nah di pemberhentian ke-tiga itu bercabang, tergantung kamu dapetnya siapa di chapter hasil 5th Day. Baru setelah itu lanjut ke pemberhentian ke-empat.
btw, happy 6k+ read and 600+ vote! XD
~~~~~~~~~~~~

_FIRST STOP_
ALEX/RAVEN/LEO/SATOMI/FINN's POV

Ketika itu, aku melihat sekilas melewati pintu kelas, Elena tengah menarik-narik tangan [y/n] sepanjang koridor. Mereka mau kemana, aku tidak tahu. Yang jelas, perasaanku tidak enak.

"Pak, aku ingin pergi ke toilet. Boleh izin?" Ucapku mengajukan diri. Sayangnya guru di kelasku tidak mau mendengarkan.

"Maaf, duduklah sebentar saja, Bapak tidak ingin kau melewatkan pengumuman penting dari bapak," sahutnya cuek. Ah, sial... di saat seperti ini kenapa dia tidak mempersilahkanku izin?!

_SECOND STOP_
STEVE's POV

Aku sedang menyimpan berkas di ruangan OSIS. Ketika itu tiba-tiba aku mendengar suara keributan dari arah koridor. Aku pikir itu suara [y/n], makanya aku pergi mengecek. Benar saja, di ujung koridor aku melihat Elena tengah menari-narik [y/n] secara paksa. Seribgai tak dapat kutahan. Aah... ini pasti akan menarik.

Aku membuntuti mereka berdua. Dan sesuai dugaan, Elena membawa [y/n] ke ruang bawah tanah sekolah. Itu betul tempat yang tepat untuk bicara face to face. Bagaimana Elena dapat akses ke ruangan itu? Tentu saja dariku.

Sebelumnya ruangan itu selalu terkunci untuk menghindari tangan jahil siswa. Namun, aku memiliki kunci cadangan di ruang OSIS. Nah, aku sempat memberi celah bagi Elena untuk mencuri kunci tersebut.

Skenario yang kubuat sangat sempurna hingga Elena sendiri tidak akan sadar jika aku yang memberikan akses tersebut. Bahaya jika dia tahu, bisa bisa aku terseret dalam masalahnya.

Diam-diam aku menyelinap turun ke bawah sana. Hanya saja aku tidak menghampiri Elena, melainkan menunggu gadis itu di tepi tangga. Tak butuh waktu lama, Elena pun muncul dengan wajah terkejutnya.

"Steve?!"

Siapa sangka akan bertemu denganku di tempat seperti ini kan? Yang kulakukan yaitu tersenyum padanya. "Halo Elena."

Tubuh Elena berkeringat, atau bisa kubilang ia gemetar, syok melihat keberadaanku.

"Ada apa? Ketahuan? Mana [y/n]?" Tanyaku santai berusaha ramah sebisa mungkin.

Elena tak menjawab. Ini sudah kedua kalinya ia tertangkap basah olehku.

"Pergi!" titahku dan tanpa berkata-kata Elena segera berlari menaiki tangga.

Aku menghela napas lega. Langkah ke-empat telah selesai. Sekarang tinggal langkah kelima: menyelamatkan [y/n].

Segera mungkin aku membuka pintu lemari yang mengunci [y/n], namun sebisa mungkin aku tetap terlihat tenang. Ekspresi di wajah [y/n] benar-benar seperti yang kuharapkan. Aaah... wajah itu, aku ingin memilikinya untukku sendiri.

_THIRD STOP_
FINN's POV

Elena keluar dari pintu basement tepat ketika aku hendak memutar gagang pintunya. Apa yang dia lakukan disana? Tunggu! Bukannya tadi dia bersama [y/n]? Mana [y/n]?!

Tanpa pikir panjang aku mencekik Elena sembari mendorongnya kembali ke dalam. Aku mendorongnya jatuh kebawah. Tubuhnya terguling-guling menuruni anak tangga. "Ahahahahaha! Rasakan!" gelak tawaku pecah.

Kebetulan disampingku bersandar sebuah besi tua. Tanganku mengeggamnya, menyeret bersama setiap langkahku menghampiri Elena, gadis yang mengganggu [y/n] sejak pagi tadi!

Aku telah sampai di hadapannya. Pandanganku dingin menatap Elena tidak memberi ampun. "Di mana [y/n]-ku?!" Besiku akat ke udara dan..

BLAM! Tubuh Elena mulai memar akibat hantaman besi. Tak bisa kumaafkan... Tak bisa!

