8. The Stranger
Malam ini Alexa meminta izin kepada Ava untuk menginap satu malam. Gadis itu sedang enggan bertemu dan sikap memuakkan Nelson. Dia juga tidak kuat melihat Anne terus dimarahi dan dipukuli tanpa perlawanan sama sekali.
Jika boleh memilih, Alexa ingin sekali tinggal sendiri dan bekerja di waktu kosong. Dia benar-benar ingin terpisah dari orangtua. Oleh karena itu, alasan menginap di rumah Ava adalah untuk mencoba mendatangi coffee shop yang dimaksud Ava besok pagi sebelum ke kampus, kebetulan perkuliahan besok dimulai siang hari.
"Selamat datang di apartemenku yang tidak seberapa." Ava membuka pintu apartemen dan menyilakan Alexa untuk masuk. Namun, dia terkejut ketika mendapati televisi menyala dan seseorang tengah duduk di sofa membelakangi mereka. Ava dan Alexa saling tatap dengan perasaan takut.
Ava meraih tongkat kasti yang diletakkan di sela antara kitchen dan laundry. Mereka melangkah dengan sangat hati-hati. Alexa mengikuti Ava dari belakang. Saat Ava melayangkan tongkat kasti, tiba-tiba orang itu beranjak dari sofa dan memutarkan tubuhnya ke belakang hendak menyapa sang pemilik rumah. Namun sayang, tongkat sudah lebih dulu mendarat di tangan orang itu. Dia mengerang kesakitan.
"Ava, apa kau gila?" kesal orang itu sambil memegang tangannya dan meringis kesakitan.
"James?" Ava terkejut bukan main. "Oh my God, James. What are you doing here?" Ava melempar tongkat kasti sembarang dan mendekati sepupunya.
"Apa salah kalau aku mendatangimu?" James adalah sepupu Ava. Ibu James merupakan kakak kandung ayahnya Ava. Mereka memang dikenal sangat dekat dengan usia terpaut empat tahun. James lebih tua dari Ava, namun mereka nampak seusia.
"Maafkan aku, James. Aku kira perampok." Ava segera mengambil kompres dan mengisinya dengan es batu. Dia meletakkan kompresan di tangan James. "Anyway, kau dapat kunci apartemenku dari mana?" Ava memasang wajah curiga.
"Ibumu. Aku ke rumahmu kemarin. Kata ibumu, kau di Boston. Aku segera mengunjungimu. Tetapi, kau berikan sambutan seperti ini. Menyesal aku datang ke sini."
Seketika Ava melupakan ada Alexa di sana. Alexa masih berdiri di belakang sofa dan memperhatikan percakapan mereka. Ingin rasanya mundur perlahan dan pulang saja, daripada menganggu pertemuan keluarga ini. Ketika Alexa melangkahkan satu langkah ke belakang, Ava menoleh ke arahnya.
"Ah, iya. Aku lupa. Alexa, kenalkan ini sepupuku. Dia orang Amerika yang lama dan besar di Perancis." Ava memperkenalkan James kepada Alexa. "James, ini teman kuliahku. Kami sudah lumayan dekat." Ava memperkenalkan Alexa kepada James.
Alexa mengulurkan tangan hendak bersalaman. Namun direspon dengan perlakuan yang tidak terduga dari James. Lelaki itu meraih tangan Alexa dan mencium punggung tangannya. Alexa mengernyit mendapat perlakuan memalukan ini. Menurutnya ini tidak sopan.
Melihat air muka Alexa, Ava tersenyum dan menyentuh lengan Alexa. Dia berkata, "Jangan marah. Dia masih terbawa budaya Perancis. Cara bersalaman dengan wanita di Perancis memang seperti itu. Hal itu sangat sopan di sana."
Raut wajah Alexa melonggar. Keningnya tidak lagi mengerut. Dia baru saja memahami satu budaya baru yang belum diketahui sebelumnya. Alexa menarik tangannya. "Hai, Alexa." Dia memilih memperkenalkan diri tanpa berjabat tangan.
Lelaki itu tersenyum melihat tingkah Alexa yang salah tanggap. "Aku James. Senang bertemu denganmu, Alexa." Lelaki itu seakan lupa dengan sakit di tangannya. Dia terus menatap Alexa sehingga membuat gadis itu tidak nyaman.
Ava menepuk bahu James dengan keras. "Jaga matamu, James!"
"Kau jadi wanita kasar sekali, Ava." James mengusap bahunya.
