Hasil 6th Day
Yawn~entah kenapa chapter ini ngilang ditelan notipi temen-temen yg baca buku ini. Jadi aku re-post chapter. Semoga muncul di notivy reader-tacchi.
Happy reading~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jarak diantara kalian semakin dekat dan akhirnya, ia mencapaimu. Tangannya terasa dingin dan lebar, menutupi mulut serta hidungmu. Berteriak pun tidak bisa.
Tangan satunya yang bebas diletakkan di pinggulmu, membawa tubuhmu ke dalam gang sempit terdekat. Punggungmu terbanting di tembok sementara belanjaanmu jatuh berceceran ke sana-sini. Sosok itu, berhoodie gelap, masih menutupi mulutmu agar tak bersuara.
"Sshh...! [y/n], ini aku...!" ucapnya. Entah mengapa suaranya terdengar familiar di telingamu.
"Steve?" tebakmu ketika rahangmu sudah bebas bergerak kembali. Dia—Steve—tersenyum ramah seraya membuka tudungnya.
"Iya, ini aku."
Sekarang kau dapat melihat wajahnya dengan jelas. Ada beberapa plester/perban di sana, dan juga di tangannya. Sepertinya itu bekas ulah (yandere-kun) tadi siang.
Kau menanyakan apa yang dia lakukan ditempat itu malam-malam. Terlebih, jika kau berani, kau (mungkin) menanyakan mengapa dia mengikutimu.
"Aku kangen padamu. Tidak apa, kan? Maaf kondisiku seperti ini. Habis, aku sedih, (yandere-kun) membawamu pergi. Aku ingin melihatmu," ucap Steve kembali mengenakan tudungnya sehingga pandanganmu sedikit tersamarkan melihat sosoknya. Itu karena cahaya lampu jalan hanya sampai remang remang ke tempatmu berpijak.
Kedua matamu sedikit melebar. Apa yang barusan dikatakannya? Dia datang jauh-jauh sebab ingin melihatnu? Dengan kondisi seperti itu?
Steve memperpendek jarak diantara kalian berdua hingga ujung sepatu kalian bertemu. Kedua lengannya menempel di tembok, tepat di sisi kiri dan kananmu. Wajahnya pun sedikit ia condongkan ke arahmu. Dalam jarak seperti ini kau dapat mendengar suara hembusan napasnya dengan jelas. Ya Tuhan. Ada apa dengan jarak ini?
"Steve—!"
Tuk! Dahi kalian saling bersentuhan.
"Aku menyukaimu, loh, [y/n].... Makanya aku gak mau kau salah melangkah."
Hah? Apa maksudnya?
Steve menjauhkan wajahnya dari wajahmu, hingga ia mendapat posisi yang baik untuk memandang paras cantik dihadapannya. "Hanya saja kau harus tau, kalau tempat teraman yaitu di sampingku. Kalau kau butuh sesuatu, datanglah padaku. Kalau seseorang menyakitimu, aku yang akan menolongmu. Ingat saja hal itu."
Telapak tangan kanan Steve menangkup satu pipimu. Ia membelainya sayang seraya tersenyum pilu. "Aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Dan aku tidak main main. Maaf aku gak bisa pelan. Aku gak bisa tahan perasaan ini."
Perkataan Steve memang lembut, namun terdengar berbeda dari intonasi yang digunakannya. Seolah ada sesuatu nan buruk dibalik perkataannya tersebut, dan sedikit kesan kesepian. Meski bulan sedang purnama, kau tidak bisa melihat pantulan apapun dari matanya.
"[y/n]...." Steve kembali mendekatkan wajahnya. Lebih tepatnya Steve mendekatkan bibirnya ke daun telingamu. "Pacaran denganku, yuk—"
DUAGH!
Sebuah benda baru saja melayang tepat ke kepala Steve.
DOMINAN A
Itu Raven melayangkan sebuah kaleng minuman bekas ke kepala Steve. Dia segera mengambil langkah berdiri di antara dirimu dan Steve. Darimana dia datang?