***

Tidak butuh waktu lama, aku selesai dengan Elena. Tenang, tidak ada bercak darah di pakaianku. Baru juga aku berniat mendinginkan kepalaku, ketika kutengokkan kepalaku, aku melihat Steve tengah memeluk [y/n]. Oh, beraninya dia memeluk [y/n]!

Genggamanku melonggar hingga besi di tanganku jatuh ke lantai. Akibat suaranya yang nyaring, perhatian Steve dan [y/n] tertuju padaku. Tentu mereka terkejut melihat kedatananku. Terutama Steve.

"Hei!" Kedua tanganku mengepal kesal seraya menghampiri mereka berdua. Steve babak belur kupukuli!

_THIRD STOP_
LEO's POV

Aku mengikuti arah Elena menarik [y/n] pergi setelah guruku mengizinkan aku pergi. Itu mengarah pada sebuah pintu menuju basement. Apa yang dia lakukan di tempat seperti ini?

Baru juga tanganku menyentuh gagangnya, pintu tersebut terbuka dari dalam. Sosok Elena yang panik muncul di mulut pintu. "L-Leo?!" Nampaknya ia juga terkejut dengan kehadiranku.

"Dimana [y/n]?" Tanyaku dengan nada dingin dan malas, ya aku malas harus bicara dengannya. Seharian ini dia sudah membuatku jengkel, ditambah berkatnyalah [y/n] harus berbohong padaku. Aku benci itu.

"Y-[y/n]... [y/n]...," Elena tergagap-gagap. Ahh.. Menyebalkan.

"Waktu habis." Jengkel, aku mendorongnya kembali kedalam. Tetapi akibat kehilangan keseimbangan ia terjatuh menuruni tangga. Kepalanya berdarah, aku tidak peduli. Kulihat ada sebuah besi bersandar di sisi tangga. Tanganku meraihnya dan mulai menuruni tangga.

"L-Leo, tunggu, aku bisa jelaskan. Y-[y/n]"

"Sssh... Aku tak ingin mendengar suaramu."

SLAP!

***

Setelah selesai dengan Elena, aku segera menuju tempat [y/n]. Namun, pemandangan yang menyambutku sangat tidak mengenakan hatiku.

Steve memeluk [y/n]... MANUSIA HINA ITU MENYENTUH [Y/N]!

Sayangnya mereka tidak sadar akan keberadaanku. Jadi diam diam aku menghampiri mereka.

"Wah wah.." Bisikku di telinga [y/n]. Sontak steve melepaskan pelukannya akibat kaget. Ia terkejut melihatku tengah berdiri seraya menyeringai psyco disamping [y/n].

"Aku mengganggu acara kalian, kah?"

_THIRD STOP_
ALEX's POV

Aku berjalan mengikuti arah Elena membawa [y/n] dan berakhir di depan pintu meniju basement. Apa yang ia lakukan dengan membawa [y/n] ke tempat ini?

Baru saja mau kuputar kenopnya, pintu tersebut sudah terbuka terlebih dulu. Diaana berdiri Elena yang tergesa-gesa berlari keluar dari tempat itu. "A-Alex?!" Wjahnya semakin pucat ketika melihat sosokku dihadapannya.

"Hai. Mana [y/n]?" tanyaku, namun Elena tidak menjawab. Kesal, aku mencengkram lengannya kuat hingga Elena meringis kesakitan. "DI MANA [Y/N]?!"

"Y-y-[y/n]... d-di... lepasin!" Elena melawan, berusaha melepaskan diri dari cengkramanku. Duh... menyebalkan. Apa dia tidak tahu kalau di belakangnya itu ada tangga?

"Jangan kira aku tak akan melukaimu karena kau perempuan."

DUAG! Satu tinjuku melayang ke wajahnya hingga ia terpental dan jatuh. Aah... kebetulan aku sedang kesal. Semoga Elena bisa memuaskanku.

***

Kepuasanku belum terpenuhi. Lebih penting, aku harus menjemput [y/n]. Namun, ketika aku berbelok di persimpangan menuju tempat Elena mengunci [y/n], pemandangan yang kulihat semakin mendidihkan darahku.

Steve memeluk [y/n].

Tinjuanku melayang ke wajah lelaki hina itu hingga dia terpental.

"Berani-beraninya menyentuh [y/n]!" Aku berteriak. Emosiku tak tertahankan lagi.

_THIRD STOP_
SATOMI's POV

Setelah dapat berhasil keluar dari kelas, aku segera mengejar Elena dan [y/n]. Hingga kakiku membawaku ke depan pintu basement. Saat hendak masuk tiba tiba sesosok anak gadis mincul dari balik pintu, tergesa-gesa.

