5
Dua minggu berlalu sejak hari kedatangannya di Cornwall, semua hal berjalan dengan cukup baik bagi Edward.
Di minggu pertama, dia berhasil mempelajari semua dokumen-dokumen pengelolaan estat, peternakan, perkebunan dan tambang.
Dengan banyaknya hal yang harus di urus olehnya, karna tanggung jawabnya sebagai Earl of Blackwater. Edward tidak mungkin bisa mengelola sendiri tanggung jawabnya di Cornwall untuk saat ini. Akhirnya dengan pertimbangan yang matang, beberapa tugas dia wakilkan kepada orang-orang yang Edward rasa bisa di percaya, tentu saja dengan di bantu masukan saran-saran dari Peregrine, yang ternyata sangat berguna karna dia benar-benar dekat dengan mendiang Lord Stannage, dan sangat mengetahui seluk-beluk pengelolaan semua usaha dari Stannage Park.
Edward tidak ingin menyinggung orang-orang yang sudah lama bekerjasama dengan mendiang Lord Stannage, jika menggantikan posisi mereka dengan orang-orangnya, lagi pula mereka yang sudah seumur hidup di sini akan lebih baik mengatur tempat ini, tidak perlu ada penyesuaian lagi, fikir Edward yang tidak mau repot.
Lalu diminggu kedua, Edward menghabiskan waktunya berkeliling desa menyapa warga sekitar. Bersantai dan berbincang dengan para buruh dan karyawannya, dengan tujuan untuk menjalin hubungan yang baik dengan bawahannya.
Tidak hanya itu, Ia juga menggali info tentang anak perwaliannya dari warga, Ia berharap semoga ada sedikit info yang bisa berguna baginya.
Akan tetapi, Edward terpaksa menelan bulat-bulat kekecewaannya, karna tidak ada sedikit pun info yang Ia dapat tentang Pruistine dari mereka, mereka sama tidak tahu nya dengan dirinya.
Well, bukan hal yang mengejutkan bukan?batin Edward. Edward hanya bisa menghela nafas panjang.
Tidak banyak perkembangan hubungan yang terjadi antara dirinya dengan Pruistine selama dua minggu ini, pertemuan keduanya hanya berkisar di ruang makan. Yaitu pada saat sarapan dan makan malam saja. Komunikasi mereka pun hanya sebatas topik-topik ringan.
Walau tampaknya Pruistine semakin hari terlihat semakin nyaman bersamanya, tapi gadis itu selalu langsung menarik diri ke dalam dunianya begitu selesai sarapan atau pun selesai makan malam.
Saat Edward memintanya untuk mengobrol di ruang santai, atau menemaninya membaca di perpustakaan, Pruistine menolaknya dengan berbagai alasan, hal yang benar-benar membuat Edward frustasi.
Sepertinya apa pun yang diminta Edward agar dapat bertemu dengan Pruistine selalu di tolak gadis itu, satu-satunya hal yang tidak di tolak Pruistine hanyalah permintaannya untuk sarapan dan makan malam di ruang makan bersama, tanpa banyak alasan Pruistine mengiyakannya.
Dengan sikap Pruistine yang selalu menghindar darinya dan langsung mengurung diri di menaranya selepas sarapan ataupun makan malam, ditambah penampilan gadis itu yang masih sama dengan saat pertama kali Edward melihatnya, seluruh tubuh tertutup jubah hitam bertudung, membuat Edward rasanya ingin mengguncang tubuh gadis itu dan merampas jubah bertudung yang selalu di kenakannya.
Kesibukan di minggu pertama dan kegiatannya di awal minggu kedua yang Ia jalani, menjadikan hal-hal yang membuat frustasi itu tidak begitu mengganggu dirinya.
Akan tetapi hari ini, Ia sudah di tahap kehilangan batas toleransi dan kesabaran kepada Pruistine. Setelah hari ini, tidak ada alasan lagi bagi Pruistine untuk bersembunyi di menara.