"Aku bisa mendengarmu dengan jelas meski aku berdiri di ujung gang." Nadanya terkesan galak, lebih galak dari biasanya. Kau tahu Raven sedang marah saat ini.
"Astaga." Steve terkekeh pelan. Tubuhnya memang terpukul mundur. Kepalanya terasa ngilu. Entah berdarah atau tidak. "Raven. Raven."
Jemari panjang menyusuri surainya, memeriksa apakah ada cairan yang keluar atau benjolan aneh di tempat yang terkena kaleng tadi. "Kau selalu ada dimana-mana, ya?"
"Itu jelas. Kota ini sempit, sadar, kan?" ketus Raven kesal. Pandangannya bahkan menajam, mengintimidasi Steve. Meski kau tak dapat melihatnya dengan jelas, kau bisa merasakannya.
"Kau itu, seharusnya menjauh dari [y/n]. Kau cari masalah dengan orang yang salah," tambahnya. Namun Steve kembali terkekeh.
"Kenapa? Raven... jangan bilang kau juga... suka sama [y/n]?"
BLUSH!
Apa yang mereka berdua bicarakan? Apa mereka lupa ada kau di sini?
"Tidak," balas Raven. "Aku tidak menyukainya. Dia berisik dan bodoh."
Ah... sakit? Dadamu terasa sakit? Ya... Bagaimana bisa kau berharap seorang Raven menyukaimu? Dia terlalu perfect, dan cukup populer di bidangnya. Ingin menangis?
Sebuah tangan menarikmu ke dalam dekapan. Sosok tinggi itu memelukmu seraya berkata, "Tapi aku mencintainya."
Sosok itu ialah Raven. Ia baru saja mendeklarasikan perang terhadap Steve.
[ECCCHHIIIEEEHHHHHH cinta segitiga xD //slapp]
DOMINAN B
Sebuah kepalan tangan melayang ke kepala Steve. Sosok tinggi muncul di hadapanmu, ia segera menutup pandanganmu dari Steve dengan memunggungimu. "Kau... sialan!"
Oh, kau kenal suara itu. Leo, jika kau tak salah menduga. Ya, memang kau tidak salah menduga. Itu betul Leo, menatap penuh intimidasi Steve yang terpental ke jalanan, tiada ampun.
Sedang apa dia di tempat seperti ini? Oh, beruntung kah dirimu?
"Leo Ratclift," Steve bergumam. Ia kembali menegakkan tubuhnya seraya menyeka tempat yang terkena pukul—wajahnya.
"Gak disangka bisa ketemu kau di tempat seperti ini. Jalan-jalan malam?"
"...." Leo tak menyahut pada awalnya. "Aku datang untuk menjemput [y/n]." Tanpa basa-basi Leo segera meraih pergelangan tanganmu. Ia bersiap menarikmu pergi dari gang itu, tapi Steve menghentikannya.
"Aku sedang bicara dengan [y/n]."
"Apa peduliku?"
"Kau peduli dengan [y/n]. Jika mataku tidak salah, ini pemandangan yang baru. Melihatmu peduli pada seseorang, bahkan pada Alicia... kau gak terlalu peduli."
Tunggu... Steve kenal Alice? Bukannya dia bilang tidak mengenalnya? [note: baca bio Steve]
"Ada perbedaan diantara mereka. Jangan samakan [y/n] dengan Alice." Leo marah. Kau tahu ia sedang marah. Aura disekitarnya terasa mencekam. Benar benar mengerikan. Sebab kau belum pernah melihat Leo marah sebelumnya.
"Dan kau, Steve. Aku tidak akan mengampunimu jika berani menyentuh [y/n], lagi." Leo menekan setiap katanya di akhir kalimat.
Steve malah melepas tawanya. "Jangan katakan kau suka sama [y/n]?"
Leo diam.. Tidak bersuara.
"Kenapa? Kau diam lagi, Leo." Tambah Steve.