Dia Elena, "Satomi!" Terkejut dengan kehadiranku, ia berniat kabur, tetapi aku sempat memblokade jalannya.

"Elena, [y/n]... mana [y/n]?"

Elena tidak menyahut. Lalu aku teringat suatu benda di saku celanaku. Benda yang selalu kusimpan disana yaitu pisau lipat, untuk digunakan di saat-saat mendesak.

Kukeluarkan benda tersebut, dan mengacungkannya pada Elena. "Jawab. Di mana [y/n]?"

***

Sulit sekali sampai Elena mau bicara. Aku bahkan harus memaksanya dengan kekerasan. Dasar wanita itu, apa sih maunya? Aahh... aku sudah seperti tokoh antagonis dalam anime saja.

Namun, kejadian hari ini beum selesai di situ. Begitu aku sampai, aku melihat Steve tengah memeluk [y/n]. Rahangku sampai terbuka terkejut bukan main. Apa-apaan pemandangan ini?

"[y/n]!" kupanggi namanya penuh hasrat membunuh. Begitu ia melirik ke arahku, kedua matanya membulat. Mungkin terkejut sebab pisau lipat di tanganku yang berlumuran darah milik Elena.

Steve segera melepaskan pelukannya mengetahui kedatangan orang ketiga diantara mereka. "Satomi, ya?" ia bahkan melempar senyum ramah padaku. Naluri membunuhku semakin memanas.

"Jangan sok ramah, Steve!"

_THIRD STOP_
RAVEN's POV

Berkat pengumuman bodoh guruku di kelas, aku hampir kehilangan jejak Elena dan [y/n]. Beruntung aku masih bisa menebak kemana mereka pergi. Yaitu menuju basement sekolah.

Aku menyelinap ke dalam sana, namun barujuga kubuka pintu tersebut, seseorang keluar dan menubruk tubuhku. Oh, itu Elena. Aneh sekali dia berlari ketakutan seperti itu.

Tanganku mencengkram lehernya, mengangkat tubuh mungilnya ke udara. "[y/n]. Dimana dia?"

Elena tidak menjawab, hanya menggeliat meminta diturunkan. Oh, gadis ini. Tanpa pandang buluh, aku melempar tubuhnya menuruni tangga. Wah... sepertinya ada bagian tubuhnya yang terbentur parah.

Dengan langkah berat, aku menuruni anak tangga satu bersatu. Di sini sangat menjijikan. Gelap dan lembab. Berani sekali meninggalkan [y/n] sendirian di tempat seperti ini!

"Apa aku terlalu keras melemparmu, Elena? Tulangmu ada yang patah, tuh," ucapku santai seraya menunjuk kakinya. "Apa mau kupatahkan yang lainnya juga?"

***

Setelah selesai dengan Elena, aku melangkah menuju lemari penyimpanan seperti yang dikatakan Elena. Namun, yang aku lihat disana terlalu menyayat hati.

Steve tengah memeluk [y/n]-ku. Sialan!

Tanganku mengepal kuat, aku terbakar api cemburu. Ya, hanya aku yang boleh menyentuh [y/n], tidak yang lain, apa lagi Steve kurang ajar itu.

Dengan tangan kosong aku menghampiri Steve dan memukulnya tepat di wajah. Steve bahkan terpental ke tembok. Disana aku menarik kerah Steve sehingga berdiri kemudian membanting tubuhnya ke tembok. "Kau ngapain [y/n]?!" Oh, emosi marahku meledak-ledak pada Steve.

_LAST STOP_
STEVE's POV

Setelah menghajarku hingga babak belur [yandere-kun] membawa [y/n] pergi. Oh, sial, aku sungguh tidak menyangka dia akan sampai ke tempat ini. Ternyata Elena tak cukup untuk menahannya.

Pfft... tapi aku tidak menyesal. Biarlah. Rencanaku masih berlangsung ke rencana B. Lagipula aku lebih unggul darinya sebab telah menyatakan perasaanku lebih dulu.

[y/n] akan jadi milikku, cepat atau lambat. Rencanaku sudah sempurna, tidak ada yang bisa merusaknya.

Tunggulah [y/n]....

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Done '_' aku masih ngerasa bersalah sama Steve. Entah mengapa jadi banyak yang nge-bully dia. Padahal yang boleh ngebuli Steve cuma aku :v //plakk

JK =w=)v

Akhirnyaaa jadi tau deh kenapa ada yandere-kun dan Steve di basement :3 Elena tewas ._. //masa sih?//

Sekian buat malam ini, 6th Day menyusul. Oyasumi~

Vote comment feedback

Love,

Alicia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top