Kebiasaan bersembunyi di menara, seperti didikan orang tuanya selama ini, harus segera bisa Edward hentikan. Bagaimana Ia bisa menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya akan gadis itu, jika gadis itu tidak membuka diri kepadanya, dan kepada dunia luar? batin Edward.
Satu poin penting di sini, Edward bukanlah mendiang Lord Stannage. Ia akan menemukan caranya sendiri untuk melindungi Pruistine dari dunia luar, dunia yang ditakutkan Lord Stannage hingga tidak pernah menunjukkan putrinya dan mengurung putrinya di menara.
Gadis itu harus menghadapi dunia luar, bagaimana pun buruknya rupa yang ia miliki.
Maskawin yang besar yang dimiliki Pruistine tidak mungkin ditolak oleh bangsawan pria yang mempunyai gelar tapi tidak mempunyai harta yang cukup untuk mempertahankan gelarnya. Tipe yang akan dijadikan incaran Edward dalam mencarikan calon suami bagi Pruistine, walau mungkin akan sedikit mengalami kesulitan, karna Edward harus benar-benar memastikan pria itu sedang sangat sekarat secara ekonomi, jadi Ia tidak akan mungkin menolak Pruistine.
Di ruang kerjanya saat ini, Edward terlihat sedang duduk serius, sambil sesekali Ia mengetuk-ngetukan pena ke meja, dari raut wajahnya tampak Ia sedang berfikir akan suatu hal yang mengganggunya, hal tersebut tidak lain adalah tentang Pruistin, anak perwaliannya.
Edward terdiam sambil memikirkan langkah apa yang harus di ambilnya menyangkut Pruistin.
Saat sebuah keputusan tampak di wajahnya, dengan tidak sabarnya Edward merapihkan berkas-berkas di mejanya. Dengan tekat bulat Edward keluar dari ruang kerjanya dan bergegas turun ke lantai bawah.
Edward melangkahkan kakinya menuju halaman belakang rumah, jalan menuju ke menara pribadi Pruistine.
Ya, dia harus memaksa gadis itu untuk berbicara dengannya dan memaksanya untuk membuka diri kepadanya. Agar Ia bisa membantu gadis itu dan menyelesaikan tugasnya.
Banyak sekali pintu yang mengarah ke halaman belakang di kastil ini, ada pintu di ruang tamu yang langsung mengarah ke halaman belakang, pintu di ruang makan, dan pintu di ruang santai. Seakan-akan pintu tersebut sengaja di bangun guna memudahkan seseorang dari arah belakang rumah untuk masuk ke ruangan manapun yang Ia inginkan secara langsung, dalam hal ini pasti bertujuan untuk memudahkan Pruistine, karna hanya gadis itulah satu-satunya anggota keluarga ini yang tinggal di luar kastil utama.
Setibanya di luar kastil, tidak begitu jauh dari tempat Edward keluar dari pintu belakang yang ada di ruang tamu. Edward berpapasan dengan Peregrine dan Robert, pelayan pribadinya, dimana dua minggu yang lalu Ia sampai dengan selamat di Stannage Park tepat hari menjelang petang.
Baik Peregrine ataupun Robert langsung membungkuk kan badan sedikit saat bertemu Edward, dan Edward mengangguk ke arah mereka.
"Apakah kalian sedang melakukan pekerjaan bersama?" tanya Edward kepada keduanya.
"Tidak, My Lord, kami hanya sedang berbincang di sekitar halaman belakang, sambil menikmati sore hari ." Jawab Robert, pelayan pribadinya, yang diiringi anggukan Peregrine.
"Benar sekali apa kata Robert, My Lord"
"Baiklah, lanjutkan obrolan kalian, jangan biarkan aku menjadi pengganggu" ujar Edward sambil tersenyum ramah.
"Oh iya, Peregrine, apakah Lady Atsley sedang berada di kamarnya pada saat ini?" tanya nya kepada Peregrine, tentu saja hanya sekedar berbasa-basi, karna Ia sangat yakin Pruistine tidak mungkin berada di tempat lain selain di kamarnya yang terletak di dalam menara.