Jujur, kau penasaran kan? Apa Leo menyukaimu atau tidak. Jujur, apa kau berharap Leo menyukaimu? Jujur, apa kau akan senang jika Leo mengatakan ia mencintaimu?
Dengan satu desahan halus, Leo membalikkan badannya menghadap Steve. "Kalau iya, itu bukan urusanmu."
Eh? Apa maksudnya?
"Kalau benar kau suka, tentu ada urusanmya denganku. Aku juga menyukai [y/n]." Steve menyeringai.
"Kalau begitu, anggaplah aku suka sama [y/n]. Jadi.. Jangan dekati [y/n]." Tanpa membiarkan seseorang membuka mulutnya, Leo sudah menarikmu kembali ke trotoar utama.
Tenggorokanmu serasa kering. Rasanya masih ada yang tak jelas dengan pernyataan pemuda blasteran ini. "Leo.. Apa maksudnya yang tadi itu?"
Leo menarikmu agar berada di hadapannya. Ia menatapmu dalam hingga kau dapat melihat pantulan dirimu di tatapan sendunya. "Apa kurang jelas, [y/n]?" Kedua tangannya menangkup pipimu. Perlahan wajahnya mendekat dengan wajahmu. Hingga hidung kalian hanya berjarak seinchi.
Berdebar..apa jantungmu berdebar? Dalam kedekatan ini kau bisa mendengar suara nafasnya, bahkan merasakan hembusan halus tersebut.
Malam itu, di bawah jutaan bintang, di dalam kesunyiannya, Leo mencuri ciuman pertamamu tepat di bibir. Meski sunyi, meski tanpa mengatakan sepatah kata pun. Kau tahu jika ini adalah pernyataan cintanya padamu.
[AAASSSSTAGAAAHHH NAH LOH NAH LOH CIE CIE CIE BUTUH TISU BUTUH TISU? Sapa bilang Leo kalem ae? XD //slapp ganggu aja deh lu]
DOMINAN C
Kepalan tangan baru saja melayang ke wajah Steve. Itu milik Satomi. Pemuda berdarah Jepang itu memukul Steve hingga ia terjatuh ke lantai.
"Jauhkan wajah jelekmu dari [y/n]! Sudah cukup masalah yang dia terima. Jangan mempersulit lagi, Steve," ucap Satomi dingin. Pandangannya tajam, tak sedikit pun memberikan rasa ampun. Pria ini memang dingin, hanya itu yang kau tahu. Tapi tidak sedingin ini.
Steve terkekeh pelan, ketika kembali menegakkan tubuhnya. "Kuronaba. Seperti namamu, kau itu penuh kejutan, ya?"
Suasana hening seketika. "Maksudmu? Itu pujian atau apa?" Akhirnya Satomi berucap.
"Anggap saja begitu, kalau kau mau." Steve membalas tersenyum. Sayangnya Satomi tidak merasa senang.
"Jangan gunakan ekspresi itu. Fake," celetuknya. Dengan segera Satomi meraih tanganmu, ia berniat membawamu pergi dari tempat itu.
Jika saja Steve tidak menarik tanganmu yang satunya, bahkan lebih kuat daripada Satomi sendiri, hingga kau menubruk dada bidang sang ketua OSIS. "Aku masih punya urusan dengan [y/n]."
SYUNG! [sfx macam apa ini?]
Satomi menarik pergelangan tanganmu kearahnya, seraya mengacungkan sebuah cutter dari saku jaket tepat ke arah wajah Steve.
"Jangan membuatku lebih bad mood dari ini, sir. Cukup para kuartet, kau bisa saja aku habisi di sini."
Satomi... baru saja mengancam? Dia mengancam Steve?! [der author greget]
Steve membalasnya dengan senyuman pahit. Kedua tangan ia angkat sejajar wajah, memberikan pose 'aku menyerah'. "Hei, santai. Kenapa kau suka ikut campur urusan [y/n], sih?"
