:: Tujuh

Saking malunya Lana hari ini, sejak bel sekolah berbunyi ia buru-buru keluar kelas dan bahkan memesan ojek online lima menit sebelum kelas bubar. Setakut itu Lana untuk bertemu Ghi lagi di sekolah.

Bukannya apa-apa, sih. Sebenarnya juga ia tidak suka yang sampai jatuh cinta pada Ghi. Ia hanya naksir dan kagum melihat penampilan cowok itu waktu ekspo ekstrakulikuler kemarin. Dan dengan ia berangkat bersama Ghi tadi pagi saja sudah membuat seisi kelasnya heboh dan membicarakan mereka berdua setiap kali ada kesempatan.

Kalau kata Lana sekarang, sih, sebenarnya ia sedang sial bukan malah beruntung. Tapi ngga tau lah, Lana mau buru-buru pulang saja. Daripada semakin lama menjadi bahan ejekan atau godaan teman-temannya.

Sekolah sedang ramai-ramainya sekarang. Bahkan gerbang sekolah yang biasanya hanya untuk lalu lalang saat ini terasa sempit, ramai dan macet. Lana terjebak di tengah-tengah kepadatan siswa-siswi yang juga ingin buru-buru pulang.

"Ya ampun, panas banget." Lana berkata pelan. Sungguh, memang sesak dan panas berada di antara orang-orang.

Untung saja ia segera terlepas dari kepadatan itu. Dan berlari menuju halte depan sekolah, tempat di mana biasanya siswa dan siswi menunggu bus, angkot, atau ojek online seperti dirinya sekarang.

Dan untungnya lagi Lana tidak perlu menunggu terlalu lama dan segera menuju rumah. Sungguh hari yang cukup melelahkan bagi Lana.

***

Malamnya adalah hari di mana Lana kembali disibukkan dengan tugas-tugas. Sebenarnya tidak banyak, sih. Hanya dua mapel, tapi tetap saja Lana tidak bisa menunda tugasnya terlalu lama. Kalau tidak ia akan lupa dan berujung tidak mengerjakannya. Daripada Lana yang nantinya sial kena hukuman lebih baik ia kerjakan sekarang selagi ingat.

Dan tepat ketika Lana membuka ponselnya sebuah pop up dari notifikasi pesan masuk. Pesan itu dari nomor baru, yang tentu saja Lana tuju pada satu nama yang sejak tadi tidak berhenti berseliweran di kepalanya.

Siapa lagi kalau bukan Ghi.

Ya walaupun itu hanya dugaan Lana sementara. Tapi ia yakin sekali kalau pesan itu dari Ghi.

Dengan jantung yang berdegup lebih kencang dari biasanya, Lana dengan hati-hati membuka pesan itu.

+628*********

Ini Ghi.
Ajakan saya buat beli gitar tadi, gimana?
Kalau mau segera hubungi, biar bisa ditentukan kapan belinya.

Mampus.

Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Lana ketika membaca pesan dari Ghi.

Tidak tahukah cowok itu kalau pesan tiba-tiba darinya ini sungguh membuat Lana jadi salah tingkah dan grogi sendiri? Lana menepuk dahinya sendiri. Merasa bodoh dengan apa yang ia lakukan sekarang.

Lana jelas saja tidak langsung membalas cowok itu. Ia bangkit dari duduknya di meja belajar, berjalan perlahan menuju kasur dan kemudian merebahkan badannya sembari berpikir, kalimat apa yang pantas menjadi pesan balasan.

Sungguh demi apa pun ini kali pertama Lana berhubungan, maksudnya chattingan dengan kakak kelasnya dan lawan jenis alias cowok. Biasanya hanya teman sekelas saja itupun untuk kepentingan tugas kelompok.

Lana segera mengetikkan pesan balasan.

Boleh saya pikirin dulu?

Lana menghapus kalimatnya lalu mengetik kembali.

Saya ikut senggangnya kak Ghi aja.

Hapus lagi.

Sebisanya kak Ghi aja.

Belum sempat memencet tombol hapus, Lana malah mengirim pesan yang terakhir ia tuliskan.

"Mampus aja, sih," katanya lagi. "Tambahin apa yak, biar kesannya ngga jutek? Ya ampun, maaf Kak Ghi." Lana jadi berbicara sendiri.

Namun kemudian kembali mengetikkan sesuatu.

Tentuin aja harinya, Kak. Saya ngikut aja. Hehe.


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top