"Untung bahu yang aku pukul. Mau kupukul ini?" Ava menunjuk tangan James yang sedang dikompres.
James hanya merengut. Dia tidak berkomentar apapun.
Alexa menarik kursi makan dan duduk di sana. Pandangannya dilepas ke arah jendela. Memandang Boston dari ketinggian memang menyenangkan. Ini yang diinginkan gadis itu dari hidup sendiri, kenyamanan dan ketenangan.
Ava beranjak dari sofa dan menyiapkan makan malam untung mereka bertiga. "James, kau akan bermalam di mana nanti?" tanya Ava saat memotong roti untuk membuat sandwich.
"Aku akan menginap di sini," jawabnya santai.
Ava mengangguk. Tiba-tiba dia baru menyadari bahwa Alexa pun akan menginap di sana juga. "Tidak boleh!" sahutnya spontan.
"Kenapa? Ayahmu bilang aku boleh menginap di sini. Bahkan mereka yang menyuruhku untuk menginap di sini." James beranjak dari sofa dan berdiri menghadap dapur. Sesekali matanya melirik Alexa yang masih memandang ke jendela.
"Aku bilang tidak boleh!" tegas Ava sambil memotong tomat.
James mendekati Ava. Dia berusaha meminta penjelasan. Lelaki itu tidak terima. "Tapi, Ava ...."
Ava memutar tubuhnya menghadap James. Dia memberi kode lewat mata, gerakan tangan dan bibir tanpa bersuara. Gadis itu mengatakan bahwa temannya juga akan menginap di sini. Dia takut Alexa akan merasa tidak nyaman jika James menginap di sini juga.
James mengerti dengan penjelasan Ava. Dia memandang punggung Alexa beberapa saat, sekaligus memikirkan di mana dia akan tinggal malam ini. Lelaki itu berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan. "Baiklah, aku tidak jadi menginap di sini. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, Ava," ucap James sebagai pengalihan perdebatan ini. Dia tidak ingin Alexa merasa bersalah atas hal ini.
"Kau akan bermalam di mana?" tanya Ava sekedar berbasa-basi sambil menyalakan kompor untuk memasak daging giling beberapa saat dan mencampurkannya dengan mayonase dan saus sambal.
"Kalau begitu, aku keluar dulu. Kita bertemu lagi nanti." James menepuk bahu Ava pelan dan menggapaikan tangan ke arahnya.
"Kau tidak mau mencoba sandwich buatanku?" tanya Ava. Bukan maksud dia untuk mengusir James. Dia ingin sepupunya makan malam bersama dulu.
Alexa memutar tubuhnya saat mendengar James pamit. Dia mengangkat tangan dan melontarkan senyuman saat James menggapaikan tangan ke arahnya.
Ava kembali membuat sandwich. Dia menata selada, tomat dan campuran saus, daging, mayonase lalu memotongnya menjadi dua dengan bentuk segitiga. "Ayo makan Alexa!" ajak Ava seraya meletakkan sandwich di atas meja makan.
Alexa terkesima dengan masakan Ava. Bukan karena makanannya tetapi cara Ava menjamu tamu. Dia jadi teringat sahabatnya di Indonesia yang selalu menjamunya setiap bertamu ke rumah mereka. Alexa sangat tersentuh dengan orang-orang seperti mereka.
Usai makan, Ava meninggalkan Alexa sebentar. Dia pergi ke minimarket untuk membeli minuman kaleng, persiapan untuk obrolan antar wanita nanti malam.
Selama ditinggal Ava, Alexa duduk di sofa sambil menonton televisi. Dia mengganti channel yang sesuai dengan seleranya. Jarinya berhenti menekan remote saat channel CBS sedang menayangkan serial sitkom How I Met Your Mother. Meskipun Alexa tidak terlalu menyukai serial ini, setidaknya ada hal yang bisa ditertawakan dari acara ini.
Alexa mengubah posisi duduk senyaman mungkin. Seketika tangannya meraba sesuatu di balik selimut putih yang terdapat di atas sofa. Alexa menyibak selimut dan mendapatkan sebuah harmonika hitam dengan tulisan keemasan. Dia membalikkan harmonika itu berulangkali. "Ava bisa main harmonika?" lirihnya. Namun, seketika tangannya berhenti seakan mengetahui sesuatu. "The stranger." Dia teringat James. "Apa mungkin ini punya dia?" Alexa menerka-nerka.
------
Main tebak-tebakan, yuk! Menurut kalian, James tipe pria seperti apa, ya?
Terima kasih sudah membaca.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top