Peregrine tampak terkejut, "Tentu saja, My Lord," jawab Peregrine, "My Lady selalu berada di menaranya sepanjang waktu."
Edward tersenyum, "Bagus kalau begitu, aku tidak perlu bersusah payah mencarinya."
Tampak sedikit ekspresi cemas di wajah Peregrine, sepertinya Ia takut Edward akan melakulan sesuatu kepada Pruistine. "Aku hanya ingin berbincang denganya Peregrine, kau tidak perlu cemas," Edward menjawab pertanyaan tak terucap Peregrine. Wajah Peregrine tampak sedikit memerah karna malu, "Maafkan saya, My Lord," ujarnya. "Saya tidak bermaksud menyinggung anda, saya hanya merasa cemas karna Lady Atsley sulit untuk menerima kedatangan seseorang di kamarnya, hanya mendiang orang tuanya dan Mary saja yang selama ini boleh memasuki kamarnya."
Edward mengangguk dan tersenyum ke arah Peregrine, "ya, tidak masalah," jawab Edward. Setelah itu Ia bergegas melanjutkan langkahnya ke arah menara Pruistine yang tinggal berjarak beberapa langkah saja.
Sesampainya di pintu masuk Edward tidak perlu mengetuk pintu lagi, pintu itu sudah terbuka dengan lebar, menampakkan sebuah tangga yang melingkar di dalam ruangan kecil yang kosong.
Edward melangkah masuk ke dalamnya dan segera menaiki tangga menuju ke atas, dia tidak memerdulikan tata krama untuk mengetuk pintu, toh pintu sudah terbuka dan tidak ada orang di ruangan kecil itu yang akan mempersilahkannya masuk.
Sesampainya di atas, Edward langsung di hadapkan sebuah pintu lagi, yang pastinya pintu masuk kamar Pruistine. Edward takjub sendiri dengan menara ini, yang benar-benar di rancang untuk menyembunyikan seseorang.
Berhenti sejenak untuk menarik nafas, lalu Ia mengetuk pintu.
"Masuklah, Mary," terdengar jawaban dari dalam.
Tampak nya Pruistine mengira Ia adalah Mary, tetapi Edward tidak peduli, karna sudah di persilahkan maka Ia akan masuk. Edward menyeringai sendiri atas fikirannya itu.
Edward membuka pintu kamar, tampak sosok Pruistine yang tengah duduk di sebuah kursi goyang, memegang buku di pangkuannya.
Dan astaga, di dalam kamar pun Ia memakai Jubah dan tudung rambut sialan itu, batin Edward.
Pruistine tampaknya larut dalam bacaannya hingga Ia tidak menyadari yang datang adalah dirinya, bukan Mary.
"Buku apa yang sedang kau baca, My Dear," sapa Edward dengan santainya.
Pruistine tampak begitu terkejut sampai hampir menjatuhkan buku yang sedang di pegangnya. "Kenapa anda di sini, My Lord!" pekik Pruistine, Ia segera berdiri dan tampak menjauh dari Edward.
Ia berdiri gelisah menatap Edward, dan menunggu dengan cemas, apa yang akan terjadi selanjutnya...
Tbc.
------------------------------------------------------
Yeyyyyyyy, bisa juga menepati perkataan mau update hari ini... -_- ,
Ideku agak mentok hari ini yaaa manteman... semoga tidak mengecewakan semuanya... ^^
Hehee
Makasih yaaa untuk yang sudah follow dakuhhh...
Yg sudah berkenan membaca ceritaku ini....
Yg bersedia meluangkan waktu nya untuk mengoreksi tulisan ane...
Yang sudah vote dan komen...
Kalian luar biasaa....
lope lope you all <3 <3 <3
Jangan bosen-bosen bantu koreksi dan kasih masukan ke dakuhh yaa...
Salam sayang dariku...Soetba
Noted: Next Part besok yaa say...draf nya sdh jadi cuman blm di edit saja ^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top