"Apa kurang jelas? Atau pura-pura gak sadar?" sindir Satomi. Apa sih yang dibahasnya? Tanpa memberikan kesempatan untuk salah satu diantara kalian berbicara, Satomi sudah membawamu kembali ke trotoar utama.
Sepanjang jalan ia tak melepaskan genggamannya dari pergelangan tanganmu. Semakin lama cengkramannya membuatmu kesakitan. Meski kau mencoba melepaskan diri, tidak ada hasilnya.
"Satomi!" panggilmu mengeraskan suara. Akhirnya Satomi berhenti berjalan.
"Maaf, [y/n]." Ia—sosok yang berjalan di hadapanmu—membuka mulutnya. Cengkramannya pun melonggar hingga pergelangan tanganmu lepas. Satomi menghadapmu, namun pandangannya turun menatap tanah. Raut wajahnya sendu, seperti sedang bersedih. "Kau jadi punya pengalaman buruk di kota ini."
Oh, begitu rupanya.
"Satomi." Panggilmu lagi. Sudah dua kali kau melihat Satomi mengacungkan pisau seperti itu, dan lagi pada orang yang sama, Steve. Jadi kau putuskan untuk bertanya. Apa dia serius dengan pisaunya itu?
Satomi semakin memalingkan pandangannya. Duh, bagaimana jika ia menolak menjawab? "Aku serius. Kalau sesuatu terjadi padamu, aku serius," jawabnya.
Ya Tuhan.
Kedua tangannya membungkus jemari-jemarimu. Jantungmu berdegup kencang, entah mengapa perasaanmu tidak enak. Takut? Khawatir? Atau....
"Aku janji, selama aku masih ada di sini, gak bakalan ada yang berani melukaimu." Satomi merundukkan sedikit kepalanya seraya mengangkat kedua tanganmu ke udara. Hingga ujung bibirnya menyentuh punggung tanganmu.
Malam itu, di bawah jutaan bintang, di dalam kesunyiannya, Satomi mengucap janjinya padamu. Janji bahwa ia akan melindungimu apapun yang terjadi. "Tolong pertimbangkan perasaanku, [y/n]."
DOMINAN D
Sebuah kepalan baru saja melayang ke wajah Steve. Kepalan itu milik Alex, pemuda yang sekarang berdiri di hadapanmu.
"Apa-apaan yang barusan itu?!" Nada bicaranya meninggi, ia sedang marah.
Steve yang malang(?) mengusap wajahnya. Rasa sakit sebab tadi siang saja belum sembuh betul. Ini lagi ditambah-tambah. Ia melepas seringai kepada Rivalnya, mengatakan, "selalu ada seorang Alex di mana pun ada [y/n]." Ucapnya.
Mereka berdua saling bertatapan, suasana terasa mencekam berada di samping mereka. "Selalu ada seorang Steve di mana pun ada masalah."
"Jahatnya." Steve terkekeh pelan. "Setidaknya bukan aku penyebab masalahnya. Ya, Alex?"
"Mana aku tahu?!" Alex menghela nafas pelan. "Bisa gak, sih, jauh-jauh dari [y/n]?"
"Maaf, tapi tak bisa."
DUG! Satu tinjuan melayang ke wajah Steve. Kali ini dengan lincahnya Steve dapat menghindar. Kau hampir lupa bernafas melihat aksi Alex dan Steve barusan. Apa mereka akan berkelahi?
"Alex!" Jujur saja kau khawatir jika hal itu terjadi. Kau tak suka, dan tak ingin kejadian seperti tadi siang terjadi lagi.
"Kenapa berhenti? kehabisan tenaga gara-gara tadi siang?" Ah, Steve! Jangan mengkomporinya!
Mencoba sabar Alex menegakkan postur tubuhnya. Meski pandangannya masih menatap tajam pada Steve. "Aku gak minat," ucapnya. "Tapi jika tidak ada [y/n], mungkin aku gak bakalan menghajarmu main-main."
"Jangan bilang... kau suka [y/n] juga?"
Dor! Seperti ada peluru yang menembus jantungmu. Rasanya kaget bukan main. Apa Alex menyukaimu? Kau penasaran?
"Jawabannya tentu hanya ada satu. Ya, aku suk—tidak. Aku mencintai [y/n]. Jadi jika kau berani menyentuhnya lagi...," Alex membunyikan sendi sendi jemarinya. "Datang padaku, mari selesaikan dengan cara pria sejati!"
[NASTAR!!! Alex x Sreve sekali lagi saudari kuuuh!!! //ditabok readercchi]
DOMINAN E
Baru saja sebuah kaleng minuman menampar samping kepala Steve. Di ujung gang sana berdiri Si Blonde, Finn. "STEVE! DASAR KURANG AJAR!" raungnya selagi mendekati kalian. Auranya begitu gelap sehingga terasa bagaikan sesak ketika melihatnya. Langkah kaki itu begitu berat, berhenti tepat di hadapan Steve.
"Kau ngapain [y/n]ku?!" pekiknya. Telinga Steve sedikit sakit akibat pekikan Finn begitu nyaring.
"Finn Stewarts. [y/n] mu? Heh."
"Keberatan dengan itu, huh?! Cepat jawab! Kau ngapain ([y/n])ku?!" Pandang sisnis penuh amarah ke mata damai Steve. Finn tebakar amarah untuk yang kesekian kalinya hari ini. Tentu ini tidaklah baik.
"Cuma ngajak pacaran, kalau kau penasaran," sahut Steve. Anak ini, dia malah mengompori Finn.
Si Blonde ini—Finn—melayangkan tinjuannya pada sang rival. "Tidak! [y/n] cuma boleh pacaran denganku!" pekiknya. Namun entah kau harus bersyukur atau tidak, Steve berhasil menghindari gerakan Finn.
Hah? Siapa dia berani berkata seperti itu? Finn si idol sekolah dan steve si siswa paling dihormati dan ditakuti di sekolah menginginkanmu sebagai pacar, ada angin apa ini? Hidupmu mendadak harem.
Tiba-tiba Finn mengangkat tubuhmu bridal style. "Ayo pulang [y/n]!" Dan meninggalkan lokasi itu setelah berhasil memukul mundur Steve.
Bersusah payah kau berusaha turun. Situasi dan posisi ini sangat tidak mengenakkan. Memalukan. Namun, semakin banyak kau bergerak, semakin kuat pula cengkraman Finn pada tubuhmu.
"[y/n]," panggilnya membuka percakapan. Api di matanya masih belum padam. Ia menatapmu langsung eye to eye. (?)
"Aku gak suka! Steve nembak [y/n], aku ga suka!" Perlahan dia menurunkanmu kemudian menarikmu ke dalam dekapan hangat.
Dalam jarak segini kau bisa mendengar detak jantungnya. Merasakan hembusan nafasnya. Dan merasakan amarah dalam dirinya. Hanya saja ada yang berbeda dari Finn... dia... sedang sedih.
"Aku gak mau [y/n] jadi milik Steve." Suaranya bergetar seolah hendak menangis.
"[y/n]...." lengannya memelukmu semakin erat, membawamu semakin tenggelam dalam pelukkannya. Melawan? Percuma. "Seperti ini sebentar saja, ya?"
Malam itu, di bawah jutaan bintang kau melihat satu sisi lain dari seorang Finn. Bahkan langit yang cerah pun tak selamanya cerah. Bahkan matahari pun tak selamanya menampakan sinarnya. Sama halnya dengan Finn. Yang kau tahu, Finn, tidak akan melepaskanmu dalam waktu dekat. Mengetahui memiliki saingan cinta sangat memukul jiwanya.
"Jangan tinggalkan aku, [y/n]...."
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
HOLLY KUE NASTARRR 2200words!!
Kesambet apa Alice? =w=)a maapin sekali lagi buat keterlambatan update.
Okay~ tinggalkan jejak.
Love,
Alicia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top